Orang-orang Pilihan (Kolese 3: 12-17)
Pdt. Lusindo Tobing"Karena itu, sebagai orang-orang piihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah..." (Kolese 3: 22)
Buah adalah bukti dari sebuah tanaman yang hidup, bahkan tumbuh subur dan segar. Demikian pula dengan buah pertumbuhan kehidupan orang-orang pilihan Allah. Kasih yang terefleksi dari aplikasi hidup sehari- hari. Bukti dari kehidupan dalam Allah berpusatkan Kristus serta urapan Roh Kudus. Jadi pertumbuhan Kristen adalah secara kualitatif bukan alternatif. Kualitas sebagai orang-orang pilihan. Atau bisa juga dibalik, orang-orang pilihan yang sangat berkualitas! Ya, menjadi orang-orang pilihan bukan sekadar alternatif. Tetapi benar-benar pilihan Allah, berdasarkan kualitas hidup orang-orang yang dinyatakan oleh Allah. Di dalam Dia kita dimotivasi dan dimampukan. Untuk hidup berbuah sesuai panggilan hidup kita sebagai orang-orang pilihan yang dikuduskan dan dikasihi-Nya (ayat 12). "Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah". (ayat 14-15). Kehidupan Kristen yang bertumbuh dan bersama-sama (baca ayat 16) diperbaharui oleh-Nya. Harus dibuktikan, berbuah-buah, dilakukan dengan nyata! Alkitab memberikan prinsip-prinsip umum yang mengizinkan orang percaya yang dipilih oleh RohNya. Juga dimampukan menentukan betulnya atau salahnya hal-hal yang tidak disebut dengan jelas di dalam Firman Allah. Dalam segala sesuatu yang kita katakan, lakukan, pikirkan, atau nikmati, kita harus mengajukan sikap sebagai berikut: 1. Segala hal itu dilakukan untuk kemuliaan Allah, bukan sekadar untuk memuliakan diri sendiri dan manusia ; 2. Nyatakan Doa dan lakukan "dalam nama Tuhan Yesus" (ayat 17) seraya memohon berkat-Nya atas kegiatan dan perbuatan mengasihi sesama manusia; 3. Lakukan perbuatan-perbuatan baik atau perbuatan-perbuatan pilihan, sementara kita dengan sungguh-sungguh mengucap syukur kepada Allah, sang Maha Besar yang telah memilih kita. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Buah adalah bukti dari sebuah tanaman yang hidup, bahkan tumbuh subur dan segar. Demikian pula dengan buah pertumbuhan kehidupan orang-orang pilihan Allah. Kasih yang terefleksi dari aplikasi hidup sehari- hari. Bukti dari kehidupan dalam Allah berpusatkan Kristus serta urapan Roh Kudus. Jadi pertumbuhan Kristen adalah secara kualitatif bukan alternatif. Kualitas sebagai orang-orang pilihan. Atau bisa juga dibalik, orang-orang pilihan yang sangat berkualitas! Ya, menjadi orang-orang pilihan bukan sekadar alternatif. Tetapi benar-benar pilihan Allah, berdasarkan kualitas hidup orang-orang yang dinyatakan oleh Allah. Di dalam Dia kita dimotivasi dan dimampukan. Untuk hidup berbuah sesuai panggilan hidup kita sebagai orang-orang pilihan yang dikuduskan dan dikasihi-Nya (ayat 12). "Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah". (ayat 14-15). Kehidupan Kristen yang bertumbuh dan bersama-sama (baca ayat 16) diperbaharui oleh-Nya. Harus dibuktikan, berbuah-buah, dilakukan dengan nyata! Alkitab memberikan prinsip-prinsip umum yang mengizinkan orang percaya yang dipilih oleh RohNya. Juga dimampukan menentukan betulnya atau salahnya hal-hal yang tidak disebut dengan jelas di dalam Firman Allah. Dalam segala sesuatu yang kita katakan, lakukan, pikirkan, atau nikmati, kita harus mengajukan sikap sebagai berikut: 1. Segala hal itu dilakukan untuk kemuliaan Allah, bukan sekadar untuk memuliakan diri sendiri dan manusia ; 2. Nyatakan Doa dan lakukan "dalam nama Tuhan Yesus" (ayat 17) seraya memohon berkat-Nya atas kegiatan dan perbuatan mengasihi sesama manusia; 3. Lakukan perbuatan-perbuatan baik atau perbuatan-perbuatan pilihan, sementara kita dengan sungguh-sungguh mengucap syukur kepada Allah, sang Maha Besar yang telah memilih kita. