Semua Ciptaan Memuji-NYA (Mazmur 148)
"Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit." (Mazmur 148: 13).
Pujilah Dia! Pujilah Tuhan! Pujilah Tuhan di sorga dan di bumi! Seluruh isi perikop Minggu terakhir di Tahun 2013 ini adalah ajakan memuji. Mengajak semua ciptaan memuji Tuhan atas pemeliharaan kehidupan yang dilakukanNya. "Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit" (ayat 13). Bagian besar pertama merupakan ajakan kepada semua makhluk yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan bahkan termasuk segala alam yang ada di bumi untuk memuji Tuhan (ayat 7-10). Sedangkan bagian besar kedua adalah ajakan kepada manusia dalam segala kedudukannya dan pada semua tingkat usia untuk memuji Tuhan (ayat 11-13). Dan mengakhiri perjalanan kita di Tahun 2013, seraya bersiap menjalani Tahun yang baru 2014. Mari terus melakukan seperti yang diungkap Pemazmur. Mengajak kita semua, bahkan sejak awal perikop: "Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi!" Lagi dan selamanya. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Pujilah Dia! Pujilah Tuhan! Pujilah Tuhan di sorga dan di bumi! Seluruh isi perikop Minggu terakhir di Tahun 2013 ini adalah ajakan memuji. Mengajak semua ciptaan memuji Tuhan atas pemeliharaan kehidupan yang dilakukanNya. "Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit" (ayat 13). Bagian besar pertama merupakan ajakan kepada semua makhluk yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan bahkan termasuk segala alam yang ada di bumi untuk memuji Tuhan (ayat 7-10). Sedangkan bagian besar kedua adalah ajakan kepada manusia dalam segala kedudukannya dan pada semua tingkat usia untuk memuji Tuhan (ayat 11-13). Dan mengakhiri perjalanan kita di Tahun 2013, seraya bersiap menjalani Tahun yang baru 2014. Mari terus melakukan seperti yang diungkap Pemazmur. Mengajak kita semua, bahkan sejak awal perikop: "Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi!" Lagi dan selamanya. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Pulih (Mazmur 80: 1-8)
"Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat." (Mazmur 80: 4)
Banyak kesukacitaan belum tentu membawa seseorang bersyukur kepada Tuhan, namun sedikit kesusahan akan membuat seseorang rajin berdoa pada Tuhan. Kata-kata semacam ini seakan hendak menyampaikan pesan pada kita: manusia biasanya hanya ingat pada Tuhan jika sedang mengalami penderitaan. Mazmur 80 ini digolongkan sebagai mazmur ratapan. Manusia meratap kepada Tuhan atas kemalangan hidup yang dialaminya. Konteks historis mazmur ini memang adalah konteks penderitaan umat Yehuda yang ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh bangsa Asyur pada tahun 722 Sebelum Masehi. Umat meratap karena umat merasakan kemalangan dan penderitaan hidup mereka ini sebagai hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka. Coba kita perhatikan ratapan umat pada Tuhan dalam perikop kita ini: berapa lama lagi murka-Mu menyala...(ayat 5), Engkau memberi mereka makan roti cucuran air mata,...minum air mata (ayat 6), Engkau membuat kami menjadi pokok percederaan...(ayat 7). Tentu saja, ingat pada Tuhan pada saat kita menderita masih lebih baik daripada tidak mengingat-Nya sama sekali ketika kita menderita. Justru karena umat Yehuda mengingat Tuhan, mereka bisa meratap dan memohon agar Tuhan sendiri yang mau mendengar ratapan mereka (ayat 2), datang untuk menyelamatkan (ayat 3), dan memulihkan mereka (ayat 4). Umat bisa menyadari bahwa kehadiran dan karya Tuhanlah yang akan memulihkan mereka dari dosa dan penderitaan. Namun demikian, yang terbaik dalam hidup ini tentulah kita selalu bisa ingat kepada Tuhan dalam segala keadaan hidup kita. Dengan selalu ingat pada Tuhan baik dalam suka maupun derita, hidup kita juga akan selalu dipulihkan untuk berjalan dalam keselamatan yang Tuhan berikan. Amin. Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th .
Banyak kesukacitaan belum tentu membawa seseorang bersyukur kepada Tuhan, namun sedikit kesusahan akan membuat seseorang rajin berdoa pada Tuhan. Kata-kata semacam ini seakan hendak menyampaikan pesan pada kita: manusia biasanya hanya ingat pada Tuhan jika sedang mengalami penderitaan. Mazmur 80 ini digolongkan sebagai mazmur ratapan. Manusia meratap kepada Tuhan atas kemalangan hidup yang dialaminya. Konteks historis mazmur ini memang adalah konteks penderitaan umat Yehuda yang ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh bangsa Asyur pada tahun 722 Sebelum Masehi. Umat meratap karena umat merasakan kemalangan dan penderitaan hidup mereka ini sebagai hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka. Coba kita perhatikan ratapan umat pada Tuhan dalam perikop kita ini: berapa lama lagi murka-Mu menyala...(ayat 5), Engkau memberi mereka makan roti cucuran air mata,...minum air mata (ayat 6), Engkau membuat kami menjadi pokok percederaan...(ayat 7). Tentu saja, ingat pada Tuhan pada saat kita menderita masih lebih baik daripada tidak mengingat-Nya sama sekali ketika kita menderita. Justru karena umat Yehuda mengingat Tuhan, mereka bisa meratap dan memohon agar Tuhan sendiri yang mau mendengar ratapan mereka (ayat 2), datang untuk menyelamatkan (ayat 3), dan memulihkan mereka (ayat 4). Umat bisa menyadari bahwa kehadiran dan karya Tuhanlah yang akan memulihkan mereka dari dosa dan penderitaan. Namun demikian, yang terbaik dalam hidup ini tentulah kita selalu bisa ingat kepada Tuhan dalam segala keadaan hidup kita. Dengan selalu ingat pada Tuhan baik dalam suka maupun derita, hidup kita juga akan selalu dipulihkan untuk berjalan dalam keselamatan yang Tuhan berikan. Amin. Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th .
Kabar Baik dan Kebahagiaan (Matius 11: 2-11)
"Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan..., Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku" (Matius 11: 5,6)
Jangan pernah kecewa kepada Sang Juruselamat. Jangan pernah putus asa dan melupakan Mesias hidup kita. Jangan pernah kecewa kepada Tuhan Yesus Kristus. Tidak puas, sulit bersyukur apalagi berbahagia menjalani hingga akhir tahun 2013 ini. Sadarilah, ketidakpuasan terjadi karena kita selalu menggunakan standar pengharapan kita, pemaksaan kedagingan yang diwarnai nafsu serakah dan bisa jatuh ke dalam dosa. Karena itu Dia menantang, baik Yohanes maupun orang percaya setelah zamannya, untuk mengevaluasi ulang pengharapan mereka tentang Mesias. Dan sekarang, di peralihan tahun 2013 ke 2014 ini, kita sesungguhnya juga diajak menghitung berkat dalam terang pelayanan Tuhan Yesus Kristus. Mensyukuri penggenapan nubuatan Allah dalam bayi kudus yang lahir di Betlehem itu. Dan kemudian menyelaraskan pengharapan, iman juga kasih kita kepada sesama manusia dalam durasi menanti kedatanganNya kedua kali. "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Itu penekanaNya di ayat 6! Didahului sebuah perintah Tuhan Yesus Kristus agar kita mewartakan (ayat 5) bahwa "...orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik." Selalu ada pemulihan dan keselamatan. Ya, kehadiranNya selalu membawa kabar baik dan kebahagiaan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Jangan pernah kecewa kepada Sang Juruselamat. Jangan pernah putus asa dan melupakan Mesias hidup kita. Jangan pernah kecewa kepada Tuhan Yesus Kristus. Tidak puas, sulit bersyukur apalagi berbahagia menjalani hingga akhir tahun 2013 ini. Sadarilah, ketidakpuasan terjadi karena kita selalu menggunakan standar pengharapan kita, pemaksaan kedagingan yang diwarnai nafsu serakah dan bisa jatuh ke dalam dosa. Karena itu Dia menantang, baik Yohanes maupun orang percaya setelah zamannya, untuk mengevaluasi ulang pengharapan mereka tentang Mesias. Dan sekarang, di peralihan tahun 2013 ke 2014 ini, kita sesungguhnya juga diajak menghitung berkat dalam terang pelayanan Tuhan Yesus Kristus. Mensyukuri penggenapan nubuatan Allah dalam bayi kudus yang lahir di Betlehem itu. Dan kemudian menyelaraskan pengharapan, iman juga kasih kita kepada sesama manusia dalam durasi menanti kedatanganNya kedua kali. "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Itu penekanaNya di ayat 6! Didahului sebuah perintah Tuhan Yesus Kristus agar kita mewartakan (ayat 5) bahwa "...orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik." Selalu ada pemulihan dan keselamatan. Ya, kehadiranNya selalu membawa kabar baik dan kebahagiaan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Keadilan dan Kedamaian (Yesaya 11: 1-10 )
"Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan,..., serigala akan tinggal bersama domba dan macan..." (Yesaya 11: 4, 6)
Mari kita memasuki Minggu Advent 2 (kedua) dengan Firman berbentuk sajak. Ya, sajak tentang Mesias. Mulai ayat pertama langsung disebutkan beberapa ciri pokok Mesias: Ia adalah keturunan Daud (ayat 1); Sepenuhnya memiliki kurnia (roh) kenabian (ayat 2); Ia menegakkan keadilan dalam masyarakat dan keadilan sebagai pantulan kekudusan Allah (ayat 3); Juga akan memulihkan keadaan aman sentosa seperti firdaus dahulu (ayat 6-9); Mesias akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; akan menghajar bumi dengan perkataan seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulut akan membunuh orang fasik (pantulan ayat 4). Selain konteks Yesaya ini, Tuhan Yesus Kristus sendiri berkata mengenai kehadiran-Nya sebagai kegenapan waktu, bagi berdirinya Kerajaan Allah (Markus 1:15). Yesus -Sang Mesias- mengalahkan kuasa kejahatan dunia dan menegakkan keadilan dan kebenaran Allah. Melalui karya kayu salib dan kebangkitan. Kemudian memulai masa damai sejahteraNya hadir di tengah umat-Nya. Yang bukan lagi sebatas suku-suku Israel, tetapi meluas ke segenap suku, bangsa, dan bahasa dunia. Sehingga, sebagai anak-anak Allah yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, kita memiliki tugas sangat penting. Yakni mewujudkan Kerajaan Allah dengan mengabarkan Injil. Berjuang menyuarakan dan menegakkan keadilan. Bahkan setia mewujudkan nyata kedamaian. Dengan kekuatan Kasih Bapa. Seperti ayat 6 menggambarkan sangat indah: "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya." Amin.Pdt. Lusindo Tobing.
Mari kita memasuki Minggu Advent 2 (kedua) dengan Firman berbentuk sajak. Ya, sajak tentang Mesias. Mulai ayat pertama langsung disebutkan beberapa ciri pokok Mesias: Ia adalah keturunan Daud (ayat 1); Sepenuhnya memiliki kurnia (roh) kenabian (ayat 2); Ia menegakkan keadilan dalam masyarakat dan keadilan sebagai pantulan kekudusan Allah (ayat 3); Juga akan memulihkan keadaan aman sentosa seperti firdaus dahulu (ayat 6-9); Mesias akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; akan menghajar bumi dengan perkataan seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulut akan membunuh orang fasik (pantulan ayat 4). Selain konteks Yesaya ini, Tuhan Yesus Kristus sendiri berkata mengenai kehadiran-Nya sebagai kegenapan waktu, bagi berdirinya Kerajaan Allah (Markus 1:15). Yesus -Sang Mesias- mengalahkan kuasa kejahatan dunia dan menegakkan keadilan dan kebenaran Allah. Melalui karya kayu salib dan kebangkitan. Kemudian memulai masa damai sejahteraNya hadir di tengah umat-Nya. Yang bukan lagi sebatas suku-suku Israel, tetapi meluas ke segenap suku, bangsa, dan bahasa dunia. Sehingga, sebagai anak-anak Allah yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, kita memiliki tugas sangat penting. Yakni mewujudkan Kerajaan Allah dengan mengabarkan Injil. Berjuang menyuarakan dan menegakkan keadilan. Bahkan setia mewujudkan nyata kedamaian. Dengan kekuatan Kasih Bapa. Seperti ayat 6 menggambarkan sangat indah: "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya." Amin.Pdt. Lusindo Tobing.
Siap Sedia (Matius 24: 36-44)
"Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (Matius 24: 44)
Air bah di zaman Nabi Nuh melenyapkan mereka yang jahat. Tersisalah orang benar tinggal di bumi. Demikian juga nanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali. "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia" (ayat 37). Akan memisahkan kumpulan orang jahat. Dengan kumpulan yang setia, yang berhasil lolos dari berbagai penderitaan zaman untuk masuk Kerajaan SorgaNya. Kapan itu akan terjadi? Ayat 36 memastikan, "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." Nubuatan dari Tuhan Yesus di perikop ini memerintahkan kita untuk siap sedia. "Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang" (ayat 42). Ungkapan "Berjaga-jagalah" (Yun. "Gregoreo") ditulis dalam bentuk imperatif masa kini, siaga terus-menerus pada masa sekarang. "Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (ayat 44). Berjaga-jaga atau siap sedia berarti juga: Pantang tidur, tidak terlelap secara iman. Memiliki pengharapan kuat. Dan lebih mengasihi sesama tidak kunjung berhenti (bdk. 1 Petrus 1:13; 1 Petrus 4:7). Dan jangan kita sendiri yang bersiap sedia, ingatkan juga yang lain untuk waspada dan berjaga. Agar nanti tidak ada yang tertinggal. Selamat memasuki Minggu-minggu Advent (Penantian) Tahun 2013. Dan yang lebih luas, selamat menanti fajar kedatanganNya kedua kali. Mari bersama lebih masuk ke dalam bahtera keselamatan sempurna Tuhan Yesus Kristus, siap sedia! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Air bah di zaman Nabi Nuh melenyapkan mereka yang jahat. Tersisalah orang benar tinggal di bumi. Demikian juga nanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali. "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia" (ayat 37). Akan memisahkan kumpulan orang jahat. Dengan kumpulan yang setia, yang berhasil lolos dari berbagai penderitaan zaman untuk masuk Kerajaan SorgaNya. Kapan itu akan terjadi? Ayat 36 memastikan, "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." Nubuatan dari Tuhan Yesus di perikop ini memerintahkan kita untuk siap sedia. "Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang" (ayat 42). Ungkapan "Berjaga-jagalah" (Yun. "Gregoreo") ditulis dalam bentuk imperatif masa kini, siaga terus-menerus pada masa sekarang. "Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (ayat 44). Berjaga-jaga atau siap sedia berarti juga: Pantang tidur, tidak terlelap secara iman. Memiliki pengharapan kuat. Dan lebih mengasihi sesama tidak kunjung berhenti (bdk. 1 Petrus 1:13; 1 Petrus 4:7). Dan jangan kita sendiri yang bersiap sedia, ingatkan juga yang lain untuk waspada dan berjaga. Agar nanti tidak ada yang tertinggal. Selamat memasuki Minggu-minggu Advent (Penantian) Tahun 2013. Dan yang lebih luas, selamat menanti fajar kedatanganNya kedua kali. Mari bersama lebih masuk ke dalam bahtera keselamatan sempurna Tuhan Yesus Kristus, siap sedia! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
ALLAH Kota Benteng Kita (Mazmur 46)
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46: 2)
Di konteks Perjanjian Lama (PL) khususnya Mazmur, adalah sangat penting sebuah komunitas (sebuah kota misalnya) memiliki benteng teguh dan kuat. Perlindungan dan kekuatan adalah dua hal penting. Kehidupan umat Tuhan dilukiskan pemazmur seperti suatu kota. Allah sendirilah benteng teguh yang menjamin keamanan dan kelangsungan hidup umat-Nya. Mari mengakhiri November 2013 ini dengan lebih percaya, bahwa Allah adalah tempat perlindungan, kekuatan dan penolong kita yang terbaik dan abadi. Ayat 2 menegaskan, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Ya, sangat terbukti. Hingga kita tidak perlu takut apalagi hidup dengan ketakutan. "Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya" (ayat 3-4). Orang yang sungguh berlindung pada Tuhan, tidak akan dikecewakan. Allah kuat perkasa, juga Maha kasih. Aman dalam Tuhan sudah terbukti nyata dalam sejarah umatNya dari zaman ke zaman. Akhirnya, mari amini dan imani bunyi di ayat terakhir (ayat 12), lagi dan lagi: "TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita..!" Amin, Pdt. Lusindo Tobing.
Di konteks Perjanjian Lama (PL) khususnya Mazmur, adalah sangat penting sebuah komunitas (sebuah kota misalnya) memiliki benteng teguh dan kuat. Perlindungan dan kekuatan adalah dua hal penting. Kehidupan umat Tuhan dilukiskan pemazmur seperti suatu kota. Allah sendirilah benteng teguh yang menjamin keamanan dan kelangsungan hidup umat-Nya. Mari mengakhiri November 2013 ini dengan lebih percaya, bahwa Allah adalah tempat perlindungan, kekuatan dan penolong kita yang terbaik dan abadi. Ayat 2 menegaskan, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Ya, sangat terbukti. Hingga kita tidak perlu takut apalagi hidup dengan ketakutan. "Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya" (ayat 3-4). Orang yang sungguh berlindung pada Tuhan, tidak akan dikecewakan. Allah kuat perkasa, juga Maha kasih. Aman dalam Tuhan sudah terbukti nyata dalam sejarah umatNya dari zaman ke zaman. Akhirnya, mari amini dan imani bunyi di ayat terakhir (ayat 12), lagi dan lagi: "TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita..!" Amin, Pdt. Lusindo Tobing.
Kesukacitaan (Maleakhi 4: 1-6 )
"Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan..." (Maleakhi 4: 2)
Hari Tuhan itu pasti datang. Apapun yang Allah katakan, janji anugerah, hukum dan aturan serta dampak dari semua itu, adalah pasti. Allah itu pasti! "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian,..." (ayat 1). Tetapi orang percaya akan mengalami kesukacitaan. Bahkan dengan kekuatan dari Tuhan, akan mengalahkan segala sesuatu yang tidak benar. Ayat 3 menegaskan: "Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam." Syaratnya, sebagai orang percaya, kita mengingat dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Yang telah diberikan untuk menjadi dasar kehidupan iman percaya kita. Begitu pula ketika Tuhan mengutus Elia (baca lagi ayat 4-5), yang akan menyerukan pertobatan di konteks Perjanjian Lama (PL). Sebuah "gelombang pembaruan" dari Allah. Dalam Perjanjian Baru (PB), Yohanes Pembaptis diakui sebagai Elia yang menegur yang salah, dengan penuh kuasa dan keberanian. Sekarang kita dipanggil untuk meneruskan tugas kenabian itu. Agar banyak orang berpaling kepada Tuhan dan bertobat. "Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah" (ayat 6). Sehingga di Hari Tuhan itu nanti bukan berisi ratap tangis penyesalan tanpa akhir, tetapi.benar-benar menjadi hari yang penuh sukacita tiada akhir! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Hari Tuhan itu pasti datang. Apapun yang Allah katakan, janji anugerah, hukum dan aturan serta dampak dari semua itu, adalah pasti. Allah itu pasti! "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian,..." (ayat 1). Tetapi orang percaya akan mengalami kesukacitaan. Bahkan dengan kekuatan dari Tuhan, akan mengalahkan segala sesuatu yang tidak benar. Ayat 3 menegaskan: "Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam." Syaratnya, sebagai orang percaya, kita mengingat dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Yang telah diberikan untuk menjadi dasar kehidupan iman percaya kita. Begitu pula ketika Tuhan mengutus Elia (baca lagi ayat 4-5), yang akan menyerukan pertobatan di konteks Perjanjian Lama (PL). Sebuah "gelombang pembaruan" dari Allah. Dalam Perjanjian Baru (PB), Yohanes Pembaptis diakui sebagai Elia yang menegur yang salah, dengan penuh kuasa dan keberanian. Sekarang kita dipanggil untuk meneruskan tugas kenabian itu. Agar banyak orang berpaling kepada Tuhan dan bertobat. "Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah" (ayat 6). Sehingga di Hari Tuhan itu nanti bukan berisi ratap tangis penyesalan tanpa akhir, tetapi.benar-benar menjadi hari yang penuh sukacita tiada akhir! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Dipilih Untuk Diselamatkan (2 Tesalonika 2: 13-17)
"Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai." (2 Tesalonika 2: 13)
Ini mengenai kedurhakaan yang harus terjadi. Ya, yang harus terjadi sebelum kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali. Di ayat 9-12, Rasul Paulus jelas menjabarkan: "Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan. Tetapi tidaklah demikian dengan kita. Orang-orang dan jemaat Allah yang mau setia percaya hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai (ayat 13). Ya, benar-benarlah percaya bahwa kita dipilih untuk diselamatkan! Dan kita juga ditugaskanNya, mempertanggungjawabkan iman percaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ayat 15 memerintahkan, "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Mari lebih hidup dalam kasih karuniaNya, terus diberikan penghiburan abadi dan pengharapan yang baik. Sehingga menjelang kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, minimal mengakhiri Tahun 2013 ini, menjelang masa Natal dan menjemput lebih lagi berkat-berkat Tuhan di Tahun 2014 ke depan, seterusnya. Kita lebih setia memberlakukan sikap, perkataan dan pekerjaan-pelayanan yang lebih baik! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Ini mengenai kedurhakaan yang harus terjadi. Ya, yang harus terjadi sebelum kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali. Di ayat 9-12, Rasul Paulus jelas menjabarkan: "Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan. Tetapi tidaklah demikian dengan kita. Orang-orang dan jemaat Allah yang mau setia percaya hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai (ayat 13). Ya, benar-benarlah percaya bahwa kita dipilih untuk diselamatkan! Dan kita juga ditugaskanNya, mempertanggungjawabkan iman percaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ayat 15 memerintahkan, "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Mari lebih hidup dalam kasih karuniaNya, terus diberikan penghiburan abadi dan pengharapan yang baik. Sehingga menjelang kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, minimal mengakhiri Tahun 2013 ini, menjelang masa Natal dan menjemput lebih lagi berkat-berkat Tuhan di Tahun 2014 ke depan, seterusnya. Kita lebih setia memberlakukan sikap, perkataan dan pekerjaan-pelayanan yang lebih baik! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Mencari dan Menyelamatkan (Lukas 19: 1-10)
"Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Lukas 19: 5)
Hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya, Tuhan Yesus Kristus masih terus-menerus berusaha menyelamatkan yang hilang. Termasuk kepada Zakheus, seorang pemungut cukai. Yang mencari nafkah dengan mengumpulkan pajak lebih banyak daripada yang seharusnya ia peroleh dari rakyat. Oleh karena hal seperti ini, para pemungut cukai dipandang rendah oleh masyarakat. Namun perhatian Tuhan Yesus terhadap Zakheus memperingatkan kita untuk membawa Injil sampai kepada orang yang ditolak masyarakat. Karena semua orang sedang terhilang dan memerlukan keselamatan. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang", itu kalimat langsung Tuhan Yesus Kristus di ayat terakhir (ayat 10) perikop kali ini. Mari percaya tentang hal tersebut. Bahkan sungguh-sunguh percaya! Percaya bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Sehingga sebagai orang percaya, dengan melihat sikap Tuhan Yesus terhadap Zakheus, kiranya kita mau belajar untuk lebih mengasihi. Dan terbuka menerima semua orang, khususnya bagi mereka yang ditolak masyarakat. Karena mereka pun perlu merasakan Kabar Baik. Dan juga menikmati bahwa Tuhan Yesus Kristus datang mencari dan menyelamatkan yang hilang, di dalam sikap terbuka kita terhadap mereka. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya, Tuhan Yesus Kristus masih terus-menerus berusaha menyelamatkan yang hilang. Termasuk kepada Zakheus, seorang pemungut cukai. Yang mencari nafkah dengan mengumpulkan pajak lebih banyak daripada yang seharusnya ia peroleh dari rakyat. Oleh karena hal seperti ini, para pemungut cukai dipandang rendah oleh masyarakat. Namun perhatian Tuhan Yesus terhadap Zakheus memperingatkan kita untuk membawa Injil sampai kepada orang yang ditolak masyarakat. Karena semua orang sedang terhilang dan memerlukan keselamatan. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang", itu kalimat langsung Tuhan Yesus Kristus di ayat terakhir (ayat 10) perikop kali ini. Mari percaya tentang hal tersebut. Bahkan sungguh-sunguh percaya! Percaya bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Sehingga sebagai orang percaya, dengan melihat sikap Tuhan Yesus terhadap Zakheus, kiranya kita mau belajar untuk lebih mengasihi. Dan terbuka menerima semua orang, khususnya bagi mereka yang ditolak masyarakat. Karena mereka pun perlu merasakan Kabar Baik. Dan juga menikmati bahwa Tuhan Yesus Kristus datang mencari dan menyelamatkan yang hilang, di dalam sikap terbuka kita terhadap mereka. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Keluarga Bersyukur (Mazmur 65)
"Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah; dan kepada-Mulah orang membayar nazar." (Mazmur 65: 2)
Mari jadi keluarga yang lebih bersyukur. Yang mengingat dan menghitung berkat-berkat Tuhan Allah, tiada batasnya! Mazmur 65 gamblang menampilkan Tuhan selalu bersedia mendengarkan doa-doa umat-Nya (ayat 3). Membuka tangan terhadap mereka yang berdosa, bahkan Ia mau mengampuni kesalahan mereka (ayat 4). Sebab itu orang akan merespon dengan memujiNya serta menepati nazar yang telah mereka ucapkan (ayat 2). Sebagai pemazmur, Daud juga memuji-muji Allah yang telah menjawab doa umat-Nya dengan karya luar biasa (ayat 6-9). Namun Tuhan bukan hanya menjawab doa. Kasih dan kebaikan-Nya juga nyata melalui tanah subur dan panen berlimpah (ayat 10-14). Bumi diperkaya juga dengan ternak berserak di padang rumput dan keemasan gandum menyelimuti lembah. Allah memberkati bumi dengan begitu banyak hal yang baik sehingga manusia bersukacita. Maka bukankah wajar kalau sorak sorai pujian dan gegap gempita ucapan syukur, kita persembahkan kepada Tuhan Allah? Bersyukurlah karena kebaikan Allah. Agungkan dan syukurilah kekuasaan Allah. Dan teruslah naikkan syukur atau kebaikan "panen" berkat-berkat Allah dalam hidup kita. Khususnya hidup keluarga-keluarga di GKJ Nehemia dan semua keluarga di dunia yang diberkati Allah. Persembahkan selalu doa syukur, teruslah lagukan nyanyian syukur, dan mari lebih menjadi saluran berkat Allah bagi keluarga lain dan untuk semua orang. Wujudkanlah kehidupan keluarga dunia yang semakin hari semakin bersyukur! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Mari jadi keluarga yang lebih bersyukur. Yang mengingat dan menghitung berkat-berkat Tuhan Allah, tiada batasnya! Mazmur 65 gamblang menampilkan Tuhan selalu bersedia mendengarkan doa-doa umat-Nya (ayat 3). Membuka tangan terhadap mereka yang berdosa, bahkan Ia mau mengampuni kesalahan mereka (ayat 4). Sebab itu orang akan merespon dengan memujiNya serta menepati nazar yang telah mereka ucapkan (ayat 2). Sebagai pemazmur, Daud juga memuji-muji Allah yang telah menjawab doa umat-Nya dengan karya luar biasa (ayat 6-9). Namun Tuhan bukan hanya menjawab doa. Kasih dan kebaikan-Nya juga nyata melalui tanah subur dan panen berlimpah (ayat 10-14). Bumi diperkaya juga dengan ternak berserak di padang rumput dan keemasan gandum menyelimuti lembah. Allah memberkati bumi dengan begitu banyak hal yang baik sehingga manusia bersukacita. Maka bukankah wajar kalau sorak sorai pujian dan gegap gempita ucapan syukur, kita persembahkan kepada Tuhan Allah? Bersyukurlah karena kebaikan Allah. Agungkan dan syukurilah kekuasaan Allah. Dan teruslah naikkan syukur atau kebaikan "panen" berkat-berkat Allah dalam hidup kita. Khususnya hidup keluarga-keluarga di GKJ Nehemia dan semua keluarga di dunia yang diberkati Allah. Persembahkan selalu doa syukur, teruslah lagukan nyanyian syukur, dan mari lebih menjadi saluran berkat Allah bagi keluarga lain dan untuk semua orang. Wujudkanlah kehidupan keluarga dunia yang semakin hari semakin bersyukur! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Adakah Iman?
"Aku berkata kepadamu : Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang..." (Lukas 18: 8)
Ini tentang sebuah perumpamaan. Tentang sosok seorang hakim yang akhirnya memenuhi permohonan pembelaan seorang janda. Yang selalu "menyusahkan" datang menggangu minta tolong (baca ulang ayat 2-5). Apalagi dengan Allah terhadap kita. Bahkan dengan segala permohonan dan kebutuhan kita. Tuhan Yesus Kristus menegaskan kembali, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ayat 7). Syaratnya: Apakah masih ada Iman? Tentu bukan "Iman" nama seseorang. Tetapi yang dimaksudkan adalah: Percaya kepada Tuhan. Di hati, pikiran dan juga hidup kita. Sebagai pribadi, maupun sebagai keluarga. Adalah sangat indah, jika berdasarkan Lukas 18 ini, kita bersama sepakat bahwa tanpa keyakinan, tanpa iman, kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa! Lalu kita menjawab pertanyaan di ayat terakhir (ayat 8), "Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" Mari kita tegaskan, "Ya, Anak Manusia akan mendapati iman di bumi! Mari menjadi pribadi dan khususnya keluarga yang berdoa tidak jemu-jemu. Rendah hati selalu berseru kepada Tuhan. Dan taat percaya mempersilakan Tuhan menggenapkan rancanganNya, bukan rancangan kita. Ada dan akan selalu ada Iman. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Ini tentang sebuah perumpamaan. Tentang sosok seorang hakim yang akhirnya memenuhi permohonan pembelaan seorang janda. Yang selalu "menyusahkan" datang menggangu minta tolong (baca ulang ayat 2-5). Apalagi dengan Allah terhadap kita. Bahkan dengan segala permohonan dan kebutuhan kita. Tuhan Yesus Kristus menegaskan kembali, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ayat 7). Syaratnya: Apakah masih ada Iman? Tentu bukan "Iman" nama seseorang. Tetapi yang dimaksudkan adalah: Percaya kepada Tuhan. Di hati, pikiran dan juga hidup kita. Sebagai pribadi, maupun sebagai keluarga. Adalah sangat indah, jika berdasarkan Lukas 18 ini, kita bersama sepakat bahwa tanpa keyakinan, tanpa iman, kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa! Lalu kita menjawab pertanyaan di ayat terakhir (ayat 8), "Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" Mari kita tegaskan, "Ya, Anak Manusia akan mendapati iman di bumi! Mari menjadi pribadi dan khususnya keluarga yang berdoa tidak jemu-jemu. Rendah hati selalu berseru kepada Tuhan. Dan taat percaya mempersilakan Tuhan menggenapkan rancanganNya, bukan rancangan kita. Ada dan akan selalu ada Iman. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Keluarga Tidak Gentar Menderita (2 Tesalonika 2: 1-13)
"Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun!" (2 Tesalonika 2: 3)
Di ayat 2 perikop kita kali ini, ada ungkapan mengingatkan, "...seolah-olah hari Tuhan telah tiba." Kalimat Rasul Paulus (bersama Silwanus dan Timotius) ini ditujukan kepada jemaat Tesalonika yang sedang ribut dan ribet tentang kedatangan Tuhan. Bermunculan guru-guru palsu mengajarkan bahwa hari Tuhan sudah mulai dan murka Allah yang terakhir sedang dicurahkan ke atas dunia. Tetapi Paulus mengingatkan mereka untuk tidak perlu kuatir. Karena hari murka Allah belum tiba. Dua hal akan menandakan tibanya: 1. Harus datang "kemurtadan" khusus dan 2. "manusia durhaka" akan dinyatakan (ayat 3). Kita semua (sebagai pribadi, sebagai jemaat, termasuk sebagai keluarga) sekarangpun masih menanti kedatanganNya. Tetapi tanda-tanda soal kedurhakaan sebelum kedatangan Tuhan, tampaknya kian nyata dan banyak. Adalah indah secara spiritual untuk mengamini "waktunya telah dekat", secara bertanggungjawab. Baik rasional dan khususnya roh kita dalam hikmat Roh Allah. Agar kita tidak melulu takut dan ketakutan, gentar menjalani berbagai perjuangan serta pergumulan kehidupan. Siap menderita karena Kristus. Dan sebaliknya, firmanNya mengingatkan juga, agar kita tidak gampang disesatkan ajaran yang menghasut, merayu goda dan menyesatkan. "Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga!..." (baca lagi ayat 3). Mari jadi pribadi, umat Allah dan khususnya keluarga-keluarga yang tidak mudah goyah iman. Berani, menjadi keluarga yang tidak gentar menderita karena Kristus. Jangan mau disesatkan! Hiduplah lebih bersyukur dan wartakan kabar baik. Dengan lebih sering mengasihi sesama manusia, selama menanti kedatanganNya. Keluarga setia mengasihi selama menanti. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Di ayat 2 perikop kita kali ini, ada ungkapan mengingatkan, "...seolah-olah hari Tuhan telah tiba." Kalimat Rasul Paulus (bersama Silwanus dan Timotius) ini ditujukan kepada jemaat Tesalonika yang sedang ribut dan ribet tentang kedatangan Tuhan. Bermunculan guru-guru palsu mengajarkan bahwa hari Tuhan sudah mulai dan murka Allah yang terakhir sedang dicurahkan ke atas dunia. Tetapi Paulus mengingatkan mereka untuk tidak perlu kuatir. Karena hari murka Allah belum tiba. Dua hal akan menandakan tibanya: 1. Harus datang "kemurtadan" khusus dan 2. "manusia durhaka" akan dinyatakan (ayat 3). Kita semua (sebagai pribadi, sebagai jemaat, termasuk sebagai keluarga) sekarangpun masih menanti kedatanganNya. Tetapi tanda-tanda soal kedurhakaan sebelum kedatangan Tuhan, tampaknya kian nyata dan banyak. Adalah indah secara spiritual untuk mengamini "waktunya telah dekat", secara bertanggungjawab. Baik rasional dan khususnya roh kita dalam hikmat Roh Allah. Agar kita tidak melulu takut dan ketakutan, gentar menjalani berbagai perjuangan serta pergumulan kehidupan. Siap menderita karena Kristus. Dan sebaliknya, firmanNya mengingatkan juga, agar kita tidak gampang disesatkan ajaran yang menghasut, merayu goda dan menyesatkan. "Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga!..." (baca lagi ayat 3). Mari jadi pribadi, umat Allah dan khususnya keluarga-keluarga yang tidak mudah goyah iman. Berani, menjadi keluarga yang tidak gentar menderita karena Kristus. Jangan mau disesatkan! Hiduplah lebih bersyukur dan wartakan kabar baik. Dengan lebih sering mengasihi sesama manusia, selama menanti kedatanganNya. Keluarga setia mengasihi selama menanti. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Hidup Karena Percaya (Habakuk 2: 1-5)
"Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar w itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2: 4)
Di tengah berbagai ketidakbenaran yang makin menggila, jangan ikut-ikutan tidak benar. Sebaliknya, kita semakin "dituntut" untuk hidup lebih benar. Hidup benar karena hanya percaya kepada Sang Kebenaran Sejati: Allah Yang Hidup! Ingat beberapa waktu lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi "mungkin yang terbesar di Tahun 2013". Tangkap tangan tindakan korupsi terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi berinisial AM, di rumah dinas Jl. Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (02/10/2013) malam. Penyidik KPK juga menangkap beberapa orang lain (pejabat negara dan pengusaha) serta menyita sejumlah uang dolar Singapura dan dolar Amerika yang dalam rupiah senilai Rp 2,5 miliar-Rp 3 miliar. Ungkapan Nabi Hagai kini menjadi sangat dan teramat penting untuk kita, bahwa hanya "Orang benar akan hidup oleh iman percayanya" (ayat 4). Ungkapan yang diulang sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Baru ini (bisa baca Roma 1: 17, Galatia 3: 11 dan Ibrani 10: 38), menegaskan konteks dua pasal pertama Hagai (ditulis sekitar 625 sM). Memberitakan akan datangnya serangan gencar Bangsa Babel (juga Khaldea) yang tak tertahankan. Hukuman bagi pemerintahan Raja Yoyakhim karena tiraninya yang jahat dan penuh ketidakbenaran. Namun, dalam proses itu umat Allah yang berjuang hidup benar akan hidup oleh iman percaya. Selamat memasuki Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) 2013. Selamat menjadi keluarga yang benar. Tentu diawali dengan menjadi seorang pribadi yang benar. Kemudian benar-benar menjadi Gereja, umat yang hidup dalam Kebenaran Allah. Hingga akhirnya aktif berperan membangun bangsa yang benar, bahkan kehidupan dunia yang lebih benar lagi. Mari hidup (tidak mati). Hidup benar. Menikmati kasih setia Allah Yang Benar. DikasihiNya untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Benar-benar hidup benar! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Di tengah berbagai ketidakbenaran yang makin menggila, jangan ikut-ikutan tidak benar. Sebaliknya, kita semakin "dituntut" untuk hidup lebih benar. Hidup benar karena hanya percaya kepada Sang Kebenaran Sejati: Allah Yang Hidup! Ingat beberapa waktu lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi "mungkin yang terbesar di Tahun 2013". Tangkap tangan tindakan korupsi terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi berinisial AM, di rumah dinas Jl. Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (02/10/2013) malam. Penyidik KPK juga menangkap beberapa orang lain (pejabat negara dan pengusaha) serta menyita sejumlah uang dolar Singapura dan dolar Amerika yang dalam rupiah senilai Rp 2,5 miliar-Rp 3 miliar. Ungkapan Nabi Hagai kini menjadi sangat dan teramat penting untuk kita, bahwa hanya "Orang benar akan hidup oleh iman percayanya" (ayat 4). Ungkapan yang diulang sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Baru ini (bisa baca Roma 1: 17, Galatia 3: 11 dan Ibrani 10: 38), menegaskan konteks dua pasal pertama Hagai (ditulis sekitar 625 sM). Memberitakan akan datangnya serangan gencar Bangsa Babel (juga Khaldea) yang tak tertahankan. Hukuman bagi pemerintahan Raja Yoyakhim karena tiraninya yang jahat dan penuh ketidakbenaran. Namun, dalam proses itu umat Allah yang berjuang hidup benar akan hidup oleh iman percaya. Selamat memasuki Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) 2013. Selamat menjadi keluarga yang benar. Tentu diawali dengan menjadi seorang pribadi yang benar. Kemudian benar-benar menjadi Gereja, umat yang hidup dalam Kebenaran Allah. Hingga akhirnya aktif berperan membangun bangsa yang benar, bahkan kehidupan dunia yang lebih benar lagi. Mari hidup (tidak mati). Hidup benar. Menikmati kasih setia Allah Yang Benar. DikasihiNya untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Benar-benar hidup benar! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Menggapai Sumur Tanpa Dasar (Yesaya 55: 8-9 & Roma 11: 33-36)