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Memuliakan (Lukas 1: 46-55)
"Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan." (Lukas 1: 46)
Setelah Anunsiasi berlanjut ke Visitasi dan memunculkan Magnificat! Setelah Malaikat Gabriel menyampaikan berita dan rancangan Allah atas diri Maria dan ia akan mengandung Sang Juruselamat (peristiwa ini dikenal dengan Anunsiasi). Lalu Maria meresponnya dengan melakukan Visitasi (perkunjungan) kepada saudari sepupunya Elizabet. Dalam Kitab Injil, termasuk latar belakang perikop kita (di konteks Lukas ini), yang terjadi setelah Maria menyalami Elizabet, anak dalam kandungan Elizabet (yang kelak menjadi Yohanes Pembaptis) bergerak. Ketika hal itu diberitahukan kepada Maria, dia menyanyikan Kidung Magnificat. Maria memuliakan Allah karena karya Allah bagi dirinya (ayat 46-49). Ia yang rendah telah diperhatikan Allah sehingga segala keturunan akan menyebutnya berbahagia. Maria memuji karya Allah atas orang yang takut akan Dia, sebaliknya Dia akan mempermalukan orang yang menjadi musuh-Nya (ayat 50-53). Allah dipuji karena telah membuat harapan umat-Nya terwujud melalui Putra yang akan dilahirkan Maria (ayat 54-55). Kita pun patut memuji Allah karena janji yang dulu hanya diperuntukkan bagi Israel kini ditujukan juga bagi kita. Mari memuliakan Juruselamat yang datang, sebab kita bisa mendapat bagian di dalam Kristus. Saat-saat mendekati Hari Natal sepatutnya kita sebagai pribadi, keluarga dan umatNya semakin bersyukur karena Allah mengingat kesengsaraan umat manusia yang dibelenggu dosa. Dia mengirim Anak-Nya untuk menyatakan kemuliaan dan kuat kuasa-Nya atas dunia, dosa, dan juga atas maut. Selamat semakin dimuliakan Allah, dengan terus "ber-Magnificat" memuji dan membagikan Kasih PenyelamatanNya. Selamat menjelang malam Natal dan Natal Tahun 2015. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Setelah Anunsiasi berlanjut ke Visitasi dan memunculkan Magnificat! Setelah Malaikat Gabriel menyampaikan berita dan rancangan Allah atas diri Maria dan ia akan mengandung Sang Juruselamat (peristiwa ini dikenal dengan Anunsiasi). Lalu Maria meresponnya dengan melakukan Visitasi (perkunjungan) kepada saudari sepupunya Elizabet. Dalam Kitab Injil, termasuk latar belakang perikop kita (di konteks Lukas ini), yang terjadi setelah Maria menyalami Elizabet, anak dalam kandungan Elizabet (yang kelak menjadi Yohanes Pembaptis) bergerak. Ketika hal itu diberitahukan kepada Maria, dia menyanyikan Kidung Magnificat. Maria memuliakan Allah karena karya Allah bagi dirinya (ayat 46-49). Ia yang rendah telah diperhatikan Allah sehingga segala keturunan akan menyebutnya berbahagia. Maria memuji karya Allah atas orang yang takut akan Dia, sebaliknya Dia akan mempermalukan orang yang menjadi musuh-Nya (ayat 50-53). Allah dipuji karena telah membuat harapan umat-Nya terwujud melalui Putra