"O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (Roma 11: 33)
Mari memuji memuliakanNya karena takjub! Karena ketakjuban hati kita kepada Allah. Terus dan lebih belajar mendalami, menemukan hikmat atas rancangan dan kasih karunia Allah. Yang tiada henti. Sesungguhnya Yesaya 55 berada di jajaran pasal Kitab Yesaya yang penuh nubuat dan kemuliaan. Tentang Mesias yang akan datang dan kerajaan-Nya di bumi kelak. Ditulis selama tahun-tahun akhir hidup Nabi Yesaya. Memberi kekuatan penghiburan kepada umat-Nya selama tertawan di Babel 150 tahun sesudah zaman Yesaya. Sehingga semua pendengar, khususnya kita sekarang, baru mengerti ungkap, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55: 8-9) Begitu pula dengan konteks Roma 11. Menikmati puji-pujian Rasul Paulus, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (ayat 33, dan baca berulang-ulang juga ayat 34-36). Lebih menegaskan lagi indahnya meninggikan Dia. Semua kita tidak bisa lagi menyombongkan diri. Kita hanya dapat tunduk bersyukur. Memuliakan hikmat, pengetahuan, keputusan, pikiran, kemurahan Allah yang tak terselami. Ia sungguh Pencipta, Pemelihara, Penyelamat yang ajaib dan sungguh patut kita puji selama-lamanya. Menikmati keselamatanNya, mungkin seperti terbang damai menggapai langit di atas langit. Atau berenang di lautan kasih karuniaNya yang dalam tiada bertepi. Juga, terus mendengar dan memberlakukan hikmatNya, seperti menggapai sumur tanpa dasar. Sumur rancangan dan penggenapan penyelamatanNya kepada dunia. Sehingga melalui kita, lebih banyak orang lain juga mengaku memuliakan, "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Mari memuji memuliakanNya karena takjub! Karena ketakjuban hati kita kepada Allah. Terus dan lebih belajar mendalami, menemukan hikmat atas rancangan dan kasih karunia Allah. Yang tiada henti. Sesungguhnya Yesaya 55 berada di jajaran pasal Kitab Yesaya yang penuh nubuat dan kemuliaan. Tentang Mesias yang akan datang dan kerajaan-Nya di bumi kelak. Ditulis selama tahun-tahun akhir hidup Nabi Yesaya. Memberi kekuatan penghiburan kepada umat-Nya selama tertawan di Babel 150 tahun sesudah zaman Yesaya. Sehingga semua pendengar, khususnya kita sekarang, baru mengerti ungkap, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55: 8-9) Begitu pula dengan konteks Roma 11. Menikmati puji-pujian Rasul Paulus, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (ayat 33, dan baca berulang-ulang juga ayat 34-36). Lebih menegaskan lagi indahnya meninggikan Dia. Semua kita tidak bisa lagi menyombongkan diri. Kita hanya dapat tunduk bersyukur. Memuliakan hikmat, pengetahuan, keputusan, pikiran, kemurahan Allah yang tak terselami. Ia sungguh Pencipta, Pemelihara, Penyelamat yang ajaib dan sungguh patut kita puji selama-lamanya. Menikmati keselamatanNya, mungkin seperti terbang damai menggapai langit di atas langit. Atau berenang di lautan kasih karuniaNya yang dalam tiada bertepi. Juga, terus mendengar dan memberlakukan hikmatNya, seperti menggapai sumur tanpa dasar. Sumur rancangan dan penggenapan penyelamatanNya kepada dunia. Sehingga melalui kita, lebih banyak orang lain juga mengaku memuliakan, "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Bersaksi (1 Timotius 2: 1-7)
"Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran." (1 Timotius 2: 7)
Fenomena Vickynisasi sedang banyak dibicarakan. Berawal dari Vicky Prasetya, mantan tunangan seorang penyanyi dangdut. Menjadi sangat terkenal (khususnya di dunia maya) karena hasil wawancara dengannya diunggah ke situs video sharing Youtube. Tanpa ada beban sedikitpun, Vicky yang terindikasi menipu beberapa orang itu, mengeluarkan kata-kata ajaib dan "tata bahasa gado-gado" yang tidak jelas artinya saat diwawancarai. Seperti "kontroversi hati", "konspirasi kemakmuran", "harmonisasi", "statusisasi", "labil ekonomi", hingga "kudeta keinginan". Tidak mengherankan jika di dunia maya dan keseharian kini, nama Vicky banyak dibicarakan, dijadikan lelucon bahkan olok-olok. Namun sesungguhnya, fenomena Vickynisasi seperti ini sudah lama terjadi dalam kehidupan kita. Misalnya, masih banyak diantara kita lebih sering menggunakan kata "merubah" dan bukan kata "mengubah". Atau sejak zaman Orde Lama lalu misalnya, ada kebiasaan mengucapkan "daripada". Juga di kalangan anak muda sekarang, yang sering mengucapkan misalnya kata atau kalimat, "secara", "ngga mood", "penting gitu", dan lain sebagainya. Mari belajar berkata-kata yang benar. Khususnya menyampaikan isi dan arti yang benar. Sehingga kita tidak terus-menerus membodohi dan menipu diri sendiri. Apalagi tidak menipu orang lain. Untuk akhirnya kita akan berani bersaksi tentang Kebenaran kepada dunia. Seperti Rasul Paulus meneladankan lewat berbagai tulisannya, ucap kata nasihat dan kotbahnya. Juga jujur dan jelas mengajarkan kebenaran tentang Tuhan Yesus Kristus, melalui tingkah laku nyata sehari-hari. Kepada Timotius di konteks perikop ini, "Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran." (ayat 7). Dan juga sampai kini kepada kita. Di fenomena Vickynisasi atau fenomena lain apapun juga. Teruslah hidup benar, berkata dan bersaksi tentang Kasih dan FirmanNya, sumber kebenaran. Bahkan Kebenaran yang sesungguhnya! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Fenomena Vickynisasi sedang banyak dibicarakan. Berawal dari Vicky Prasetya, mantan tunangan seorang penyanyi dangdut. Menjadi sangat terkenal (khususnya di dunia maya) karena hasil wawancara dengannya diunggah ke situs video sharing Youtube. Tanpa ada beban sedikitpun, Vicky yang terindikasi menipu beberapa orang itu, mengeluarkan kata-kata ajaib dan "tata bahasa gado-gado" yang tidak jelas artinya saat diwawancarai. Seperti "kontroversi hati", "konspirasi kemakmuran", "harmonisasi", "statusisasi", "labil ekonomi", hingga "kudeta keinginan". Tidak mengherankan jika di dunia maya dan keseharian kini, nama Vicky banyak dibicarakan, dijadikan lelucon bahkan olok-olok. Namun sesungguhnya, fenomena Vickynisasi seperti ini sudah lama terjadi dalam kehidupan kita. Misalnya, masih banyak diantara kita lebih sering menggunakan kata "merubah" dan bukan kata "mengubah". Atau sejak zaman Orde Lama lalu misalnya, ada kebiasaan mengucapkan "daripada". Juga di kalangan anak muda sekarang, yang sering mengucapkan misalnya kata atau kalimat, "secara", "ngga mood", "penting gitu", dan lain sebagainya. Mari belajar berkata-kata yang benar. Khususnya menyampaikan isi dan arti yang benar. Sehingga kita tidak terus-menerus membodohi dan menipu diri sendiri. Apalagi tidak menipu orang lain. Untuk akhirnya kita akan berani bersaksi tentang Kebenaran kepada dunia. Seperti Rasul Paulus meneladankan lewat berbagai tulisannya, ucap kata nasihat dan kotbahnya. Juga jujur dan jelas mengajarkan kebenaran tentang Tuhan Yesus Kristus, melalui tingkah laku nyata sehari-hari. Kepada Timotius di konteks perikop ini, "Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran." (ayat 7). Dan juga sampai kini kepada kita. Di fenomena Vickynisasi atau fenomena lain apapun juga. Teruslah hidup benar, berkata dan bersaksi tentang Kasih dan FirmanNya, sumber kebenaran. Bahkan Kebenaran yang sesungguhnya! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Bertobat Setelah Mendengar (Lukas 15: 1-10)
"Aku berkata kepadamu : Demikian juga akan ada suka cita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih..."(Lukas 15: 7)
Para Farisi dan ahli Taurat kembali bersungut-sungut tentang sikap dan perbuatan Tuhan Yesus Kristus, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka" (ayat 2). Bagi mereka, berdekatan dengan orang berdosa akan menyebabkan ketularan tidak "bersih". Tuhan Yesus pun merespon dengan trio perumpamaan: Domba yang hilang; Dirham yang hilang, dan Anak yang hilang. Perikop kita kali ini berisi perumpamaan yang pertama tadi. Si gembala menyadari ada satu ekor domba yang hilang. Lalu ia mencari sampai ia menemukannya (ayat 4). Tidak sedikit pun ia menyalahkan domba yang hilang itu (berlawanan dengan sikap ahli Taurat dan orang Farisi terhadap orang berdosa). Mari mendengar ajaran Sang Gembala kita, Gembala Yang Baik! Mendengar FirmanNya, bahkan lebih dalam bersedia mendengar "suara hati" Sang Bapa. Yang selalu mencari kita yang hilang, menemukan dan merayakan penemuan itu (ayat 6). Bahkan di ayat terakhir, Tuhan Yesus menyuarakan tegas, "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Ya, mau bertobat setelah mendengarkan Firman Tuhan. Itulah keinginanNya, suara hati Allah yang harus selalu lebih kita dengar. Baik melalui telinga kita, juga melalui seluruh panca indera, berdasar hati kita yang juga bersedia terus mendengar. Di berbagai peristiwa dan kejadian pada masyarakat luas (contohnya berbagai kejahatan, penembakan, bahkan ketidakmenentuan harga kedelai di Indonesia bahkan ekonomi dunia), maupun khususnya pergumulan perjuangan di kehidupan keluarga (misal: kecelakaan di jalan tol yang melibatkan seorang remaja putra seorang artis terkenal, yang merenggut nyawa 6 orang meninggal dunia) ataupun pribadi lepas pribadi kita. Bertobatlah karena mendengar, mendengarlah untuk bertobat! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Para Farisi dan ahli Taurat kembali bersungut-sungut tentang sikap dan perbuatan Tuhan Yesus Kristus, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka" (ayat 2). Bagi mereka, berdekatan dengan orang berdosa akan menyebabkan ketularan tidak "bersih". Tuhan Yesus pun merespon dengan trio perumpamaan: Domba yang hilang; Dirham yang hilang, dan Anak yang hilang. Perikop kita kali ini berisi perumpamaan yang pertama tadi. Si gembala menyadari ada satu ekor domba yang hilang. Lalu ia mencari sampai ia menemukannya (ayat 4). Tidak sedikit pun ia menyalahkan domba yang hilang itu (berlawanan dengan sikap ahli Taurat dan orang Farisi terhadap orang berdosa). Mari mendengar ajaran Sang Gembala kita, Gembala Yang Baik! Mendengar FirmanNya, bahkan lebih dalam bersedia mendengar "suara hati" Sang Bapa. Yang selalu mencari kita yang hilang, menemukan dan merayakan penemuan itu (ayat 6). Bahkan di ayat terakhir, Tuhan Yesus menyuarakan tegas, "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Ya, mau bertobat setelah mendengarkan Firman Tuhan. Itulah keinginanNya, suara hati Allah yang harus selalu lebih kita dengar. Baik melalui telinga kita, juga melalui seluruh panca indera, berdasar hati kita yang juga bersedia terus mendengar. Di berbagai peristiwa dan kejadian pada masyarakat luas (contohnya berbagai kejahatan, penembakan, bahkan ketidakmenentuan harga kedelai di Indonesia bahkan ekonomi dunia), maupun khususnya pergumulan perjuangan di kehidupan keluarga (misal: kecelakaan di jalan tol yang melibatkan seorang remaja putra seorang artis terkenal, yang merenggut nyawa 6 orang meninggal dunia) ataupun pribadi lepas pribadi kita. Bertobatlah karena mendengar, mendengarlah untuk bertobat! Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Transformatif Firman (Filemon 1: 4-22)
"Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus." (Filemon 1: 6)
Mari mengalami proses transformasi (perubahan). Khususnya ketika kita membaca, mendengar dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Penulis Kitab Filemon mengajak kita memulai dari lingkungan terdekat: Persekuatuan keluarga dan kemudian persekutuan jemaat. Karena dalam persekutuan, komunikasi tidak hanya tukar menukar informasi, melainkan juga mengalami daya perubahan dari dalam hati. Daya transformasi karena Firman Allah. Rasul Paulus tentu telah mengalaminya. Dan relasi intimnya Filemon dan kawan-kawannya membuat Paulus bersyukur (ayat 4-7). Apalagi mendengar pertumbuhan kasih mereka kepada saudara-saudara seiman, karena kedewasaan iman mereka terhadap Tuhan Yesus Kristus. Dan jelas sekali Paulus sedang mempersiapkan Filemon untuk lebih berani dan terbuka menyatakan kasihnya (ayat 21-22) terhadap satu saudara seiman, juga tingkat selanjutnya yang lebih luas: Sesama manusia yang lain dan segenap kehidupan. Paulus sendiri meneladankan kasih tersebut dengan rela menanggung kerugian harta Filemon akibat pelarian Onesimus (ayat 18-19). Penjara tidak menghalangi Paulus mengajarkan daya dan mencontohkan karakter transformasi Firman yang harus nyata dalam hidup setiap anak Tuhan. Ingin merasakan daya transformatif Firman (Alkitab)? Mari baca Alkitab juga kehidupan dengan pikiran dan hati yang terbuka, bukan dengan pikiran dan hati yang tertutup. Pikiran dan hati kita tertutup, jikalau kita membaca dengan tergesa-gesa, tanpa meresapkan dan merasakan KasihNya. Itu berarti, agar kita bisa mengalami daya transformatif Firman, kita harus membaca dan mendengarkan Firman dengan kerendahan hati, membuka hati dan hati mau dibentukNya. Terus berubah menjadi sosok yang lebih baik dengan melakukan Firman dengan nyata. Amin Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Mari mengalami proses transformasi (perubahan). Khususnya ketika kita membaca, mendengar dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Penulis Kitab Filemon mengajak kita memulai dari lingkungan terdekat: Persekuatuan keluarga dan kemudian persekutuan jemaat. Karena dalam persekutuan, komunikasi tidak hanya tukar menukar informasi, melainkan juga mengalami daya perubahan dari dalam hati. Daya transformasi karena Firman Allah. Rasul Paulus tentu telah mengalaminya. Dan relasi intimnya Filemon dan kawan-kawannya membuat Paulus bersyukur (ayat 4-7). Apalagi mendengar pertumbuhan kasih mereka kepada saudara-saudara seiman, karena kedewasaan iman mereka terhadap Tuhan Yesus Kristus. Dan jelas sekali Paulus sedang mempersiapkan Filemon untuk lebih berani dan terbuka menyatakan kasihnya (ayat 21-22) terhadap satu saudara seiman, juga tingkat selanjutnya yang lebih luas: Sesama manusia yang lain dan segenap kehidupan. Paulus sendiri meneladankan kasih tersebut dengan rela menanggung kerugian harta Filemon akibat pelarian Onesimus (ayat 18-19). Penjara tidak menghalangi Paulus mengajarkan daya dan mencontohkan karakter transformasi Firman yang harus nyata dalam hidup setiap anak Tuhan. Ingin merasakan daya transformatif Firman (Alkitab)? Mari baca Alkitab juga kehidupan dengan pikiran dan hati yang terbuka, bukan dengan pikiran dan hati yang tertutup. Pikiran dan hati kita tertutup, jikalau kita membaca dengan tergesa-gesa, tanpa meresapkan dan merasakan KasihNya. Itu berarti, agar kita bisa mengalami daya transformatif Firman, kita harus membaca dan mendengarkan Firman dengan kerendahan hati, membuka hati dan hati mau dibentukNya. Terus berubah menjadi sosok yang lebih baik dengan melakukan Firman dengan nyata. Amin Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Sumber Air Hidup (Yeremia 2: 4-13)
"Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat; mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam..." (Yeremia 2: 13)
Mengakhiri Bulan Agustus dan mengawali September 2013 ini, bangsa kita mengalami turun-naik (melemah-menguat) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Banyak pihak kebingungan, dari pedagang alat-alat elektronik di Pasar Glodok Kota (Jakarta) hingga para pembuat Tempe-Tahu di berbagai daerah di Indonesia terancam "gulung tikar" atau menutup usahanya. Mari jangan terlalu kebingungan apalagi jadi stress. Tentu kita boleh bingung sedikit, tetapi jangan berlarut-larut apalagi sampai melupakan ada Tuhan. Sang Mata Air Kehidupan kita yang sejati! Umat Allah di konteks Yeremia 2 rupanya melakukan dua dosa mendasar: 1.mereka meninggalkan Tuhan, satu-satunya yang dapat memberikan hidup berkelimpahan sejati; 2. Bahkan mereka mencari hidup kesenangan dalam pemujaan berhala duniawi, hal-hal yang tidak bernilai abadi. Nabi Yeremia dipakai Tuhan menegur dan mengingatkan bangsa pilihan itu dan sekalgus juga kita kini. Meninggalkan Allah Sang Sumber Air Kehidupan dan mencari andalan lain yang tidak dapat mengaruniakan kehidupan adalah sebuah kebodohan. "Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." (ayat 13) Karenanya, mari datanglah hanya kepada Sang Sumber Air membuat kita hidup. Mari terus mendengarkan, hidup bahagia di dalam dan setia melakukan Firman Tuhan dari Sang Sumber Air Yang Hidup. Membagikan untuk semua orang dan kehidupan yang lebih hidup. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Mengakhiri Bulan Agustus dan mengawali September 2013 ini, bangsa kita mengalami turun-naik (melemah-menguat) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Banyak pihak kebingungan, dari pedagang alat-alat elektronik di Pasar Glodok Kota (Jakarta) hingga para pembuat Tempe-Tahu di berbagai daerah di Indonesia terancam "gulung tikar" atau menutup usahanya. Mari jangan terlalu kebingungan apalagi jadi stress. Tentu kita boleh bingung sedikit, tetapi jangan berlarut-larut apalagi sampai melupakan ada Tuhan. Sang Mata Air Kehidupan kita yang sejati! Umat Allah di konteks Yeremia 2 rupanya melakukan dua dosa mendasar: 1.mereka meninggalkan Tuhan, satu-satunya yang dapat memberikan hidup berkelimpahan sejati; 2. Bahkan mereka mencari hidup kesenangan dalam pemujaan berhala duniawi, hal-hal yang tidak bernilai abadi. Nabi Yeremia dipakai Tuhan menegur dan mengingatkan bangsa pilihan itu dan sekalgus juga kita kini. Meninggalkan Allah Sang Sumber Air Kehidupan dan mencari andalan lain yang tidak dapat mengaruniakan kehidupan adalah sebuah kebodohan. "Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." (ayat 13) Karenanya, mari datanglah hanya kepada Sang Sumber Air membuat kita hidup. Mari terus mendengarkan, hidup bahagia di dalam dan setia melakukan Firman Tuhan dari Sang Sumber Air Yang Hidup. Membagikan untuk semua orang dan kehidupan yang lebih hidup. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
_Taat dan Kritis (Lukas 13: 10-17)
_Menurut Lawrence Kohlberg, perkembangan moral dihubungkan pengambilan
sikap tindakan seseorang, terbagi 3 (tiga) bagian besar: 1.
Pra-Konvensional yaitu tingkat penalaran moral umumnya ada pada
anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan ini. Suatu
tindakan berdasarkan konsekuensi langsung. Dan murni melihat diri dalam
bentuk egosentris; 2. Konvensional yaitu perkembangan moral seorang
remaja atau dewasa. Orang di tingkatan ini menilai tindakan dengan
membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. 3.
Pasca-Konvensional yaitu tingkatan akhir yang terkenal sebagai "tingkat
berprinsip", terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral.
Kohlberg membagi tiap bagian tersebut dengan dua tahap. Jadi
menyeluruh ada 6 tahapan. Dan yang paling menarik adalah di tahapan
paling terakhir (tahap 6), yang disebut "prinsip etika universal".
Dimana aturan dan hukum hanya valid bila berdasar keadilan.
Menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hal ini dilakukan dengan membayangkan seseorang saat menjadi orang lain. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil: Seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Sesungguhnya, Tuhan Yesus Kristus jauh sebelumnya sudah sangat meneladankan hal itu. Dan mari kita melakukan seperti yang dilakukanNya. Mari hidup taat dalam Iman, Pengharapan dan Kasih, sekaligus mari kritis terhadap hukum dunia, termasuk hukum negara. Contoh ketika tindakanNya menolong seorang perempuan (telah 18 tahun dirasuk roh jahat) di hari Sabat. Itu dipertanyakan kepala rumah ibadat dan banyak orang. Dengan kasih sekaligus kritis, Tuhan Yesus menjawab, "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" (ayat 15-16). Amin. Oleh: Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hal ini dilakukan dengan membayangkan seseorang saat menjadi orang lain. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil: Seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Sesungguhnya, Tuhan Yesus Kristus jauh sebelumnya sudah sangat meneladankan hal itu. Dan mari kita melakukan seperti yang dilakukanNya. Mari hidup taat dalam Iman, Pengharapan dan Kasih, sekaligus mari kritis terhadap hukum dunia, termasuk hukum negara. Contoh ketika tindakanNya menolong seorang perempuan (telah 18 tahun dirasuk roh jahat) di hari Sabat. Itu dipertanyakan kepala rumah ibadat dan banyak orang. Dengan kasih sekaligus kritis, Tuhan Yesus menjawab, "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" (ayat 15-16). Amin. Oleh: Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Kesejahteraan dan Kebaikan (Ibrani 11: 29-12: 2)
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatuyang tidak kita lihat." (Ibrani 11: 1)
Semua karena bertekun dalam Iman. Baca dan maknai kembali ayat 29-33. Sejarah gereja membuktikan bahwa banyak Umat Kristen yang rela dan sadar memilih menderita bahkan mati karena pilihan iman mereka. Namun karena iman juga, mereka semua akhirnya keluar sebagai pemenang dan menerima kemuliaan dari Allah. Abraham, karena imannya, memberikan anaknya sebagai persembahan kepada Allah ketika Ia menuntutnya. Abraham begitu yakin bahwa Allah yang telah menjanjikan kepadanya keturunan melalui Ishak, pasti juga akan mampu membangkitkan Ishak, pun jika kematian berlaku. Bertekun, mau setia dan taat dalam iman kepada Allah. Karena bertekun dalam iman pula, Musa rela meninggalkan segala masa depan yang gemilang. Ia adalah calon pengganti Firaun raja Mesir yang agung. Musa rela mengidentifikasikan dirinya dengan umat Allah. Musa rela hidup dalam penderitaan, dalam ketidakpastian, dan dalam perjuangan yang berat untuk menuju tanah perjanjian yang telah disediakan Allah. Bertekun dalam Iman membuat kita bertekun pula menjadi saluran berkatNya bagi banyak orang lain. Bertekunlah dalam Iman. Dengan Iman, kita bersama mampu bertekun mengupayakan kesejahteraan dan kebaikan. Bukan untuk diri sendiri saja, tetapi untuk keluarga dan sesama. Juga yang lebih luas untuk Gereja, untuk Bangsa Indonesia bahkan dunia semesta. Bertekun mengupayakan kesejahteraan dan kebaikan bersama. Amin Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Semua karena bertekun dalam Iman. Baca dan maknai kembali ayat 29-33. Sejarah gereja membuktikan bahwa banyak Umat Kristen yang rela dan sadar memilih menderita bahkan mati karena pilihan iman mereka. Namun karena iman juga, mereka semua akhirnya keluar sebagai pemenang dan menerima kemuliaan dari Allah. Abraham, karena imannya, memberikan anaknya sebagai persembahan kepada Allah ketika Ia menuntutnya. Abraham begitu yakin bahwa Allah yang telah menjanjikan kepadanya keturunan melalui Ishak, pasti juga akan mampu membangkitkan Ishak, pun jika kematian berlaku. Bertekun, mau setia dan taat dalam iman kepada Allah. Karena bertekun dalam iman pula, Musa rela meninggalkan segala masa depan yang gemilang. Ia adalah calon pengganti Firaun raja Mesir yang agung. Musa rela mengidentifikasikan dirinya dengan umat Allah. Musa rela hidup dalam penderitaan, dalam ketidakpastian, dan dalam perjuangan yang berat untuk menuju tanah perjanjian yang telah disediakan Allah. Bertekun dalam Iman membuat kita bertekun pula menjadi saluran berkatNya bagi banyak orang lain. Bertekunlah dalam Iman. Dengan Iman, kita bersama mampu bertekun mengupayakan kesejahteraan dan kebaikan. Bukan untuk diri sendiri saja, tetapi untuk keluarga dan sesama. Juga yang lebih luas untuk Gereja, untuk Bangsa Indonesia bahkan dunia semesta. Bertekun mengupayakan kesejahteraan dan kebaikan bersama. Amin Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Jauhi Kejahatan (Yesaya 1: 10-20)
"Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatan yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah..." (Yesaya 1: 16)
Firman Allah datang melalui Nabi Yesaya dan menegur bangsa pilihanNya, mereka hidup dalam kepalsuan. Di rumah Tuhan ibadah begitu semarak, tetapi di luar menindas sesama dan mencelakakan orang-orang tidak berdaya. Perilaku umat Tuhan disamakan seperti penduduk Sodom dan Gomora yang menyakitkan hati Allah. Tidak berlebihan kalau hukuman dahsyat dirancangkan Allah. Kecuali ada pertobatan! Ya, karena bagi Allah bertobat lebih baik daripada korban persembahan yang tidak murni. "Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan." (ayat 13) Mari kita juga melakukan pertobatan serupa. Pertobatan yang menyenangkan hatiNya: Menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik (baca juga Roma 12: 9). Sebagai anggota keluarga, gereja juga khususnya rakyat Indonesia, yang makin diuji belakangan ini untuk menjauhi korupsi, berbagai bentuk kekerasan dan kejahatan. Bahkan tidak sekadar menjauhi kejahatan, tetapi sungguh-sungguh berusaha untuk berhenti melakukan kejahatan. Seperti firman Allah di ayat 16 jelas memerintahkan, "basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat", dan mari kita belajar berbuat baik, lebih sering! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Firman Allah datang melalui Nabi Yesaya dan menegur bangsa pilihanNya, mereka hidup dalam kepalsuan. Di rumah Tuhan ibadah begitu semarak, tetapi di luar menindas sesama dan mencelakakan orang-orang tidak berdaya. Perilaku umat Tuhan disamakan seperti penduduk Sodom dan Gomora yang menyakitkan hati Allah. Tidak berlebihan kalau hukuman dahsyat dirancangkan Allah. Kecuali ada pertobatan! Ya, karena bagi Allah bertobat lebih baik daripada korban persembahan yang tidak murni. "Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan." (ayat 13) Mari kita juga melakukan pertobatan serupa. Pertobatan yang menyenangkan hatiNya: Menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik (baca juga Roma 12: 9). Sebagai anggota keluarga, gereja juga khususnya rakyat Indonesia, yang makin diuji belakangan ini untuk menjauhi korupsi, berbagai bentuk kekerasan dan kejahatan. Bahkan tidak sekadar menjauhi kejahatan, tetapi sungguh-sungguh berusaha untuk berhenti melakukan kejahatan. Seperti firman Allah di ayat 16 jelas memerintahkan, "basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat", dan mari kita belajar berbuat baik, lebih sering! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Waspada Tamak (Lukas 12 : 13-21)
"Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab..." (Lukas 12: 15)
Waspada tamak! Ketamakan membuat orang kaya atau berkuasa, berlaku korupsi. Bahkan, ketamakan membuat orang miskin, bisa berlaku mencuri. Perhatikan firman Tuhan Yesus Kristus melalui penulis Injil Lukas kali ini: Sungguh suatu kebodohan (ayat 20-21) tidak terperikan untuk mereka, yang hanya memikirkan dan mengejar kekayaan dunia ini, sangat sementara sifatnya. Melebihi kekayaan sorgawi untuk kehidupan yang kekal, keselamatan abadi. Hati-hati bahaya loba dan serakah. Ketamakan bisa menjadi batu sandungan kesaksian kita sebagai murid Kristus. Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (ayat 15) Ya, kekayaan mungkin bisa menambah obat atau terapi medis lainnya. Tetapi kekayaan tidak bisa menambah usia. Tuhan-lah yang menentukan durasi umur kita. Karenanya mari lebih mengumpulkan kekayaan kemuliaanNya melalui kehidupan, pekerjaan dan pelayanan di dunia. Berbagi peduli, saling mengasihi membantu dan melayani itulah tujuan utama hidup. (bdk. Luk. 1:53, 6:24, 21:1-4). Tuhan kita Yesus Kristus yang mengetahui persis akhir dari segala sesuatu, mengingatkan lagi untuk jangan jadi batu sandungan. Tetapi marilah kita jadi batu loncatan. Bagi keluarga, gereja dan bahkan bagi negara. Bertumbuh bersama dalam kebaikan. Mari kita bekerja-berusaha dengan jujur, ahli bersyukur dalam segala hal. Dan waspada tamak! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Waspada tamak! Ketamakan membuat orang kaya atau berkuasa, berlaku korupsi. Bahkan, ketamakan membuat orang miskin, bisa berlaku mencuri. Perhatikan firman Tuhan Yesus Kristus melalui penulis Injil Lukas kali ini: Sungguh suatu kebodohan (ayat 20-21) tidak terperikan untuk mereka, yang hanya memikirkan dan mengejar kekayaan dunia ini, sangat sementara sifatnya. Melebihi kekayaan sorgawi untuk kehidupan yang kekal, keselamatan abadi. Hati-hati bahaya loba dan serakah. Ketamakan bisa menjadi batu sandungan kesaksian kita sebagai murid Kristus. Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (ayat 15) Ya, kekayaan mungkin bisa menambah obat atau terapi medis lainnya. Tetapi kekayaan tidak bisa menambah usia. Tuhan-lah yang menentukan durasi umur kita. Karenanya mari lebih mengumpulkan kekayaan kemuliaanNya melalui kehidupan, pekerjaan dan pelayanan di dunia. Berbagi peduli, saling mengasihi membantu dan melayani itulah tujuan utama hidup. (bdk. Luk. 1:53, 6:24, 21:1-4). Tuhan kita Yesus Kristus yang mengetahui persis akhir dari segala sesuatu, mengingatkan lagi untuk jangan jadi batu sandungan. Tetapi marilah kita jadi batu loncatan. Bagi keluarga, gereja dan bahkan bagi negara. Bertumbuh bersama dalam kebaikan. Mari kita bekerja-berusaha dengan jujur, ahli bersyukur dalam segala hal. Dan waspada tamak! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Berakar Bertumbuh (Kolose 2: 6-15)
"Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan..." (Kolose 2: 7)
Apakah betul jika kita mau "aman" dan bertumbuh sehat jasmani maupun khususnya rohani, maka seharusnya kita bebas dari / tidak mengalami godaan, pergumulan dan ancaman? Ternyata tidak. Karena rupanya, semua itu justru sarana pengujian mental dan spiritualitas kita. Bahkan untuk terus mengalami pertumbuhan iman! Seperti jemaat di Kolose, meskipun hidup dalam ancaman ajaran doktrin palsu, filsafat kosong dan moral yang sesat (ayat 8), namun tetap bisa dan terus bertumbuh. Apa kuncinya? Hidup dalam Kristus. Kristus bukan saja dasar, tetapi sekaligus bangunan dan isi hidup. Dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa (ayat 11). Kita bukan saja menerima keselamatan dengan beriman kepada-Nya, tetapi juga kekudusan dan kekuatan rohani kita. Itu sebabnya kita perlu tinggal tetap dalam Dia. Mari meneruskan perjalananan penggalan setengah tahun 2013 ke depan, sampai selamanya. Mau diutus seperti perintah Tuhan Yesus Kristus melalui Paulus dan Timotius di ayat 7: Teruslah berakar di dalam dan dibangun di atas Dia. Sehingga iman kita bertumbuh kian teguh dan kuat, pikiran juga kehidupan kita semakin menjadi saluran berkat bagi orang lain. Melimpah dengan ucapan syukur! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Apakah betul jika kita mau "aman" dan bertumbuh sehat jasmani maupun khususnya rohani, maka seharusnya kita bebas dari / tidak mengalami godaan, pergumulan dan ancaman? Ternyata tidak. Karena rupanya, semua itu justru sarana pengujian mental dan spiritualitas kita. Bahkan untuk terus mengalami pertumbuhan iman! Seperti jemaat di Kolose, meskipun hidup dalam ancaman ajaran doktrin palsu, filsafat kosong dan moral yang sesat (ayat 8), namun tetap bisa dan terus bertumbuh. Apa kuncinya? Hidup dalam Kristus. Kristus bukan saja dasar, tetapi sekaligus bangunan dan isi hidup. Dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa (ayat 11). Kita bukan saja menerima keselamatan dengan beriman kepada-Nya, tetapi juga kekudusan dan kekuatan rohani kita. Itu sebabnya kita perlu tinggal tetap dalam Dia. Mari meneruskan perjalananan penggalan setengah tahun 2013 ke depan, sampai selamanya. Mau diutus seperti perintah Tuhan Yesus Kristus melalui Paulus dan Timotius di ayat 7: Teruslah berakar di dalam dan dibangun di atas Dia. Sehingga iman kita bertumbuh kian teguh dan kuat, pikiran juga kehidupan kita semakin menjadi saluran berkat bagi orang lain. Melimpah dengan ucapan syukur! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Kasih Setia (Mazmur 52)
"Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya." (Mazmur 52: 10)
Setajam pisau cukur. Setajam itulah lidah seorang bernama Doeg dan juga kejahatan Raja Saul (baca ayat 1-6). Lalim lagi sombong, lidahnya merupakan senjatanya. Ketamakan, kelicikan dan dusta mereka, semua bersumber dari lidah seperti pisau cukur! Di Kitab 1 Samuel 22 bahkan diceritakan atas perintah raja Saul, dalam satu hari ada delapan puluh lima orang imam mati dibunuh. Saul menyuruh Doeg, untuk mengeksekusi orang-orang yang dikasihi Allah. Ternyata Raja Saul lebih mencintai kejahatan dan dusta (ayat 5), bahkan bermegah atas kejahatan yang dilakukannya (ayat 3). Mazmur kali ini menggambarkan kehidupan orang yang dikasihi Allah tetapi menderita bahkan hendak dibunuh oleh karena mengatakan kebenaran. Tetapi pemazmur yakin Allah sendiri akan menghukum orang berdosa. Mereka tidak akan tinggal di rumahnya (ayat 7). Sementara ia sendiri akan tetap aman berada di dalam kasih Allah. Di akhir hidupnya, Saul jatuh oleh pedang. Sebaliknya Daud naik takhta dan tetap kokoh sebagai bukti kasih setia Allah terhadap janji dan perjanjian-Nya. Selamat menerima Sakramen Perjamuan Kudus, bapak-ibu jemaat terkasih. Selamat terus bersatu dengan darah dan tubuh Tuhan Yesus Kristus. Yang menebus dosa, menyelamatkan dan selalu memberkati kita semua. Kasih setiaNya yang tak berkesudahan (ingat Ratapan 3: 22-23). Dan mari terus meneladani keyakinan pemazmur. Diutus untuk senantiasa percaya pada kasih setia Allah (ayat 10). Setiap hari, kita menjadi seperti pohon zaitun yang menghijau, hidup aman tentram dan bersyukur di dalam rumah (kasih setia) Allah. Amin.Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Setajam pisau cukur. Setajam itulah lidah seorang bernama Doeg dan juga kejahatan Raja Saul (baca ayat 1-6). Lalim lagi sombong, lidahnya merupakan senjatanya. Ketamakan, kelicikan dan dusta mereka, semua bersumber dari lidah seperti pisau cukur! Di Kitab 1 Samuel 22 bahkan diceritakan atas perintah raja Saul, dalam satu hari ada delapan puluh lima orang imam mati dibunuh. Saul menyuruh Doeg, untuk mengeksekusi orang-orang yang dikasihi Allah. Ternyata Raja Saul lebih mencintai kejahatan dan dusta (ayat 5), bahkan bermegah atas kejahatan yang dilakukannya (ayat 3). Mazmur kali ini menggambarkan kehidupan orang yang dikasihi Allah tetapi menderita bahkan hendak dibunuh oleh karena mengatakan kebenaran. Tetapi pemazmur yakin Allah sendiri akan menghukum orang berdosa. Mereka tidak akan tinggal di rumahnya (ayat 7). Sementara ia sendiri akan tetap aman berada di dalam kasih Allah. Di akhir hidupnya, Saul jatuh oleh pedang. Sebaliknya Daud naik takhta dan tetap kokoh sebagai bukti kasih setia Allah terhadap janji dan perjanjian-Nya. Selamat menerima Sakramen Perjamuan Kudus, bapak-ibu jemaat terkasih. Selamat terus bersatu dengan darah dan tubuh Tuhan Yesus Kristus. Yang menebus dosa, menyelamatkan dan selalu memberkati kita semua. Kasih setiaNya yang tak berkesudahan (ingat Ratapan 3: 22-23). Dan mari terus meneladani keyakinan pemazmur. Diutus untuk senantiasa percaya pada kasih setia Allah (ayat 10). Setiap hari, kita menjadi seperti pohon zaitun yang menghijau, hidup aman tentram dan bersyukur di dalam rumah (kasih setia) Allah. Amin.Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Belas Kasih (Lukas 10: 25-37)
"Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika…" (Lukas 10 : 33).