yang akan dilahirkan Maria (ayat 54-55). Kita pun patut memuji Allah karena janji yang dulu hanya diperuntukkan bagi Israel kini ditujukan juga bagi kita. Mari memuliakan Juruselamat yang datang, sebab kita bisa mendapat bagian di dalam Kristus. Saat-saat mendekati Hari Natal sepatutnya kita sebagai pribadi, keluarga dan umatNya semakin bersyukur karena Allah mengingat kesengsaraan umat manusia yang dibelenggu dosa. Dia mengirim Anak-Nya untuk menyatakan kemuliaan dan kuat kuasa-Nya atas dunia, dosa, dan juga atas maut. Selamat semakin dimuliakan Allah, dengan terus "ber-Magnificat" memuji dan membagikan Kasih PenyelamatanNya. Selamat menjelang malam Natal dan Natal Tahun 2015. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Bersukacitalah! (Filipi 4: 4-7)
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4: 4)
Bersukacitalah! Ya, perikop Minggu Adven ketiga kita diawali sebuah ajakan kuat. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (ayat 4). Mari semua jemaat Tuhan dan pembaca, bersukacitalah. Mari tiap-tiap kita di tiap-tiap bagian hidup kehidupan, bersama sepakat meruntuhkan-menyelesaikan pergumulan hidup berat hanya bersama Tuhan saja, bersukacitalah. Dan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” Bersukacitalah! (ayat 5). Rasul Paulus kembali mengingatkan di konteks jemaat Filipi, juga kita kini , di durasi akhir Desember, sekaligus akhir Tahun 2015 bahwa sukacita Kristen dan bersukacita itu berasal dari Tuhan. Paulus meminta agar secara aktif kita semua menyatakan kebaikan hati bagi sesama manusia dan kehidupan. Dan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (ayat 6). Setia memupuk status tersebut dalam doa dan perbuatan nyata, relasi dengan Tuhan menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Sehingga dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat, sebab damai dan sukacita Allah memenuhi hati kita. Selamat menjelang peringatan Natal dan Tahun Baru yang kian dekat. Juga selamat taat menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ayat 7) Amin.Pdt. Lusindo Tobing.
Bersukacitalah! Ya, perikop Minggu Adven ketiga kita diawali sebuah ajakan kuat. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (ayat 4). Mari semua jemaat Tuhan dan pembaca, bersukacitalah. Mari tiap-tiap kita di tiap-tiap bagian hidup kehidupan, bersama sepakat meruntuhkan-menyelesaikan pergumulan hidup berat hanya bersama Tuhan saja, bersukacitalah. Dan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” Bersukacitalah! (ayat 5). Rasul Paulus kembali mengingatkan di konteks jemaat Filipi, juga kita kini , di durasi akhir Desember, sekaligus akhir Tahun 2015 bahwa sukacita Kristen dan bersukacita itu berasal dari Tuhan. Paulus meminta agar secara aktif kita semua menyatakan kebaikan hati bagi sesama manusia dan kehidupan. Dan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (ayat 6). Setia memupuk status tersebut dalam doa dan perbuatan nyata, relasi dengan Tuhan menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Sehingga dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat, sebab damai dan sukacita Allah memenuhi hati kita. Selamat menjelang peringatan Natal dan Tahun Baru yang kian dekat. Juga selamat taat menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ayat 7) Amin.Pdt. Lusindo Tobing.