"Dan siapakah sesamaku manusia?", pertanyaan seorang ahli Taurat inilah awalnya (ayat 29). Begitu penting pertanyaan tersebut, hingga Tuhan Yesus sendiri sampai menggunakan metode perumpamaan untuk menjawab (tepatnya memancing jawaban dari si ahli Taurat). “Adalah seorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun merampoknya habis-habisan, .. ada seorang imam tetapi melewatinya dari seberang jalan. Juga seorang Lewi, melewatinya. Lalu datang seorang Samaria, ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya.. dan merawatnya.” Ringkasan ayat 30-36 ini ditutup Yesus dengan pertanyaan balik, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jika kita adalah seperti si-ahli Taurat, yang gemar mencari pembenaran diri bahkan kadang akhirnya jatuh pada penyombongan diri juga rohani. Sesungguhnya kini kita mendapat jawabannya. Bahkan kita sendirilah yang (sudah dan harus lagi) menjawab: "Orang yang telah menunjukkan belas kasih.." (seperti di ayat 37). Ya, belas kasih. Kita ada karena, di dalam dan untuk belas kasihNya. Mari bersedia diutus mewujudkan belas kasih bagi sesama. Menjadi sesama manusia bagi sesama manusia. Khususnya bagi mereka yang hidupnya habis-habisan dirampok kekejaman dunia. Sebab pengutusan Tuhan Yesus Kristus kepada kita, singkat namun sangat luas makna: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
"Dan siapakah sesamaku manusia?", pertanyaan seorang ahli Taurat inilah awalnya (ayat 29). Begitu penting pertanyaan tersebut, hingga Tuhan Yesus sendiri sampai menggunakan metode perumpamaan untuk menjawab (tepatnya memancing jawaban dari si ahli Taurat). “Adalah seorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun merampoknya habis-habisan, .. ada seorang imam tetapi melewatinya dari seberang jalan. Juga seorang Lewi, melewatinya. Lalu datang seorang Samaria, ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya.. dan merawatnya.” Ringkasan ayat 30-36 ini ditutup Yesus dengan pertanyaan balik, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jika kita adalah seperti si-ahli Taurat, yang gemar mencari pembenaran diri bahkan kadang akhirnya jatuh pada penyombongan diri juga rohani. Sesungguhnya kini kita mendapat jawabannya. Bahkan kita sendirilah yang (sudah dan harus lagi) menjawab: "Orang yang telah menunjukkan belas kasih.." (seperti di ayat 37). Ya, belas kasih. Kita ada karena, di dalam dan untuk belas kasihNya. Mari bersedia diutus mewujudkan belas kasih bagi sesama. Menjadi sesama manusia bagi sesama manusia. Khususnya bagi mereka yang hidupnya habis-habisan dirampok kekejaman dunia. Sebab pengutusan Tuhan Yesus Kristus kepada kita, singkat namun sangat luas makna: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Diutus (Galatia 6: 1-10)
"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menunai, jika kita tidak menjadi lemah."(Galatia 6 : 9)
“Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (ayat 7). Ungkapan yang sudah sangat terkenal ini rupanya Firman Tuhan. Tepatnya Firman kepada jemaat di Galatia. Tuhan mengingatkan sekaligus memerintahkan tegas bahwa sebagai pengikut bahkan sebagai anak-anak Allah, kita diciptakan untuk menolong orang lain. Untuk akhirnya dimampukan Tuhan untuk bertolong-tolongan. “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (ayat 2). Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah ujud kualitas kekristenan sejati. Dan“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik,..” (ayat 9). Karena apa? “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Ungkapan yang sudah sangat terkenal ini rupanya adalah: Firman Tuhan. Tepatnya Firman melalui Rasul Paulus kepada konteks jemaat di Galatia. Selagi masih ada kesempatan. Selagi Tuhan member kesempatan. Mari kita terus menjadi saluran berkat dan kasih anugerahNya kepada sesama. Seperti ayat terakhir (ayat 10) menandaskan, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Diutus untuk tidak jemu-jemu berbuat baik. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
“Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (ayat 7). Ungkapan yang sudah sangat terkenal ini rupanya Firman Tuhan. Tepatnya Firman kepada jemaat di Galatia. Tuhan mengingatkan sekaligus memerintahkan tegas bahwa sebagai pengikut bahkan sebagai anak-anak Allah, kita diciptakan untuk menolong orang lain. Untuk akhirnya dimampukan Tuhan untuk bertolong-tolongan. “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (ayat 2). Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah ujud kualitas kekristenan sejati. Dan“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik,..” (ayat 9). Karena apa? “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Ungkapan yang sudah sangat terkenal ini rupanya adalah: Firman Tuhan. Tepatnya Firman melalui Rasul Paulus kepada konteks jemaat di Galatia. Selagi masih ada kesempatan. Selagi Tuhan member kesempatan. Mari kita terus menjadi saluran berkat dan kasih anugerahNya kepada sesama. Seperti ayat terakhir (ayat 10) menandaskan, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Diutus untuk tidak jemu-jemu berbuat baik. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Ramah dan Penuh Kasih (Lukas 9: 51-62)
"Ketika dua muridNya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata : “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka..." (Lukas 9: 54-55)
“Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka” (ayat 55). Ya, Tuhan Yesus menegor 2 (dua) muridNya: Yakobus dan Yohanes, karena mereka berniat melakukan tindak kekerasan bahkan jahat untuk sebuah desa. Tepatnya desa orang-orang Samaria, yang sebelumnya menolakNya saat menuju Yerusalem. Inilah teladan memegang iman dan hidup mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Bersedia ramah dan penuh Kasih kepada siapapun, bahkan di lingkungan penuh perbedaan. “Ikutlah Aku!” itu ajakan sekaligus perintah di ayat 59. Mari menjawabNya dengan menjadi murid Kristus. Yang selalu siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia tanpa membalas. Sungguh menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal kita selamanya. Mari menempatkan perintahNya di atas tugas pribadi dan tradisi agamawi. Lebih khusus lagi sebagai seorang murid kepada sesama manusia lainnya, tidak memandang golongan atau kedaerahan. Kepada ras, suku, bangsa bahkan agama apapun harus disampaikan berita dan ajaran: Keselamatan Tuhan Yesus Kristus. Dengan ramah dan penuh kasih. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
“Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka” (ayat 55). Ya, Tuhan Yesus menegor 2 (dua) muridNya: Yakobus dan Yohanes, karena mereka berniat melakukan tindak kekerasan bahkan jahat untuk sebuah desa. Tepatnya desa orang-orang Samaria, yang sebelumnya menolakNya saat menuju Yerusalem. Inilah teladan memegang iman dan hidup mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Bersedia ramah dan penuh Kasih kepada siapapun, bahkan di lingkungan penuh perbedaan. “Ikutlah Aku!” itu ajakan sekaligus perintah di ayat 59. Mari menjawabNya dengan menjadi murid Kristus. Yang selalu siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia tanpa membalas. Sungguh menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal kita selamanya. Mari menempatkan perintahNya di atas tugas pribadi dan tradisi agamawi. Lebih khusus lagi sebagai seorang murid kepada sesama manusia lainnya, tidak memandang golongan atau kedaerahan. Kepada ras, suku, bangsa bahkan agama apapun harus disampaikan berita dan ajaran: Keselamatan Tuhan Yesus Kristus. Dengan ramah dan penuh kasih. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Bersaksi Tentang Yang Berkuasa (Lukas 8: 26-39)
"Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (Lukas 8: 39)"Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (Lukas 8: 39)
Ketika tiba di Gerasa (seberang Galilea), Tuhan Yesus didatangi seorang laki-laki kerasukan setan. Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." (ayat 28). Setelah Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan (ayat 30). Para setan itu melakukan perintahNya untuk keluar dari laki-laki tersebut dan masuk ke dalam babi-babi! Kejadian ini segera menjadi berita hangat menyebar ke mana-mana. Menandaskan betapa Tuhan Yesus berkuasa atas roh jahat. Mari beriman kuat dalam Dia. Mari bersaki tentang kuasa Tuhan Yesus Kristus. "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (ayat 39). Dan jangan takut, jangan pernah mau, apalagi memberi diri dikuasai oleh setan atau kuasa jahat apapun. Dalam kuasa dan namaNya, semua kuasa jahat dan kejahatan, dikalahkan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Ketika tiba di Gerasa (seberang Galilea), Tuhan Yesus didatangi seorang laki-laki kerasukan setan. Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." (ayat 28). Setelah Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan (ayat 30). Para setan itu melakukan perintahNya untuk keluar dari laki-laki tersebut dan masuk ke dalam babi-babi! Kejadian ini segera menjadi berita hangat menyebar ke mana-mana. Menandaskan betapa Tuhan Yesus berkuasa atas roh jahat. Mari beriman kuat dalam Dia. Mari bersaki tentang kuasa Tuhan Yesus Kristus. "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (ayat 39). Dan jangan takut, jangan pernah mau, apalagi memberi diri dikuasai oleh setan atau kuasa jahat apapun. Dalam kuasa dan namaNya, semua kuasa jahat dan kejahatan, dikalahkan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Hidup dalam TUHAN (Galatia 2: 15-21)
"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku..." (Galatia 2: 19-20)
Ketika tiba di Gerasa (seberang Galilea), Tuhan Yesus didatangi seorang laki-laki kerasukan setan. Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." (ayat 28). Setelah Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan (ayat 30). Para setan itu melakukan perintahNya untuk keluar dari laki-laki tersebut dan masuk ke dalam babi-babi! Kejadian ini segera menjadi berita hangat menyebar ke mana-mana. Menandaskan betapa Tuhan Yesus berkuasa atas roh jahat. Mari beriman kuat dalam Dia. Mari bersaki tentang kuasa Tuhan Yesus Kristus. "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (ayat 39). Dan jangan takut, jangan pernah mau, apalagi memberi diri dikuasai oleh setan atau kuasa jahat apapun. Dalam kuasa dan namaNya, semua kuasa jahat dan kejahatan, dikalahkan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Ketika tiba di Gerasa (seberang Galilea), Tuhan Yesus didatangi seorang laki-laki kerasukan setan. Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." (ayat 28). Setelah Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan (ayat 30). Para setan itu melakukan perintahNya untuk keluar dari laki-laki tersebut dan masuk ke dalam babi-babi! Kejadian ini segera menjadi berita hangat menyebar ke mana-mana. Menandaskan betapa Tuhan Yesus berkuasa atas roh jahat. Mari beriman kuat dalam Dia. Mari bersaki tentang kuasa Tuhan Yesus Kristus. "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (ayat 39). Dan jangan takut, jangan pernah mau, apalagi memberi diri dikuasai oleh setan atau kuasa jahat apapun. Dalam kuasa dan namaNya, semua kuasa jahat dan kejahatan, dikalahkan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Berbagi Kasih (1 Raja-raja 17: 7-24)
"Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia, maka perempuan itu..." (1 Raja-raja 17: 15)
Nabi Elia mendapat perintah langsung dari Allah, "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." (ayat 9). Walau musim paceklik sedang terjadi, Allah berpesan untuk jangan takut (ayat 13). Karena janda di Sarfat itu pasti akan berbagi kepada Elia. Ada pelajaran indah mulia sedang diberikanNya. Pelajaran tersebut adalah tentang berbagi. Berbagi cinta kasih dalam bentuk nyata kepada sesama manusia, khususnya di tengah berbagai pergumulan penderitaan. "Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." (ayat 14). Kita berbagi karena sesungguhnya sudah dan akan selalu dibagi (diberkati) oleh Allah, melalui sesama manusia dan seluruh kehidupan! Dan pelajaran berikutnya: Ketika kita telah menerima berkat, itu tidak memastikan bahwa pergumulan berhenti dan penderitaan tidak ada lagi. Tetapi sesungguhnya memastikan bahwa kasih penyelamatan Tuhan tidak akan berhenti. Tepung dalam tempayan tidak akan habis. Dan minyak dalam buli-buli tidak akan berkurang (baca renungkan lagi ayat 17-23, saat anak perempuan sang janda jatuh sakit lalu disembuhkan Allah melalui Elia). KasihNya selalu dicurahkan dibagi kita, Allah adalah Allah yang setia berbagi dan membagikan. Mari jadi abdi Allah, mari berbagi kasih. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Nabi Elia mendapat perintah langsung dari Allah, "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." (ayat 9). Walau musim paceklik sedang terjadi, Allah berpesan untuk jangan takut (ayat 13). Karena janda di Sarfat itu pasti akan berbagi kepada Elia. Ada pelajaran indah mulia sedang diberikanNya. Pelajaran tersebut adalah tentang berbagi. Berbagi cinta kasih dalam bentuk nyata kepada sesama manusia, khususnya di tengah berbagai pergumulan penderitaan. "Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." (ayat 14). Kita berbagi karena sesungguhnya sudah dan akan selalu dibagi (diberkati) oleh Allah, melalui sesama manusia dan seluruh kehidupan! Dan pelajaran berikutnya: Ketika kita telah menerima berkat, itu tidak memastikan bahwa pergumulan berhenti dan penderitaan tidak ada lagi. Tetapi sesungguhnya memastikan bahwa kasih penyelamatan Tuhan tidak akan berhenti. Tepung dalam tempayan tidak akan habis. Dan minyak dalam buli-buli tidak akan berkurang (baca renungkan lagi ayat 17-23, saat anak perempuan sang janda jatuh sakit lalu disembuhkan Allah melalui Elia). KasihNya selalu dicurahkan dibagi kita, Allah adalah Allah yang setia berbagi dan membagikan. Mari jadi abdi Allah, mari berbagi kasih. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Untuk Umat Beragama Lain (Lukas 7: 1-10)
"Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak..." (Lukas 7: 9)
Perwira di Kapernaum itu adalah perwira Romawi, kepala pasukan ratusan orang prajurit (baca ayat 8). Ia bukan Yahudi. Bukan pula pengikut Tuhan Yesus Kristus. Tetapi lihat, dia membuat Tuhan heran. Ya, heran! Respon seperti ini sangat jarang dinyatakan Yesus. "..Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" (ayat 9). Catatan peristiwa ini menjadi bukti, bahwa berita sosok Tuhan Yesus dengan semua ajaran dan pelayanan kasihNya sangat sudah tersebar luas. Kesaksian dari mulut ke mulut, didengar, lalu diamini dan diimani oleh banyak orang. Bahkan menjadi kesaksian yang sangat kuat penuh kepada bangsa lain dan termasuk khususnya mereka yang beragama lain. Persis seperti si perwira Kapernaum tersebut, memiliki pengenalan yang benar tentang Yesus. Kini, maukah kita (yang sudah mendengar bahkan hidup dalam semua ajaran) sebagai pengikut Kristus -umat pemeluk Agama Kristen-, lebih lagi mewartakan Kasih dan penyelamatanNya. Khususnya untuk umat pemeluk agama lain. Bahkan lebih luas lagi, bagi ras apapun, suku apapun, bangsa apapun dan sekali lagi agama kepercayaan apapun. Lebih lagi dengan sikap dan tingkah laku peduli melayani: Kita menjadi saksi yang penuh Kasih. Amin Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Perwira di Kapernaum itu adalah perwira Romawi, kepala pasukan ratusan orang prajurit (baca ayat 8). Ia bukan Yahudi. Bukan pula pengikut Tuhan Yesus Kristus. Tetapi lihat, dia membuat Tuhan heran. Ya, heran! Respon seperti ini sangat jarang dinyatakan Yesus. "..Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" (ayat 9). Catatan peristiwa ini menjadi bukti, bahwa berita sosok Tuhan Yesus dengan semua ajaran dan pelayanan kasihNya sangat sudah tersebar luas. Kesaksian dari mulut ke mulut, didengar, lalu diamini dan diimani oleh banyak orang. Bahkan menjadi kesaksian yang sangat kuat penuh kepada bangsa lain dan termasuk khususnya mereka yang beragama lain. Persis seperti si perwira Kapernaum tersebut, memiliki pengenalan yang benar tentang Yesus. Kini, maukah kita (yang sudah mendengar bahkan hidup dalam semua ajaran) sebagai pengikut Kristus -umat pemeluk Agama Kristen-, lebih lagi mewartakan Kasih dan penyelamatanNya. Khususnya untuk umat pemeluk agama lain. Bahkan lebih luas lagi, bagi ras apapun, suku apapun, bangsa apapun dan sekali lagi agama kepercayaan apapun. Lebih lagi dengan sikap dan tingkah laku peduli melayani: Kita menjadi saksi yang penuh Kasih. Amin Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Kuasa dan Pimpinan Roh TUHAN (Mazmur 8)
"Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkanya?" (Mazmur 8: 5)
"Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (ayat 2 & 10). Kalimat pemazmur tersebut menjadi pembuka dan penutup yang indah di perikop kali ini. Mazmur 8 adalah kidung pencapaian tinggi akan kemegahan yang jarang dicapai manusia. Kita (manusia) dilukiskan atau sebagai "pusat ciptaan Allah". Tetapi, hidup terhormat dan mulia janganlah menjadikan diri kita pusat kehidupan dunia (baca: egois). Keserakahan, hawa nafsu, kesombongan, keduniawian justru akan menghempaskan kita ke jurang kehinaan maut! Hanya hidup dalam kuasa dan pimpinan Roh-Nya yang menyelamatkan dan terus memuliakan kita. Mari hidup dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada Roh Tuhan Sejati. Diciptakan-dipermuliakan, "...hampir sama seperti Allah..." (ayat 6). Demikian berharganya kita bagi Allah sehingga kita menjadi tujuan khusus perhatian dan perkenan-Nya (ayat 5). Ia telah menghormati kita dengan memilih kita untuk memerintah atas alam ciptaan-Nya (ayat 7-9; bd. Kej 1:28; 2:15,19). Namun sekali lagi, kesadaran akan kedudukan terhormat ini bukan alasan untuk memuji diri sendiri. Tetapi mari lebih bersyukur memuliakanNya dan lebih setia hidup dalam kuasa dan pimpinan Roh Tuhan. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
"Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (ayat 2 & 10). Kalimat pemazmur tersebut menjadi pembuka dan penutup yang indah di perikop kali ini. Mazmur 8 adalah kidung pencapaian tinggi akan kemegahan yang jarang dicapai manusia. Kita (manusia) dilukiskan atau sebagai "pusat ciptaan Allah". Tetapi, hidup terhormat dan mulia janganlah menjadikan diri kita pusat kehidupan dunia (baca: egois). Keserakahan, hawa nafsu, kesombongan, keduniawian justru akan menghempaskan kita ke jurang kehinaan maut! Hanya hidup dalam kuasa dan pimpinan Roh-Nya yang menyelamatkan dan terus memuliakan kita. Mari hidup dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada Roh Tuhan Sejati. Diciptakan-dipermuliakan, "...hampir sama seperti Allah..." (ayat 6). Demikian berharganya kita bagi Allah sehingga kita menjadi tujuan khusus perhatian dan perkenan-Nya (ayat 5). Ia telah menghormati kita dengan memilih kita untuk memerintah atas alam ciptaan-Nya (ayat 7-9; bd. Kej 1:28; 2:15,19). Namun sekali lagi, kesadaran akan kedudukan terhormat ini bukan alasan untuk memuji diri sendiri. Tetapi mari lebih bersyukur memuliakanNya dan lebih setia hidup dalam kuasa dan pimpinan Roh Tuhan. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Memperbarui Sikap (Kisah Para Rasul 2: 1-21)
"Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain,..." (Kisah Para Rasul 2: 4).
Mari jangan ber-Pentakosta dengan berfokus hanya pada upaya demonstrasi tanda-tanda ajaib. Tetapi mari tetaplah pada pemberitaan Injil (Kabar Baik Allah). Injil bersifat menyelamatkan, sementara tanda-tanda bersifat sementara dan akan berlalu! Ingat di saat peristiwa Pentakosta terjadi, ada orang lain yang menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." (ayat 13). Tetapi Petrus bersama kesebelas rasul langsung berdiri merespon, berani dan dengan suara nyaring menjelaskan bahwa mereka tidak mabuk. Melainkan tengah digenapinya nubuatan firman (khususnya melalui Nabi Yoel, bisa baca Yoel 2: 28-32) tentang pencurahan Roh Allah Yang Kudus atas manusia . Seperti api, sikap berani dan bersuara nyaring, mewartakan keselamatanNya, bersaksi seperti itu tentu datang dari urapan Roh Allah Yang Kudus. Yang selalu baru bahkan memperbarui. Mari terus jadi kabar baik bagi sesama. Mari selalu memperbarui hidup dan kehidupan. Untuk itu semua, harus dimulai dari memperbarui hati. Lalu berlanjut pikiran dan seluruh panca indera bahkan segenap tubuh juga hidup kehidupan keseharian kita. Dan yang benar-benar bisa melakukannya hanya kekuatan Roh Kudus! Selamat Hari Pentakosta Tahun 2013: Selamat diperbarui dan memperbarui. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Mari jangan ber-Pentakosta dengan berfokus hanya pada upaya demonstrasi tanda-tanda ajaib. Tetapi mari tetaplah pada pemberitaan Injil (Kabar Baik Allah). Injil bersifat menyelamatkan, sementara tanda-tanda bersifat sementara dan akan berlalu! Ingat di saat peristiwa Pentakosta terjadi, ada orang lain yang menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." (ayat 13). Tetapi Petrus bersama kesebelas rasul langsung berdiri merespon, berani dan dengan suara nyaring menjelaskan bahwa mereka tidak mabuk. Melainkan tengah digenapinya nubuatan firman (khususnya melalui Nabi Yoel, bisa baca Yoel 2: 28-32) tentang pencurahan Roh Allah Yang Kudus atas manusia . Seperti api, sikap berani dan bersuara nyaring, mewartakan keselamatanNya, bersaksi seperti itu tentu datang dari urapan Roh Allah Yang Kudus. Yang selalu baru bahkan memperbarui. Mari terus jadi kabar baik bagi sesama. Mari selalu memperbarui hidup dan kehidupan. Untuk itu semua, harus dimulai dari memperbarui hati. Lalu berlanjut pikiran dan seluruh panca indera bahkan segenap tubuh juga hidup kehidupan keseharian kita. Dan yang benar-benar bisa melakukannya hanya kekuatan Roh Kudus! Selamat Hari Pentakosta Tahun 2013: Selamat diperbarui dan memperbarui. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Menjadi Satu (Yohanes 17: 20-26)
"Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau,..." (Yohanes 17: 21)
Ini bagian dari doa Tuhan Yesus Kristus, untuk duabelas murid juga untuk semua orang percaya (ayat 20). Doa yang paling banyak diucapkan gereja. Namun, juga paling banyak menimbulkan perdebatan. Sesungguhnya yang didoakan adalah kesatuan hati, tujuan, pikiran. Kesatuan kehendak di dalam orang-orang yang mengabdi sungguh-sungguh kepada Kristus (ayat 22), Firman Kasih Allah (ayat 26), dan kekudusan. Bukan sekadar kesatuan organisasi. Bentuk tulisan asli dalam bahasa Yunani menunjuk tindakan berkesinambungan: "Terus-menerus bersatu". Kesatuan berlandaskan kesamaan hubungan Bapa dan Anak, Allah dengan umat dan semua orang percaya dengan sesama manusia. Semangat memberitakan Injil harus disertai semangat keesaan. Keesaan visi misi Allah agar dunia tahu (ayat 23-25) Yesus Kristuslah satu-satunya Tuhan Juruselamat dan Kepala Gereja. Ingat, di mana ada perpecahan, di situ tidak ada Roh Allah yang Kudus. Kini, di tengah berbagai tantangan dan pergumulan sebagai orang percaya (GerejaNya). Kita diingatkan lagi, sudah tiba saatnya bertobat dan mengakui segala kesombongan dan kecurigaan. Setiap pribadi kita, dalam tiap keluarga, terlebih Gereja Kristen Jawa Nehemia bersama semua orang percaya dan gereja di Indonesia juga dunia. Mari kita lebih menjadi satu mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, satu-satunya Juruselamat dunia! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Ini bagian dari doa Tuhan Yesus Kristus, untuk duabelas murid juga untuk semua orang percaya (ayat 20). Doa yang paling banyak diucapkan gereja. Namun, juga paling banyak menimbulkan perdebatan. Sesungguhnya yang didoakan adalah kesatuan hati, tujuan, pikiran. Kesatuan kehendak di dalam orang-orang yang mengabdi sungguh-sungguh kepada Kristus (ayat 22), Firman Kasih Allah (ayat 26), dan kekudusan. Bukan sekadar kesatuan organisasi. Bentuk tulisan asli dalam bahasa Yunani menunjuk tindakan berkesinambungan: "Terus-menerus bersatu". Kesatuan berlandaskan kesamaan hubungan Bapa dan Anak, Allah dengan umat dan semua orang percaya dengan sesama manusia. Semangat memberitakan Injil harus disertai semangat keesaan. Keesaan visi misi Allah agar dunia tahu (ayat 23-25) Yesus Kristuslah satu-satunya Tuhan Juruselamat dan Kepala Gereja. Ingat, di mana ada perpecahan, di situ tidak ada Roh Allah yang Kudus. Kini, di tengah berbagai tantangan dan pergumulan sebagai orang percaya (GerejaNya). Kita diingatkan lagi, sudah tiba saatnya bertobat dan mengakui segala kesombongan dan kecurigaan. Setiap pribadi kita, dalam tiap keluarga, terlebih Gereja Kristen Jawa Nehemia bersama semua orang percaya dan gereja di Indonesia juga dunia. Mari kita lebih menjadi satu mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, satu-satunya Juruselamat dunia! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Membuka Hati (Kisah Rasul 16: 9-15)
"Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira yang beribadah kepada Allah..." (Kisah Rasul 16: 14)
Perempuan itu bernama Lidia. Ayat 14 memberi keterangan dan penekanan yang menarik, ".. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus." Hal tersebut terjadi di Filipi. Atas pimpinan Roh Kudus, Paulus dan Timotius berani membawa Injil kepada laki-laki dan (terlebih) kepada perempuan di daratan Eropa "..dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari" (ayat 12). Kemudian indah pada waktunya Injil benar-benar masuk Kota Roma. Yang saat itu adalah pintu gerbang menuju seluruh dunia. Ini penggenapan nubuat Tuhan Yesus Kristus, " .. kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku... sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Mari buka hati. Ya, membuka hati terhadap perintah, tuntunan dan minimal sapaan Roh Kudus. Menghancurkan berbagai diskriminasi (jenis kelamin, suku bangsa dan lainnya). Menghilangkan berbagai keraguan bahkan ketakutan. Paulus dan Timotius melakukannya. Lidia juga beserta seisi rumahnya yang kemudian dibaptis, membuka hati dan membuka pintu rumahnya menjadi hati dan rumah yang mengasihi melayani sesama. Mari, lebih luas dan lega lagi kepada karya kasih Roh Kudus, kitapun membuka hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Perempuan itu bernama Lidia. Ayat 14 memberi keterangan dan penekanan yang menarik, ".. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus." Hal tersebut terjadi di Filipi. Atas pimpinan Roh Kudus, Paulus dan Timotius berani membawa Injil kepada laki-laki dan (terlebih) kepada perempuan di daratan Eropa "..dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari" (ayat 12). Kemudian indah pada waktunya Injil benar-benar masuk Kota Roma. Yang saat itu adalah pintu gerbang menuju seluruh dunia. Ini penggenapan nubuat Tuhan Yesus Kristus, " .. kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku... sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Mari buka hati. Ya, membuka hati terhadap perintah, tuntunan dan minimal sapaan Roh Kudus. Menghancurkan berbagai diskriminasi (jenis kelamin, suku bangsa dan lainnya). Menghilangkan berbagai keraguan bahkan ketakutan. Paulus dan Timotius melakukannya. Lidia juga beserta seisi rumahnya yang kemudian dibaptis, membuka hati dan membuka pintu rumahnya menjadi hati dan rumah yang mengasihi melayani sesama. Mari, lebih luas dan lega lagi kepada karya kasih Roh Kudus, kitapun membuka hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Tetap Berpengharapan (Wahyu 21: 1-6)
"Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru..." (Wahyu 21: 1)
Mari nyanyikan penggalan awal lagu Kidung Jemaat No.278 ini, "Bila sangkakala menggegap dan zaman berhenti, fajar baru yang abadi merekah; bila nanti dibacakan nama orang tertebus, pada saat itu aku pun serta." Sungguh indah bukan? Sungguh berpengharapan! Pengharapan yang termaktub dalam perikop kita kali ini, bahkan bukan sekadar satu atau dua hal yang diperbarui, melainkan baru total. Transformasi total meliputi berbagai aspek. Bumi baru berarti kemanusiaan tidak lagi dibelenggu dosa, penderitaan, dan maut (ayat 3-4). Langit baru berarti tidak ada lagi penghalang komunikasi umat dengan Allah. Yerusalem baru yang akan turun dari surga adalah pengharapan semua umat yang telah ditebus oleh darah Kristus sehingga layak menjadi pengantin perempuan-Nya. Dalam kesempurnaan surgawi, laut yang melambangkan perubahan dan kuasa kekacauan tidak akan ada lagi. "Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi" (ayat 1). Mari tetaplah hidup dalam pengharapan hadirnya langit dan bumi yang baru. Setia sampai kesudahan segala sesuatu, menikmati kegenapan dan kepenuhan janji Kerajaan Surga. (nyanyikan Refrein KJ. 278 tadi) "Bila nama dibacakan.. bila nama dibacakan.. bila nama dibacakan... pada saat itu aku pun serta." Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Mari nyanyikan penggalan awal lagu Kidung Jemaat No.278 ini, "Bila sangkakala menggegap dan zaman berhenti, fajar baru yang abadi merekah; bila nanti dibacakan nama orang tertebus, pada saat itu aku pun serta." Sungguh indah bukan? Sungguh berpengharapan! Pengharapan yang termaktub dalam perikop kita kali ini, bahkan bukan sekadar satu atau dua hal yang diperbarui, melainkan baru total. Transformasi total meliputi berbagai aspek. Bumi baru berarti kemanusiaan tidak lagi dibelenggu dosa, penderitaan, dan maut (ayat 3-4). Langit baru berarti tidak ada lagi penghalang komunikasi umat dengan Allah. Yerusalem baru yang akan turun dari surga adalah pengharapan semua umat yang telah ditebus oleh darah Kristus sehingga layak menjadi pengantin perempuan-Nya. Dalam kesempurnaan surgawi, laut yang melambangkan perubahan dan kuasa kekacauan tidak akan ada lagi. "Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi" (ayat 1). Mari tetaplah hidup dalam pengharapan hadirnya langit dan bumi yang baru. Setia sampai kesudahan segala sesuatu, menikmati kegenapan dan kepenuhan janji Kerajaan Surga. (nyanyikan Refrein KJ. 278 tadi) "Bila nama dibacakan.. bila nama dibacakan.. bila nama dibacakan... pada saat itu aku pun serta." Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Semakin Peka (Yohanes 10: 22-30)
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku." (Yohanes 10: 27)
Di dekat garis finis Maraton Boston, Amerika Serikat, dua ledakan bom mengguncang lomba maraton tertua di dunia tersebut. 150 orang cedera dan sedikitnya tiga orang tewas. Aksi terorisme ini kembali menegaskan masih ada pihak yang menolak kehidupan yang baik. Menolak hidup saling menerima, sportif, sehat, damai sejahtera dan berjuang menuju "garis finish" kebahagiaan sejati. Tuhan Yesus Kristus pun beberapa kali pernah ditolak, seperti yang terjadi di perikop kita kali ini. Sesungguhnya bukan sekadar Yesus yang ditolak, tetapi ajaran dan teladan hidup dalam kasih damai sejahtera, sesungguhnya itu yang ditolak. Tepatnya di hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, orang-orang Yahudi meragukan bahwa Dia adalah Mesias. Di ayat 25, Tuhan Yesus menegaskan, "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;.." Jangan sekali-kali menolakNya. Karena itu berarti kita akan menolak hidup dalam kasih keselamatan Tuhan Yesus Kristus. Mari berani jadi domba-domba Allah yang percaya nyata. Dan percaya itu hanya bisa dimiliki jika kita semakin peka. Peka mendengar suara "Gembala yang baik", sehingga bisa lebih peka hatinya bagi sesama. "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku" (ayat 27). Mari menolak kekerasan dalam bentuk apapun, yang berawal dari hati yang keras. Mari miliki hati yang lembut, pikiran yang baik dan pribadi yang semakin peka, peduli dan lebih mengasihi. Menyenangkan hati Tuhan dan memperjuangkan kehidupan bersama keluarga, tetangga dan siapapun: Penuh kedamaian. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Di dekat garis finis Maraton Boston, Amerika Serikat, dua ledakan bom mengguncang lomba maraton tertua di dunia tersebut. 150 orang cedera dan sedikitnya tiga orang tewas. Aksi terorisme ini kembali menegaskan masih ada pihak yang menolak kehidupan yang baik. Menolak hidup saling menerima, sportif, sehat, damai sejahtera dan berjuang menuju "garis finish" kebahagiaan sejati. Tuhan Yesus Kristus pun beberapa kali pernah ditolak, seperti yang terjadi di perikop kita kali ini. Sesungguhnya bukan sekadar Yesus yang ditolak, tetapi ajaran dan teladan hidup dalam kasih damai sejahtera, sesungguhnya itu yang ditolak. Tepatnya di hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, orang-orang Yahudi meragukan bahwa Dia adalah Mesias. Di ayat 25, Tuhan Yesus menegaskan, "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;.." Jangan sekali-kali menolakNya. Karena itu berarti kita akan menolak hidup dalam kasih keselamatan Tuhan Yesus Kristus. Mari berani jadi domba-domba Allah yang percaya nyata. Dan percaya itu hanya bisa dimiliki jika kita semakin peka. Peka mendengar suara "Gembala yang baik", sehingga bisa lebih peka hatinya bagi sesama. "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku" (ayat 27). Mari menolak kekerasan dalam bentuk apapun, yang berawal dari hati yang keras. Mari miliki hati yang lembut, pikiran yang baik dan pribadi yang semakin peka, peduli dan lebih mengasihi. Menyenangkan hati Tuhan dan memperjuangkan kehidupan bersama keluarga, tetangga dan siapapun: Penuh kedamaian. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Tegar (Kisah Rasul 9: 1-19a)
“Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, …. " (Kisah Rasul 9: 16)
Setelah ditebus lalu apa sikap kita? Setelah dimenangkan dari kuasa maut dan mendapat Keselamatan, lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Kepastian Keselamatan kita di dalam Kristus, sama seperti pertobatan dan keselamatan Paulus, bukan saja berarti perintah untuk menyampaikan Injil. Tetapi juga suatu panggilan untuk tegar menderita bagi Kristus. Sejak awal Paulus diberitahukan bahwa akan mengalami banyak penderitaan demi Kristus. ".., betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." (ayat 16). Dan Paulus menjalani semua itu dengan tegar. Dalam kerajaan Kristus, menderita karena namaNya menjadi pertanda perkenan tertinggi Allah (baca juga Kisah Para Rasul 14:22) dan jalan menuju pelayanan yang berhasil dengan anugerah berlimpah di sorga. Penderitaan harus bekerja di dalam diri orang percaya, supaya Kasih Allah dapat mengalir dari tiap kita kepada orang lain (baca Matius 5: 11-12) bahkan membawa kebahagiaan sejati. Mari tegar untuk bersedia jadi alat penyelamatan Allah bagi dunia. Tegar itu berarti setia dan taat melayani. Tidak sedikit orang menolak kesempatan melayani Tuhan. Ada yang merasa tidak punya waktu, tidak mampu atau merasa hidupnya terlalu kotor. Ananias sempat ragu menerima tugas dari Tuhan untuk menumpangkan tangannya ke atas Saulus, karena ia tahu betapa jahatnya Saulus (ayat 13). Tetapi setelah mendengarkan maksud Tuhan atas diri Saulus, Ananias taat. Begitu pula khususnya Saulus yang sebelumnya jahat, telah dipilih Tuhan untuk menjadi Paulus. Rasul besar yang setia memberitakan dan berani menderita bagiNya hingga akhir hidup. Meneladankan kepada kita di konteks kehidupan yang kian modern namun kian berat sekarang ini. Untuk tetap tegar menanggung penderitaan bagi kemuliaan Kasih Allah dalam Kristus. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Setelah ditebus lalu apa sikap kita? Setelah dimenangkan dari kuasa maut dan mendapat Keselamatan, lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Kepastian Keselamatan kita di dalam Kristus, sama seperti pertobatan dan keselamatan Paulus, bukan saja berarti perintah untuk menyampaikan Injil. Tetapi juga suatu panggilan untuk tegar menderita bagi Kristus. Sejak awal Paulus diberitahukan bahwa akan mengalami banyak penderitaan demi Kristus. ".., betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." (ayat 16). Dan Paulus menjalani semua itu dengan tegar. Dalam kerajaan Kristus, menderita karena namaNya menjadi pertanda perkenan tertinggi Allah (baca juga Kisah Para Rasul 14:22) dan jalan menuju pelayanan yang berhasil dengan anugerah berlimpah di sorga. Penderitaan harus bekerja di dalam diri orang percaya, supaya Kasih Allah dapat mengalir dari tiap kita kepada orang lain (baca Matius 5: 11-12) bahkan membawa kebahagiaan sejati. Mari tegar untuk bersedia jadi alat penyelamatan Allah bagi dunia. Tegar itu berarti setia dan taat melayani. Tidak sedikit orang menolak kesempatan melayani Tuhan. Ada yang merasa tidak punya waktu, tidak mampu atau merasa hidupnya terlalu kotor. Ananias sempat ragu menerima tugas dari Tuhan untuk menumpangkan tangannya ke atas Saulus, karena ia tahu betapa jahatnya Saulus (ayat 13). Tetapi setelah mendengarkan maksud Tuhan atas diri Saulus, Ananias taat. Begitu pula khususnya Saulus yang sebelumnya jahat, telah dipilih Tuhan untuk menjadi Paulus. Rasul besar yang setia memberitakan dan berani menderita bagiNya hingga akhir hidup. Meneladankan kepada kita di konteks kehidupan yang kian modern namun kian berat sekarang ini. Untuk tetap tegar menanggung penderitaan bagi kemuliaan Kasih Allah dalam Kristus. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Berani Menjadi Utusan Kristus Yohanes (20: 19-23)
"Maka kata Yesus sekali lagi : "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku,..." (Yohanes 20: 21)
Makin tua jaman ini, manusia makin berani melakukan yang bertentangan dengan Sabda Allah. Sebaliknya, semakin takut dan ciut melakukan kebenaran kebaikan. Persis seperti sikap para murid saat baru ditinggalkan Yesus, guru dan Tuhan mereka, "...berkumpul di satu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi" (ayat 19). Apakah hal seperti ini akan kita biarkan terus? Jangan! Mari berani. Ya berani, berani untuk melakukan nyata berbagai hal yang sesuai dengan perintahNya. Berani berbuat yang benar, berani mendukung dan melakukan kebaikan. Membagikan lebih banyak "damai sejahtera bagi kamu" (ayat 21) bagi orang-orang di kehidupan nyata. Sang Juruselamat telah berani terima cawan sengsaraNya. Berani mati disalib untuk matinya dosa-dosa kita. Tuhan Yesus Kristus juga telah berani bangkit, untuk kebangkitan kita. Dan jika Yesus sudah menampakkan diri kepada murid-murid, juga kepada kita. Lewat segala berkat, hikmat dan khususnya Kasih KeselamatanNya. Sekarang mari, jadilah utusan-utusanNya yang lebih berani menampakkan Kasih Kebangkitan Yesus melalui diri dan perbuatan kita setiap hari. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Makin tua jaman ini, manusia makin berani melakukan yang bertentangan dengan Sabda Allah. Sebaliknya, semakin takut dan ciut melakukan kebenaran kebaikan. Persis seperti sikap para murid saat baru ditinggalkan Yesus, guru dan Tuhan mereka, "...berkumpul di satu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi" (ayat 19). Apakah hal seperti ini akan kita biarkan terus? Jangan! Mari berani. Ya berani, berani untuk melakukan nyata berbagai hal yang sesuai dengan perintahNya. Berani berbuat yang benar, berani mendukung dan melakukan kebaikan. Membagikan lebih banyak "damai sejahtera bagi kamu" (ayat 21) bagi orang-orang di kehidupan nyata. Sang Juruselamat telah berani terima cawan sengsaraNya. Berani mati disalib untuk matinya dosa-dosa kita. Tuhan Yesus Kristus juga telah berani bangkit, untuk kebangkitan kita. Dan jika Yesus sudah menampakkan diri kepada murid-murid, juga kepada kita. Lewat segala berkat, hikmat dan khususnya Kasih KeselamatanNya. Sekarang mari, jadilah utusan-utusanNya yang lebih berani menampakkan Kasih Kebangkitan Yesus melalui diri dan perbuatan kita setiap hari. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Menaklukkan (1 Korintus 15: 20-26)
"Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut" (1 Korintus 15: 26)
Ketakutan terbesar kita adalah maut. Maut, kematian atau bahkan kepunahan adalah bagian akhir yang paling tidak bisa diatasi kekuatan kemampuan kita sebagai manusia. Namun hanya karena Tuhan Yesus Kristus yang adalah "yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (ayat 20). Maka maut itu sudah diatasi, dikalahkan, ditaklukkan! Dan untuk itu semua, Mesias kita harus menjalani penderitaan dan penyiksaan yang luar biasa kejam. Lalu Ia mati, bahkan mati di kayu salib. Namun tidak selamanya meninggal atau mati. Karena jika Tuhan Yesus Kristus hanya berhenti di titik mati atau meninggal dunia, bukankah itu sama saja dengan kita manusia? Tetapi Dia bangkit! Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut (ayat 26). Kebangkitan Kristus benar-benar menaklukkan kuasa maut. Sehingga kita sebagai orang yang percaya kebangkitanNya, dianugerahkan Keselamatan dari ancaman maut. Selamat dibangkitkan bersama kebangkitanNya. Jangan takut dan jangan mau dihancurkan ketakutan, khususnya ketakutan akan maut. Selamat terus berjuang menaklukkan berbagai kebiasaan buruk dan berbagai hal negatif, gelap bahkan jahat di keseharian. Selamat Paskah! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Ketakutan terbesar kita adalah maut. Maut, kematian atau bahkan kepunahan adalah bagian akhir yang paling tidak bisa diatasi kekuatan kemampuan kita sebagai manusia. Namun hanya karena Tuhan Yesus Kristus yang adalah "yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (ayat 20). Maka maut itu sudah diatasi, dikalahkan, ditaklukkan! Dan untuk itu semua, Mesias kita harus menjalani penderitaan dan penyiksaan yang luar biasa kejam. Lalu Ia mati, bahkan mati di kayu salib. Namun tidak selamanya meninggal atau mati. Karena jika Tuhan Yesus Kristus hanya berhenti di titik mati atau meninggal dunia, bukankah itu sama saja dengan kita manusia? Tetapi Dia bangkit! Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut (ayat 26). Kebangkitan Kristus benar-benar menaklukkan kuasa maut. Sehingga kita sebagai orang yang percaya kebangkitanNya, dianugerahkan Keselamatan dari ancaman maut. Selamat dibangkitkan bersama kebangkitanNya. Jangan takut dan jangan mau dihancurkan ketakutan, khususnya ketakutan akan maut. Selamat terus berjuang menaklukkan berbagai kebiasaan buruk dan berbagai hal negatif, gelap bahkan jahat di keseharian. Selamat Paskah! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Ketaatan dan Kasih (Filipi 2: 5-11)
"Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendakan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."(Filipi 2 :8)
"SetiaMu, Tuhanku, tiada bertara. Dikala suka disaat gelap. KasihMu, Allahku, tidak berubah. Kaulah pelindung abadi, tetap. SetiaMu, Tuhanku, mengharu hatiku. Setiap pagi bertambah jelas. Yang kuperlukan tetap Kauberikan. Sehingga akupun puas lelas..." Itulah cuplikan teks lagu PKJ 138 "SetiaMu, Tuhanku, Tiada Bertara". Yang oleh Panitia Paskah Tahun 2013 dijadikan seperti Lagu Tema dan kerap kita lantunkan dalam tiap ibadah. Sangat menyentuh, menggugah hati dan diri kita untuk mau kembali kepada kesetiaan dan ketaatan. Mari lebih taat. Berjuang untuk tetap taat. Memiliki memberlakukan karakter taat setia di keseharian. Karena dan hanya di dalam Kasih Allah yang setia. Dan yang tertinggi adalah ketaatan menuju kematian oleh Tuhan Yesus Kristus untuk selamatkan saya dan anda. Ayat 8 pembacaan kita kali ini jelas menandaskan, "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Jika Tuhan Yesus mau merendahkan diri-Nya di dalam ketaatan, bersedia menerima peran sebagai hamba menderita. Seperti itulah perjuangan yang harus kita lakukan. Memulainya dengan seperti apa dinyatakan di ayat 7, mau lebih mengosongkan diri (kenosis), mengingkari diri sendiri. Bersedia menjadi hamba, hamba Allah. Melayani orang lain, khususnya mereka yang jauh lebih lemah. Sehingga dalam kehidupan bersama, kita dimampukan menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Hingga seperti tertulis di ayat paling akhir (ayat 11), benar-benar akan tergenapi. Bahwa segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Amin.Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
"SetiaMu, Tuhanku, tiada bertara. Dikala suka disaat gelap. KasihMu, Allahku, tidak berubah. Kaulah pelindung abadi, tetap. SetiaMu, Tuhanku, mengharu hatiku. Setiap pagi bertambah jelas. Yang kuperlukan tetap Kauberikan. Sehingga akupun puas lelas..." Itulah cuplikan teks lagu PKJ 138 "SetiaMu, Tuhanku, Tiada Bertara". Yang oleh Panitia Paskah Tahun 2013 dijadikan seperti Lagu Tema dan kerap kita lantunkan dalam tiap ibadah. Sangat menyentuh, menggugah hati dan diri kita untuk mau kembali kepada kesetiaan dan ketaatan. Mari lebih taat. Berjuang untuk tetap taat. Memiliki memberlakukan karakter taat setia di keseharian. Karena dan hanya di dalam Kasih Allah yang setia. Dan yang tertinggi adalah ketaatan menuju kematian oleh Tuhan Yesus Kristus untuk selamatkan saya dan anda. Ayat 8 pembacaan kita kali ini jelas menandaskan, "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Jika Tuhan Yesus mau merendahkan diri-Nya di dalam ketaatan, bersedia menerima peran sebagai hamba menderita. Seperti itulah perjuangan yang harus kita lakukan. Memulainya dengan seperti apa dinyatakan di ayat 7, mau lebih mengosongkan diri (kenosis), mengingkari diri sendiri. Bersedia menjadi hamba, hamba Allah. Melayani orang lain, khususnya mereka yang jauh lebih lemah. Sehingga dalam kehidupan bersama, kita dimampukan menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Hingga seperti tertulis di ayat paling akhir (ayat 11), benar-benar akan tergenapi. Bahwa segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Amin.Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Memberi yang Terbaik (Yohanes 12: 1-8)
“Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan ... .” (Yohanes 12: 3).
Yang diminyaki itu seharusnya di kepala, bukan kaki! Diseka dengan rambut lagi! Dan setengah kati (sekitar setengah kilogram) minyak Narwastu murni itu terlalu banyak dan terlalu mahal! Mungkin seperti itulah gugatan Yudas Iskariot atas tindakan Maria. Tetapi Maria bukan Yudas. Maria memiliki kasih pengabdian sangat berbeda dengan Yudas! Walau Yudas Iskariot adalah salah satu murid tetapi malah nanti mengkhianati Tuhan dan Guru-nya itu. Namun Maria, meminyaki kaki Yesus (bukan kepalaNya) dengan rambutnya karena kerendahan hati di depan Tuhan, yang sangat dia kasihi. “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu” (ayat 3). Tindakan Maria tersebut merupakan suatu pengorbanan besar. Selain karena minyak Narwastu murni sangat mahal harganya. Maria sadar kesempatan untuk mengungkapkan pengabdian kepada Yesus segera akan berakhir. Iman dan pengabdiannya kepada Tuhan merupakan teladan tertinggi dari apa yang diinginkan Allah dari orang percaya. Kasih itu berarti rela memberikan yang terbaik! Mari memberikan yang terbaik. Selagi masih ada kesempatan, lebih mengasihiNya, yang diwujudkan lebih mengasihi sesama manusia. Tuhan Yesus Kristus telah memberi pelayanan terbaik kepada kita hingga KematianNya! Kematian yang selamatkan kita. Kematian yang merupakan karya terbesar dan terbaik dari Kasih Allah. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Yang diminyaki itu seharusnya di kepala, bukan kaki! Diseka dengan rambut lagi! Dan setengah kati (sekitar setengah kilogram) minyak Narwastu murni itu terlalu banyak dan terlalu mahal! Mungkin seperti itulah gugatan Yudas Iskariot atas tindakan Maria. Tetapi Maria bukan Yudas. Maria memiliki kasih pengabdian sangat berbeda dengan Yudas! Walau Yudas Iskariot adalah salah satu murid tetapi malah nanti mengkhianati Tuhan dan Guru-nya itu. Namun Maria, meminyaki kaki Yesus (bukan kepalaNya) dengan rambutnya karena kerendahan hati di depan Tuhan, yang sangat dia kasihi. “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu” (ayat 3). Tindakan Maria tersebut merupakan suatu pengorbanan besar. Selain karena minyak Narwastu murni sangat mahal harganya. Maria sadar kesempatan untuk mengungkapkan pengabdian kepada Yesus segera akan berakhir. Iman dan pengabdiannya kepada Tuhan merupakan teladan tertinggi dari apa yang diinginkan Allah dari orang percaya. Kasih itu berarti rela memberikan yang terbaik! Mari memberikan yang terbaik. Selagi masih ada kesempatan, lebih mengasihiNya, yang diwujudkan lebih mengasihi sesama manusia. Tuhan Yesus Kristus telah memberi pelayanan terbaik kepada kita hingga KematianNya! Kematian yang selamatkan kita. Kematian yang merupakan karya terbesar dan terbaik dari Kasih Allah. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Kasih Merangkul Menerima (Lukas 15: 11-32)
“.. .Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” (Lukas 15: 20)
Mari kembali kepada Kasih. Kasih yang pasti akan merangkul dan menerima kita, apa adanya. Kasih Allah Bapa. Titik balik untuk kembali tersebut, di perikop kali ini, mulai di ayat 16. Ketika si anak yang hilang dalam perumpamaan ingin mengisi perutnya dengan ampas makanan babi, tetapi tidak seorangpun memberikannya. Ia tersadar, lalu rindu untuk pulang. “.. katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku,..” (ayat 17-18). Benar saja, ketika pulang, masih jauh ayahnya telah melihatnya, berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium (ayat 20). Sebuah wujud kasih yang merangkul, kasih yang sungguh menerima kembali anaknya yang telah berbuat kesalahan besar. Lalu pakaian terbaik diberikan, makanan ternikmat disiapkan dan semua bersukacita! Bahkan ketika sang kakak protes, lagi ayahnya mengingatkan dengan kasih, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." (ayat 31-32). Sehingga kita yang telah dirangkul dan diterima Allah Bapa, mau juga memaklumi bahkan bersedia memaafkan. Memaklumi sesama atau keadaan yang bagaimanapun beratnya. Dan dimampukan Allah untuk memaafkan siapapun yang pernah, sedang (atau akan) menyakiti hati kita. Siap sedia hidup nyata dengan kasihNya. Kasih yang selalu merangkul dan menerima pertobatan. Amin.Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Mari kembali kepada Kasih. Kasih yang pasti akan merangkul dan menerima kita, apa adanya. Kasih Allah Bapa. Titik balik untuk kembali tersebut, di perikop kali ini, mulai di ayat 16. Ketika si anak yang hilang dalam perumpamaan ingin mengisi perutnya dengan ampas makanan babi, tetapi tidak seorangpun memberikannya. Ia tersadar, lalu rindu untuk pulang. “.. katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku,..” (ayat 17-18). Benar saja, ketika pulang, masih jauh ayahnya telah melihatnya, berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium (ayat 20). Sebuah wujud kasih yang merangkul, kasih yang sungguh menerima kembali anaknya yang telah berbuat kesalahan besar. Lalu pakaian terbaik diberikan, makanan ternikmat disiapkan dan semua bersukacita! Bahkan ketika sang kakak protes, lagi ayahnya mengingatkan dengan kasih, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." (ayat 31-32). Sehingga kita yang telah dirangkul dan diterima Allah Bapa, mau juga memaklumi bahkan bersedia memaafkan. Memaklumi sesama atau keadaan yang bagaimanapun beratnya. Dan dimampukan Allah untuk memaafkan siapapun yang pernah, sedang (atau akan) menyakiti hati kita. Siap sedia hidup nyata dengan kasihNya. Kasih yang selalu merangkul dan menerima pertobatan. Amin.Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Ikut Serta (Yesaya 55: 1-9)
"Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya, baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihinya, dan …" (Yesaya 55 : 7)
Setelah lagu dan tarian “Gang Nam Style” mendunia. Kini muncul wabah baru, lagu dan tarian bernama “Harlem Shake”. Sebenarnya sebuah tarian, muncul di Harlem (1981). Lalu di tahun 2012, sebuah lagu diciptakan Baauer (berkebangsaan Amerika) dengan judul yang sama. Namun kemudian benar-benar “meledak” di Februari 2013 kemarin. Saat sebuah video diunggah bertanggal 2 Februari oleh The Sunny Coast Skate. Lima remaja asal Queensland, Australia. Menampilkan beberapa sosok berkostum menari dengan diiringi lagu ciptaan Baauer tadi. Yang menarik, semula satu orang masuk di tengah kumpulan beberapa orang yang sedang serius di satu ruangan, lalu terpengaruh juga untuk menari, sehingga semua ikut serta. Ya, ikut serta. Tentang tematik ini, Bangsa Israel, yang telah meninggalkan Allah dan kebenaran-Nya, kini diundang Allah untuk kembali kepada-Nya dan dikembalikan kepada persekutuan dan berkat. Agar tetap pasti ikut serta dalam KeselamatanNya. Misalnya di ayat 7, “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya..” Ajakan dan undangan ini juga berlaku kini untuk kita. Untuk keluarga kita, bahkan untuk semua orang (siapa saja) melalui kita. Menikmati hidup penuh sukacita dan persekutuan yang intim dengan Tuhan. Siap sedia menjadi berkat bagi banyak orang dan terus “menyanyi menari” dari hati memuliakan Tuhan. Serta hidup kembali harmonis, berdamai, penuh kasih dalam keluarga, dengan tetangga, juga dengan sesama manusia dan alam. Sehingga semua benar-benar ada dalam rancangan penyelamatan Allah. Semua ikut serta. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Setelah lagu dan tarian “Gang Nam Style” mendunia. Kini muncul wabah baru, lagu dan tarian bernama “Harlem Shake”. Sebenarnya sebuah tarian, muncul di Harlem (1981). Lalu di tahun 2012, sebuah lagu diciptakan Baauer (berkebangsaan Amerika) dengan judul yang sama. Namun kemudian benar-benar “meledak” di Februari 2013 kemarin. Saat sebuah video diunggah bertanggal 2 Februari oleh The Sunny Coast Skate. Lima remaja asal Queensland, Australia. Menampilkan beberapa sosok berkostum menari dengan diiringi lagu ciptaan Baauer tadi. Yang menarik, semula satu orang masuk di tengah kumpulan beberapa orang yang sedang serius di satu ruangan, lalu terpengaruh juga untuk menari, sehingga semua ikut serta. Ya, ikut serta. Tentang tematik ini, Bangsa Israel, yang telah meninggalkan Allah dan kebenaran-Nya, kini diundang Allah untuk kembali kepada-Nya dan dikembalikan kepada persekutuan dan berkat. Agar tetap pasti ikut serta dalam KeselamatanNya. Misalnya di ayat 7, “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya..” Ajakan dan undangan ini juga berlaku kini untuk kita. Untuk keluarga kita, bahkan untuk semua orang (siapa saja) melalui kita. Menikmati hidup penuh sukacita dan persekutuan yang intim dengan Tuhan. Siap sedia menjadi berkat bagi banyak orang dan terus “menyanyi menari” dari hati memuliakan Tuhan. Serta hidup kembali harmonis, berdamai, penuh kasih dalam keluarga, dengan tetangga, juga dengan sesama manusia dan alam. Sehingga semua benar-benar ada dalam rancangan penyelamatan Allah. Semua ikut serta. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
TUHAN Benteng Hidupku (Mazmur 27: 1-6)
“Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mazmur 27: 1)
Sebuah survey terbaru dirilis The State Administration of Cultural Heritage (SACH) atau Badan Administrasi Negara urusan Peninggalan Budaya China menyebutkan The Great Wall atau Tembok China ternyata memiliki panjang dua kali lipat lebih dari perkiraan sebelumnya. Dinding yang melalui 15 provinsi di China ini memiliki panjang 13,170.6956 mil atau 21,196.18 kilometer. Sebelumnya tahun 2009 dirilis panjang 5.500 mil atau 8.850 kilometer. Tembok Cina merupakan benteng pertahanan. Salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mungkin satu-satunya benteng di bumi yang bisa dilihat dari bulan. Karena dibuat berabad-abad, bahkan hingga 5 dinasti (terakhir di zaman Dinasti Ming). Konon juga berfungsi sebagai kuburan! Ribuan pekerja yang tewas dalam pembuatannya dikubur dalam benteng tersebut. Namun sesungguhnya ada “benteng” lain yang jauh lebih hebat lagi: “Benteng Kehidupan” kita. Yang melalui ungkapan iman Raja Daud –Sang Pemazmur-, benteng itu terpanjang, terlama, teraman, terkuat, terkokoh, juga ter- yang lain-lain. Khususnya sama sekali tidak membawa gemetar apalagi kematian. Benteng kita itu hanya membawa kehidupan. Kehidupan keselamatan kekal abadi. Benteng itu adalah Tuhan. Saat kita tidak dapat lari berlindung kepada siapa pun atau ke tempat mana pun yang aman terpercaya. Ingat dan mari, kini datang dan berlindunglah hanya kepada Kekuatan dan KasihNya. Tuhan adalah benteng, benteng kehidupan kita! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Sebuah survey terbaru dirilis The State Administration of Cultural Heritage (SACH) atau Badan Administrasi Negara urusan Peninggalan Budaya China menyebutkan The Great Wall atau Tembok China ternyata memiliki panjang dua kali lipat lebih dari perkiraan sebelumnya. Dinding yang melalui 15 provinsi di China ini memiliki panjang 13,170.6956 mil atau 21,196.18 kilometer. Sebelumnya tahun 2009 dirilis panjang 5.500 mil atau 8.850 kilometer. Tembok Cina merupakan benteng pertahanan. Salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mungkin satu-satunya benteng di bumi yang bisa dilihat dari bulan. Karena dibuat berabad-abad, bahkan hingga 5 dinasti (terakhir di zaman Dinasti Ming). Konon juga berfungsi sebagai kuburan! Ribuan pekerja yang tewas dalam pembuatannya dikubur dalam benteng tersebut. Namun sesungguhnya ada “benteng” lain yang jauh lebih hebat lagi: “Benteng Kehidupan” kita. Yang melalui ungkapan iman Raja Daud –Sang Pemazmur-, benteng itu terpanjang, terlama, teraman, terkuat, terkokoh, juga ter- yang lain-lain. Khususnya sama sekali tidak membawa gemetar apalagi kematian. Benteng kita itu hanya membawa kehidupan. Kehidupan keselamatan kekal abadi. Benteng itu adalah Tuhan. Saat kita tidak dapat lari berlindung kepada siapa pun atau ke tempat mana pun yang aman terpercaya. Ingat dan mari, kini datang dan berlindunglah hanya kepada Kekuatan dan KasihNya. Tuhan adalah benteng, benteng kehidupan kita! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
TUHAN Sang Pembebas (Mazmur 27: 1-6)
"Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kua dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat,..." (Ulangan 26: 8))
Bagian perikop kali ini sungguh mengingatkan kita tentang tindakan pembebasan Allah. Khususnya ayat 8, “Lalu Tuhan membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung”.Yang dilakukan melalui peristiwa eksodus Israel dari Mesir. Dan kemudian penaklukan Kanaan oleh umat pilihanNya. Agar kita, umat Tuhan, selalu ingat bahwa Tanah Perjanjian yang subur, "berlimpah susu dan madunya" adalah anugerah pemberian Tuhan (baca kembali ayat 3). Dan di konteks Perjanjian Baru, juga kesadaran iman kita kini dan seterusnya: Semua yang percaya memperoleh hidup dan keselamatan. Oleh karena kemurahan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (bandingkan Efesus 1: 14). Kita telah bebas dosa karena ditebus kematian Sang Juruselamat dan menjadi milik-Nya. Dengan mengingat semua pembebasan Tuhan tersebut, kita diminta merespon. Salah satunya dengan memberi persembahan. “Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya Tuhan.” (ayat 10). Jadi, persembahan itu benar-benar merupakan ungkapan syukur atas kasih dan pembebasanNya. Tidak hanya mempersembahkan harta, tetapi juga mempersembahkan diri untuk beribadah dan melayani sesama manusia. Dari hati tulus lapang. Hati yang terbebas! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Bagian perikop kali ini sungguh mengingatkan kita tentang tindakan pembebasan Allah. Khususnya ayat 8, “Lalu Tuhan membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung”.Yang dilakukan melalui peristiwa eksodus Israel dari Mesir. Dan kemudian penaklukan Kanaan oleh umat pilihanNya. Agar kita, umat Tuhan, selalu ingat bahwa Tanah Perjanjian yang subur, "berlimpah susu dan madunya" adalah anugerah pemberian Tuhan (baca kembali ayat 3). Dan di konteks Perjanjian Baru, juga kesadaran iman kita kini dan seterusnya: Semua yang percaya memperoleh hidup dan keselamatan. Oleh karena kemurahan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (bandingkan Efesus 1: 14). Kita telah bebas dosa karena ditebus kematian Sang Juruselamat dan menjadi milik-Nya. Dengan mengingat semua pembebasan Tuhan tersebut, kita diminta merespon. Salah satunya dengan memberi persembahan. “Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya Tuhan.” (ayat 10). Jadi, persembahan itu benar-benar merupakan ungkapan syukur atas kasih dan pembebasanNya. Tidak hanya mempersembahkan harta, tetapi juga mempersembahkan diri untuk beribadah dan melayani sesama manusia. Dari hati tulus lapang. Hati yang terbebas! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Yesus Sang Penyembuh (Lukas 9 : 37-43)
"Dan ketika anak itu mendekati Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangkannya. Tetapi Yesus menegor..." ( Lukas 9 : 42)
Peka terhadap kebutuhan seorang ayah yang memohon kesembuhan anak tunggalnya. Ayat 41 jelas mencatat perkataan Yesus kepada para muridNya: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" Karena sebelumnya si-ayah sudah meminta murid-murid menyembuhkan anaknya. Tetapi kecewa, anak itu masih terus kesakitan dikuasai roh jahat. Setelah menegur para murid tadi, Yesus minta anak itu dibawa kepadaNya. Saat mendekat, roh jahat yang ada di dalam membanting-banting tubuh anak tersebut. Melihat hal ini, Yesus langsung menghardik roh jahat tersebut dengan tegas (baca kembali ayat 42). Dan seketika itu juga, keluarlah si jahat dan anak itu menjadi sembuh! Satu perintah dari Yesus mampu mengusir roh jahat yang sekian lama menyengsarakan hidup si anak. Ini membuktikan bahwa Yesus memiliki otoritas atas segala kuasa yang ada. Dia adalah Penguasa semesta alam. Hingga bagian awal ayat 43 menceritakan bahwa semua orang yang menyaksikan penyembuhan karya agung Yesus itu, serentak memuji kuasa kebesaranNya. Mari percaya dan bahkan terus lebih percaya bahwa: Yesus Kristus adalah Tuhan, Tuhan Sang Penyembuh! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Peka terhadap kebutuhan seorang ayah yang memohon kesembuhan anak tunggalnya. Ayat 41 jelas mencatat perkataan Yesus kepada para muridNya: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" Karena sebelumnya si-ayah sudah meminta murid-murid menyembuhkan anaknya. Tetapi kecewa, anak itu masih terus kesakitan dikuasai roh jahat. Setelah menegur para murid tadi, Yesus minta anak itu dibawa kepadaNya. Saat mendekat, roh jahat yang ada di dalam membanting-banting tubuh anak tersebut. Melihat hal ini, Yesus langsung menghardik roh jahat tersebut dengan tegas (baca kembali ayat 42). Dan seketika itu juga, keluarlah si jahat dan anak itu menjadi sembuh! Satu perintah dari Yesus mampu mengusir roh jahat yang sekian lama menyengsarakan hidup si anak. Ini membuktikan bahwa Yesus memiliki otoritas atas segala kuasa yang ada. Dia adalah Penguasa semesta alam. Hingga bagian awal ayat 43 menceritakan bahwa semua orang yang menyaksikan penyembuhan karya agung Yesus itu, serentak memuji kuasa kebesaranNya. Mari percaya dan bahkan terus lebih percaya bahwa: Yesus Kristus adalah Tuhan, Tuhan Sang Penyembuh! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Bahasa Kasih TUHAN dan Manusia (1 Korintus 13: 1-13)
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1Korintus 13: 13)
Perikop FirmanNya kali ini ditutup dengan kata pengajaran yang sangat kita kenal, "dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (akhir dari ayat 13). Namun sesungguhnya, keseluruhan bagian ini menggambarkan kasih sebagai suatu kegiatan dan kelakuan. Kasih itu berbuat. Kasih itu melakukan. Kasih itu melayani dengan nyata. Bukan hanya pengetahuan, perasaan batin atau sekadar motivasi. Segi-segi kasih yang beraneka ragam dalam ayat-ayat ini (khususnya ayat 4-7) menunjukkan sifat asli Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Puas hanya melakukan "kegiatan keagamaan" belum tentu menyenangkan hati Allah. Berkata-kata dengan "bahasa roh", bernubuat, mempunyai pengetahuan tentang iman yang sempurna, namun sangat miskin melakukan kasih Kristus dan kebenaran Allah untuk sesama manusia. Itu "sama sekali tidak berguna" di pemandangan Allah! Kerohanian dan pernyataan iman seperti itu hampa (baca ulang ayat 1-2) dan tidak akan memiliki tempat yang sesungguhnya dalam kerajaan-Nya (bd. 1Kor 6:9-10). Yang terpenting ialah Kasih Allah diungkapkan melalui berbagai perbuatan kita yang tidak menyakiti orang lain. Bertekun setia mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Sehingga pada dasarnya, kita semua, apapun suku, ras, bangsa bahkan agama apapun. Kita hidup menghidupi hanya dalam satu bahasa universal: Bahasa Kasih. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Perikop FirmanNya kali ini ditutup dengan kata pengajaran yang sangat kita kenal, "dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (akhir dari ayat 13). Namun sesungguhnya, keseluruhan bagian ini menggambarkan kasih sebagai suatu kegiatan dan kelakuan. Kasih itu berbuat. Kasih itu melakukan. Kasih itu melayani dengan nyata. Bukan hanya pengetahuan, perasaan batin atau sekadar motivasi. Segi-segi kasih yang beraneka ragam dalam ayat-ayat ini (khususnya ayat 4-7) menunjukkan sifat asli Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Puas hanya melakukan "kegiatan keagamaan" belum tentu menyenangkan hati Allah. Berkata-kata dengan "bahasa roh", bernubuat, mempunyai pengetahuan tentang iman yang sempurna, namun sangat miskin melakukan kasih Kristus dan kebenaran Allah untuk sesama manusia. Itu "sama sekali tidak berguna" di pemandangan Allah! Kerohanian dan pernyataan iman seperti itu hampa (baca ulang ayat 1-2) dan tidak akan memiliki tempat yang sesungguhnya dalam kerajaan-Nya (bd. 1Kor 6:9-10). Yang terpenting ialah Kasih Allah diungkapkan melalui berbagai perbuatan kita yang tidak menyakiti orang lain. Bertekun setia mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Sehingga pada dasarnya, kita semua, apapun suku, ras, bangsa bahkan agama apapun. Kita hidup menghidupi hanya dalam satu bahasa universal: Bahasa Kasih. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Pemeliharaan Tuhan Melalui Alam (Mazmur 19: 1-7)
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." (Mazmur 19 : 1)
Bulan Desember menurut ungkapan orang Jawa adalah “gede-gedene sumber”, masa besar-besarnya mata air. Dan Januari berarti “hujan sehari-hari”. Tentu saja hal ini bukanlah suatu yang mutlak, masih ada BMKG yang memiliki data ilmiah mengenai prakiraan cuaca, curah hujan, dan berbagai fenomena alam lainnya. Sesungguhnya Mazmur pasal 19 kali ini terbagi dalam 2 (dua) bagian besar: Menggabungkan kemuliaan Allah dalam keindahan alam (ayat 1-6) dan kesempurnaan Allah dalam taurat atau firman-Nya (ayat 7-14). Alam dan firman menyatakan keluhuran Tuhan dan kesempurnaan Allah yang mencipta segala sesuatu. Pemazmur memakai nama "Allah" (ayat 2) ketika berbicara mengenai alam ciptaanNya. Dan memakai nama “TUHAN” (ayat 8-10) ketika berbicara tentang firman dan perintahNya, berasal dari kata Yahweh. Sedangkan “Allah”, berasal dari kata Elohim, lebih menggambarkan Dia sebagai Pencipta. Kemuliaan Allah sangat nyata dalam keindahan alam. Lebih khusus lagi saat mencipta kita, manusia. Dan yang jauh lebih indah lagi, mencipta alam semesta sebagai pekerjaan pemeliharaanNya untuk kita. “.. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (ayat 2). Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Bulan Desember menurut ungkapan orang Jawa adalah “gede-gedene sumber”, masa besar-besarnya mata air. Dan Januari berarti “hujan sehari-hari”. Tentu saja hal ini bukanlah suatu yang mutlak, masih ada BMKG yang memiliki data ilmiah mengenai prakiraan cuaca, curah hujan, dan berbagai fenomena alam lainnya. Sesungguhnya Mazmur pasal 19 kali ini terbagi dalam 2 (dua) bagian besar: Menggabungkan kemuliaan Allah dalam keindahan alam (ayat 1-6) dan kesempurnaan Allah dalam taurat atau firman-Nya (ayat 7-14). Alam dan firman menyatakan keluhuran Tuhan dan kesempurnaan Allah yang mencipta segala sesuatu. Pemazmur memakai nama "Allah" (ayat 2) ketika berbicara mengenai alam ciptaanNya. Dan memakai nama “TUHAN” (ayat 8-10) ketika berbicara tentang firman dan perintahNya, berasal dari kata Yahweh. Sedangkan “Allah”, berasal dari kata Elohim, lebih menggambarkan Dia sebagai Pencipta. Kemuliaan Allah sangat nyata dalam keindahan alam. Lebih khusus lagi saat mencipta kita, manusia. Dan yang jauh lebih indah lagi, mencipta alam semesta sebagai pekerjaan pemeliharaanNya untuk kita. “.. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (ayat 2). Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Dalam Yesus Ada Kehidupan (Yohanes 2: 1-11)
"Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya." (Yohanes 2: 11)
Jakarta darurat banjir! Ya, ibu kota negara Indonesia yang kita cintai, benar-benar dilanda bencana banjir. Sebut saja rumah-rumah, perkantoran hingga rumah sakit dan jalan-jalan besar utama di Bundaran HI (Hotel Indonesia), Sarinah, Jl. Jenderal Sudirman, Bendungan Hilir, Gorogol-Kepa Duri, Pluit, Tanjung Priok, juga tidak luput daerah Menteng hingga Kampung Melayu, semuanya “lumpuh” tertutup banjir. Bencana banjir yang baru beberapa hari saja telah merugikan puluhan milyar rupiah, merusak berbagai bangunan, hingga memakan korban sakit dan meninggal dunia. Yang terbesar adalah rusaknya tata sosial, pelayanan masyarakat, kerja kinerja dan tata hidup kehidupan Jakarta sekitarnya. Tetapi dari peristiwa perkawinan di Kana dalam perikop kali ini. Kita diperlihatkan bagaimana memiliki keyakinan pertolonganNya atas berbagai bencana apapun di hidup kehidupan. Bahkan kepastian akan Hidup Sejati. Kita harus memulai dan melanjutkan Tahun 2013 ini dengan lebih mengundang Yesus, tentu bukan sekadar sebagai tamu, tetapi sebagai pemilik kehidupan kita. Tuhan bisa memakai apapun juga sebagai alat-Nya. Apa yang tidak terlalu berguna, bisa diubahkan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Dibutuhkan ketaatan akan cara Tuhan bekerja. Namun dalam kisah ini yang diminta Tuhan adalah, kita meminta tolong kepada-Nya secara spesifik, dan membiarkan Tuhan bekerja dalam waktu dan cara-Nya. (ayat 7). Dan perubahan yang Tuhan kerjakan dan ketaatan kita sebagai tanggapan kepada-Nya, perlu dirasakan oleh orang disekitar kita. (ayat 8-9). Allah peduli atas kehidupan manusia berdosa yang sarat bencana dan tragedi. Dan Tuhan Yesus Kristus hadir bukan untuk membangkitkan diskusi-diskusi teologis mengenai siapa diri-Nya atau untuk kemegahan liturgi ibadah di gereja. Dia hadir untuk memberikan anggur baru kehidupan dalam hubungan-hubungan agar diperbarui. Mari lebih peduli, lebih mau berbagi. Wujudkan iman bukan dengan sekadar menyapa sesama kita "syalom," tetapi mari menjadi syalom Allah bagi Jakarta sekitarnya yang terkena bencana banjir, dan syalom untuk semua kehidupan. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Jakarta darurat banjir! Ya, ibu kota negara Indonesia yang kita cintai, benar-benar dilanda bencana banjir. Sebut saja rumah-rumah, perkantoran hingga rumah sakit dan jalan-jalan besar utama di Bundaran HI (Hotel Indonesia), Sarinah, Jl. Jenderal Sudirman, Bendungan Hilir, Gorogol-Kepa Duri, Pluit, Tanjung Priok, juga tidak luput daerah Menteng hingga Kampung Melayu, semuanya “lumpuh” tertutup banjir. Bencana banjir yang baru beberapa hari saja telah merugikan puluhan milyar rupiah, merusak berbagai bangunan, hingga memakan korban sakit dan meninggal dunia. Yang terbesar adalah rusaknya tata sosial, pelayanan masyarakat, kerja kinerja dan tata hidup kehidupan Jakarta sekitarnya. Tetapi dari peristiwa perkawinan di Kana dalam perikop kali ini. Kita diperlihatkan bagaimana memiliki keyakinan pertolonganNya atas berbagai bencana apapun di hidup kehidupan. Bahkan kepastian akan Hidup Sejati. Kita harus memulai dan melanjutkan Tahun 2013 ini dengan lebih mengundang Yesus, tentu bukan sekadar sebagai tamu, tetapi sebagai pemilik kehidupan kita. Tuhan bisa memakai apapun juga sebagai alat-Nya. Apa yang tidak terlalu berguna, bisa diubahkan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Dibutuhkan ketaatan akan cara Tuhan bekerja. Namun dalam kisah ini yang diminta Tuhan adalah, kita meminta tolong kepada-Nya secara spesifik, dan membiarkan Tuhan bekerja dalam waktu dan cara-Nya. (ayat 7). Dan perubahan yang Tuhan kerjakan dan ketaatan kita sebagai tanggapan kepada-Nya, perlu dirasakan oleh orang disekitar kita. (ayat 8-9). Allah peduli atas kehidupan manusia berdosa yang sarat bencana dan tragedi. Dan Tuhan Yesus Kristus hadir bukan untuk membangkitkan diskusi-diskusi teologis mengenai siapa diri-Nya atau untuk kemegahan liturgi ibadah di gereja. Dia hadir untuk memberikan anggur baru kehidupan dalam hubungan-hubungan agar diperbarui. Mari lebih peduli, lebih mau berbagi. Wujudkan iman bukan dengan sekadar menyapa sesama kita "syalom," tetapi mari menjadi syalom Allah bagi Jakarta sekitarnya yang terkena bencana banjir, dan syalom untuk semua kehidupan. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing.
Engkau Berharga Dimata-Ku (Yesaya 43: 1-7)
"Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini..." (Yesaya 43 : 4)
Mahkamah Konstitusi membatalkan status sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Lalu muncullah keributan, pro dan kontra. Saya bukan mau meremehkan isu, tetapi bukankah yang terpenting apakah anak-anak kita atau para murid sekolah di Indonesia benar-benar dipandang berharga? Sehingga bukan "label" sekolahnya, tetapi benar- benar dilayankan sebuah pendidikan yang berkwalitas sebagai manusia Indonesia dan dunia. Refleksi berikutnya yang lebih mendalam, apakah kita pernah menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan? Tuhan tidak pernah memandang rupa, jabatan, atau kekayaan yang kita miliki. Sesungguhnya, "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,.." (ayat 4). Seburuk apa pun kita di mata dunia ini, bahkan mungkin kita telah dihina, dicaci, dan direndahkan, tetapi kita tetap berharga di mataNya. Kalau kita begitu bangga dipuji dan dihormati oleh orang lain, alangkah lebihnya bila kita dipandang sangat berharga dan mulia di hadapan Tuhan, bahkan disebutNya kita sebagai biji mataNya sendiri! Dan Alkitab menyatakan, "...siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya-" (Zakharia 2:8b). Sudah sepatutnya hati kita berlimpah dengan syukur dan berhentilah untuk mengeluh, ribut dan bersungut-sungut dengan kondisi yang mungkin menurut kita tidak sebanding dengan orang-orang lain. Sebab dengan ucapan syukur kepada Tuhan, akan semakin kuat iman kita di dalam Dia dan itulah awal dari karyaNya dalam hidup kita. Sehingga lebih lagi mengasihi Allah dan sesama. Dan dalam ucapan syukur ada kuasa yang turun dari tempat mahatinggi, sebab di dalamnya kita selalu percaya bahwa Tuhan sanggup memberlakukan yang terbaik atas pergumulan dan perjuangan hidup kita. Bagaimanapun dan keadaan apa pun yang kita alami-jalani saat ini. Ingat, kita semua berharga di mata Tuhan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Mahkamah Konstitusi membatalkan status sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Lalu muncullah keributan, pro dan kontra. Saya bukan mau meremehkan isu, tetapi bukankah yang terpenting apakah anak-anak kita atau para murid sekolah di Indonesia benar-benar dipandang berharga? Sehingga bukan "label" sekolahnya, tetapi benar- benar dilayankan sebuah pendidikan yang berkwalitas sebagai manusia Indonesia dan dunia. Refleksi berikutnya yang lebih mendalam, apakah kita pernah menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan? Tuhan tidak pernah memandang rupa, jabatan, atau kekayaan yang kita miliki. Sesungguhnya, "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,.." (ayat 4). Seburuk apa pun kita di mata dunia ini, bahkan mungkin kita telah dihina, dicaci, dan direndahkan, tetapi kita tetap berharga di mataNya. Kalau kita begitu bangga dipuji dan dihormati oleh orang lain, alangkah lebihnya bila kita dipandang sangat berharga dan mulia di hadapan Tuhan, bahkan disebutNya kita sebagai biji mataNya sendiri! Dan Alkitab menyatakan, "...siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya-" (Zakharia 2:8b). Sudah sepatutnya hati kita berlimpah dengan syukur dan berhentilah untuk mengeluh, ribut dan bersungut-sungut dengan kondisi yang mungkin menurut kita tidak sebanding dengan orang-orang lain. Sebab dengan ucapan syukur kepada Tuhan, akan semakin kuat iman kita di dalam Dia dan itulah awal dari karyaNya dalam hidup kita. Sehingga lebih lagi mengasihi Allah dan sesama. Dan dalam ucapan syukur ada kuasa yang turun dari tempat mahatinggi, sebab di dalamnya kita selalu percaya bahwa Tuhan sanggup memberlakukan yang terbaik atas pergumulan dan perjuangan hidup kita. Bagaimanapun dan keadaan apa pun yang kita alami-jalani saat ini. Ingat, kita semua berharga di mata Tuhan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing
Kasih Karunia Bagi Semua (Efesus 3: 1-12)
"Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu." (Efesus 3: 8)
Apakah Allah mengasihi hanya orang Kristen saja? Apakah kasih karunia adalah hanya untuk orang Kristen saja? Jawaban untuk keduanya adalah tentu tidak. Allah mengasihi dan Kasih karunia Allah adalah untuk semua orang. Dalam perikop kita kali ini, hal itu ditekankan ulang lebih kuat lagi. Kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada Paulus bukan terutama untuk dinikmatinya sendiri, tetapi agar dapat disalurkannya kepada orang lain. “..untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu.” (ayat 8). Orang-orang non Yahudi yang sudah percaya telah dipersatukan dengan orang-orang Yahudi yang percaya dalam satu tubuh, yaitu jemaat. Paulus mengatakan bahwa rahasia Allah ini telah memberikan pengaruh yang dahsyat terhadap diri dan pelayanannya. Olehnya Paulus didorong untuk mewartakan Injil kepada semua orang. Tugas kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus yang kini diberi kesempatan memasuki tahun 2013, sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat pada masa lampau (ayat 10) adalah lebih memberitakan dan menawarkan rahasia Allah itu kepada semua orang untuk mereka alami. Adalah kasih Allah pada semua orang yang menarik kita untuk menerima (percaya) dan membagikan kasih karuniaNya yang kekal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya, mari dengan tingkah laku dan pelayanan nyata di tiap hari, tiap kita menjadi pemberita kasih karunia Allah bagi semua orang. Amin. Oleh: Pdt. Lusindo YL. Tobing
Apakah Allah mengasihi hanya orang Kristen saja? Apakah kasih karunia adalah hanya untuk orang Kristen saja? Jawaban untuk keduanya adalah tentu tidak. Allah mengasihi dan Kasih karunia Allah adalah untuk semua orang. Dalam perikop kita kali ini, hal itu ditekankan ulang lebih kuat lagi. Kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada Paulus bukan terutama untuk dinikmatinya sendiri, tetapi agar dapat disalurkannya kepada orang lain. “..untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu.” (ayat 8). Orang-orang non Yahudi yang sudah percaya telah dipersatukan dengan orang-orang Yahudi yang percaya dalam satu tubuh, yaitu jemaat. Paulus mengatakan bahwa rahasia Allah ini telah memberikan pengaruh yang dahsyat terhadap diri dan pelayanannya. Olehnya Paulus didorong untuk mewartakan Injil kepada semua orang. Tugas kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus yang kini diberi kesempatan memasuki tahun 2013, sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat pada masa lampau (ayat 10) adalah lebih memberitakan dan menawarkan rahasia Allah itu kepada semua orang untuk mereka alami. Adalah kasih Allah pada semua orang yang menarik kita untuk menerima (percaya) dan membagikan kasih karuniaNya yang kekal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya, mari dengan tingkah laku dan pelayanan nyata di tiap hari, tiap kita menjadi pemberita kasih karunia Allah bagi semua orang. Amin. Oleh: Pdt. Lusindo YL. Tobing