Dimurnikan (Maleakhi 3: 1-4)
"Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN." (Maleakhi 3: 3)
Sebelum melampiaskan hasrat mencari-cari siapa yang salah dalam keluarga. Sebelum kita memuaskan nafsu untuk menunjuk-nunjuk sahabat atau tetangga akan dosa dan keberdosaan mereka. Walaupun dengan alasan lama yang sering kita pakai: "Untuk menegur mereka, sehingga mereka bisa sadar" (baca bertobat). Mari, di perjalanan Minggu-minggu Adven ini, kita lebih dulu menyapa, dan menegur ke dalam hati dan pikiran. Menghardik diri kita sendiri. Dengan mempersilakan Roh Allah menguduskan hati serta pikiran anda dan saya. Memurnikan kita. Sebab di sejarah Alkitab dan perjalanan umatNya, Tuhan sudah berkali-kali mengutus para nabi-Nya. Termasuk Maleakhi menegur dosa-dosa umatNya agar mereka bertobat (ayat 1). Namun, umat Tuhan berulang kali juga, sejak permulaan bangsa Israel berdiri sampai saat konteks Maleakhi 3 ini menolak. Karenamya akan ada kedatangan Tuhan menjadi kejutan besar dalam hidup mereka. Menyucikan hati, pikiran dan kehidupan umat yang bobrok oleh dosa. Tidak seorang pun akan luput dari pemurnian itu. Pemurnian akan berlangsung menyakitkan, seperti tukang pemurni emas memurnikan logam-logam seperti emas dan perak dengan panas tinggi, agar segala kotoran yang melekat akan hilang dan lebur. Atau Allah memurnikan seperti penatu menggelontorkan semua noda yang melekat pada kain dengan sabun (ayat 2-3). Sehingga Yehuda dan Yerusalem akan kembali berkenan kepada-Nya (ayat 4). Selamat memasuki Bulan Desember Tahun 2015, seraya terus memaknai adven Tuhan. Selain akan memperingati Natal-Nya, ingat dan sadari, Tuhan Yesus Kristus akan datang menghakimi kita dan dunia. Mari, sebelum segala sesuatunya terlambat, saya berdoa untuk kita semua dan kita saling mendoakan untuk benar-benar mempersilakan Tuhan melakukan pemurnian hati serta pikiran kita. Bertobat dalam kasih pemurnianNya. Mari berpikir yang murni, bersikap murni, berkata-kata serta bertingkah laku dengan murni dan terus dimurnikan setiap hari, Lebih lagi mulai hari ini, di Adven ini, dari hati semakin murni sampai Tuhan Yesus datang kembali. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Sebelum melampiaskan hasrat mencari-cari siapa yang salah dalam keluarga. Sebelum kita memuaskan nafsu untuk menunjuk-nunjuk sahabat atau tetangga akan dosa dan keberdosaan mereka. Walaupun dengan alasan lama yang sering kita pakai: "Untuk menegur mereka, sehingga mereka bisa sadar" (baca bertobat). Mari, di perjalanan Minggu-minggu Adven ini, kita lebih dulu menyapa, dan menegur ke dalam hati dan pikiran. Menghardik diri kita sendiri. Dengan mempersilakan Roh Allah menguduskan hati serta pikiran anda dan saya. Memurnikan kita. Sebab di sejarah Alkitab dan perjalanan umatNya, Tuhan sudah berkali-kali mengutus para nabi-Nya. Termasuk Maleakhi menegur dosa-dosa umatNya agar mereka bertobat (ayat 1). Namun, umat Tuhan berulang kali juga, sejak permulaan bangsa Israel berdiri sampai saat konteks Maleakhi 3 ini menolak. Karenamya akan ada kedatangan Tuhan menjadi kejutan besar dalam hidup mereka. Menyucikan hati, pikiran dan kehidupan umat yang bobrok oleh dosa. Tidak seorang pun akan luput dari pemurnian itu. Pemurnian akan berlangsung menyakitkan, seperti tukang pemurni emas memurnikan logam-logam seperti emas dan perak dengan panas tinggi, agar segala kotoran yang melekat akan hilang dan lebur. Atau Allah memurnikan seperti penatu menggelontorkan semua noda yang melekat pada kain dengan sabun (ayat 2-3). Sehingga Yehuda dan Yerusalem akan kembali berkenan kepada-Nya (ayat 4). Selamat memasuki Bulan Desember Tahun 2015, seraya terus memaknai adven Tuhan. Selain akan memperingati Natal-Nya, ingat dan sadari, Tuhan Yesus Kristus akan datang menghakimi kita dan dunia. Mari, sebelum segala sesuatunya terlambat, saya berdoa untuk kita semua dan kita saling mendoakan untuk benar-benar mempersilakan Tuhan melakukan pemurnian hati serta pikiran kita. Bertobat dalam kasih pemurnianNya. Mari berpikir yang murni, bersikap murni, berkata-kata serta bertingkah laku dengan murni dan terus dimurnikan setiap hari, Lebih lagi mulai hari ini, di Adven ini, dari hati semakin murni sampai Tuhan Yesus datang kembali. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Penyelamatanmu Sudah Dekat! (Lukas 21: 25-36)
"Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Lukas 21: 28)
Akan terjadi tanda-tanda pada alam yang bisa menggentarkan semua orang (25-26). Di tengah situasi yang seperti itulah, Kristus akan datang (27). Bagi mereka yang menolak Kristus, hari kedatangan-Nya akan menjadi hari penghakiman mengerikan. Tetapi orang yang percaya kepada Kristus tidak perlu kuatir, karena hari itu akan menjadi hari penyelamatan membawa kesukaan (28). Mari berjaga-jaga akan adventus (kedatangan) yang merampungkan karya keselamatan-Nya. Meskipun kita tidak tahu persis hari dan jamnya, kita meyakini bahwa waktu-Nya pasti akan terjadi (29-31). Lau apa yang harus kita lakukan? Menurut perikop kita kali ini, pertama, kita mau lebih rendah hati berjaga-jaga, tetap sadar untuk hidup benar dan mulia. Bukan dengan pesta pora dan kemabukan (ayat 34). Berjaga-jaga akan kedatangan Sang Juruselamat, berarti percaya dan taat penuh melakukan firman-Nya (ayat 32-33). Kedua, dengan berdoa (ayat 36). Dalam hal ini berdoa berarti bersandar pada kekuatan Allah. Mempercayakan hidup di saat-saat penantian ini dengan tetap percaya Allah menjaga dan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Berdoa menyebabkan kita tidak mudah tergoda menyangkal iman saat menghadapi pergumulan. Karena selalu dan akan selalu mendapatkan kekuatan, pertolongan dan keselamatanNya. Murid-murid Tuhan Yesus Kristus di konteks Injil Lukas mau berjuang bertahan dengan hidup berjaga-jaga dan berdoa. Demikian juga dengan kita, murid-murid Tuhan masa kini. Mari setia berjaga-jaga dan berdoa. Sehingga mampu mewartakan berita kesukaan dan keselamatanNya kepada orang lain yang belum mengenal Dia. Selamat memasuki Minggu-minggu Adven Tuhan, penyelamatan kita sudah dekat! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Akan terjadi tanda-tanda pada alam yang bisa menggentarkan semua orang (25-26). Di tengah situasi yang seperti itulah, Kristus akan datang (27). Bagi mereka yang menolak Kristus, hari kedatangan-Nya akan menjadi hari penghakiman mengerikan. Tetapi orang yang percaya kepada Kristus tidak perlu kuatir, karena hari itu akan menjadi hari penyelamatan membawa kesukaan (28). Mari berjaga-jaga akan adventus (kedatangan) yang merampungkan karya keselamatan-Nya. Meskipun kita tidak tahu persis hari dan jamnya, kita meyakini bahwa waktu-Nya pasti akan terjadi (29-31). Lau apa yang harus kita lakukan? Menurut perikop kita kali ini, pertama, kita mau lebih rendah hati berjaga-jaga, tetap sadar untuk hidup benar dan mulia. Bukan dengan pesta pora dan kemabukan (ayat 34). Berjaga-jaga akan kedatangan Sang Juruselamat, berarti percaya dan taat penuh melakukan firman-Nya (ayat 32-33). Kedua, dengan berdoa (ayat 36). Dalam hal ini berdoa berarti bersandar pada kekuatan Allah. Mempercayakan hidup di saat-saat penantian ini dengan tetap percaya Allah menjaga dan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Berdoa menyebabkan kita tidak mudah tergoda menyangkal iman saat menghadapi pergumulan. Karena selalu dan akan selalu mendapatkan kekuatan, pertolongan dan keselamatanNya. Murid-murid Tuhan Yesus Kristus di konteks Injil Lukas mau berjuang bertahan dengan hidup berjaga-jaga dan berdoa. Demikian juga dengan kita, murid-murid Tuhan masa kini. Mari setia berjaga-jaga dan berdoa. Sehingga mampu mewartakan berita kesukaan dan keselamatanNya kepada orang lain yang belum mengenal Dia. Selamat memasuki Minggu-minggu Adven Tuhan, penyelamatan kita sudah dekat! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Menyertai (Wahyu 1: 4-8)
"Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya," (Wahyu 1: 4)
Serangan teroris dalam bentuk peledakan bom dan penembakan membabi-buta terjadi di Kota Paris pada Jumat 13 November 2015. Dimulai peledakan bom di sebuah gedung konser musik, lalu di luar stadion olahraga tempat dilaksanakannya pertandingan bola Tim Jerman vs Tim Perancis. Dan seterusnya, berlangsung hampir dalam waktu bersamaan di enam titik kejadian berbeda. Mengakibatkan sekitar 150 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya terluka. Ketakutan tampaknya berhasil ditebar dan tersebar. Setelah peristiwa itu, banyak negara-negara lain meningkatkan kewaspadaannya. Beberapa kunjungan kepala negara dan pejabat pemerintahan dibatalkan, dari dan khususnya menuju Perancis. Termasuk ketakutan yang juga mengakibatkan pembatalan kunjungan beberapa public figure: Olahrgawan, artis film, penyanyi dan selebritis lainnya. Dan ketakutan-ketakutan akan ancaman teror berikutnya di masyarakat secara umum dan meluas. Tetapi "We Stand with Paris, We Stand with France". Suara dan sikap seperti ini harus tetap menjadi sikap kita melawan bahkan mengalahkan teror dan ketakutan. Tentu bukan dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi bersama. Bersama seluruh rakyat Indonesia, bahkan bersama seluruh manusia di dunia. Dan yang paling utama: Bersama Kasih karunia dan damai sejahtera Allah (baca dan maknai ulang ayat 4). Kasih KaruniaNya yang selalu menyertai dan menyelamatkan kita, kapanpun, di manapun dan bagaimanapun juga. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Serangan teroris dalam bentuk peledakan bom dan penembakan membabi-buta terjadi di Kota Paris pada Jumat 13 November 2015. Dimulai peledakan bom di sebuah gedung konser musik, lalu di luar stadion olahraga tempat dilaksanakannya pertandingan bola Tim Jerman vs Tim Perancis. Dan seterusnya, berlangsung hampir dalam waktu bersamaan di enam titik kejadian berbeda. Mengakibatkan sekitar 150 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya terluka. Ketakutan tampaknya berhasil ditebar dan tersebar. Setelah peristiwa itu, banyak negara-negara lain meningkatkan kewaspadaannya. Beberapa kunjungan kepala negara dan pejabat pemerintahan dibatalkan, dari dan khususnya menuju Perancis. Termasuk ketakutan yang juga mengakibatkan pembatalan kunjungan beberapa public figure: Olahrgawan, artis film, penyanyi dan selebritis lainnya. Dan ketakutan-ketakutan akan ancaman teror berikutnya di masyarakat secara umum dan meluas. Tetapi "We Stand with Paris, We Stand with France". Suara dan sikap seperti ini harus tetap menjadi sikap kita melawan bahkan mengalahkan teror dan ketakutan. Tentu bukan dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi bersama. Bersama seluruh rakyat Indonesia, bahkan bersama seluruh manusia di dunia. Dan yang paling utama: Bersama Kasih karunia dan damai sejahtera Allah (baca dan maknai ulang ayat 4). Kasih KaruniaNya yang selalu menyertai dan menyelamatkan kita, kapanpun, di manapun dan bagaimanapun juga. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Perlindungan TUHAN (Daniel 12: 1-13)
"Tetapi ia menjawab: "Pergilah, Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan ..." (Daniel 12: 1-13)
Sampai kapan Allah akan melindungi kita? Jawabannya adalah: Sampai selama-lamanya, sampai zaman akhir (akhir zaman). Ya, sampai akhir dari semua kehidupan kita, sampai akhir semua kehidupan dunia. Bahkan sampai akhir semesta raya. Melalui konteks Kitab Daniel, kita belajar kembali bagaimana Allah memelihara umat-Nya untuk menerima perlindungan dan keselamatan. Siapapun yang hidupnya menunjukkan ketaatan akan bersinar seperti bintang-bintang (ayat 1-3). Ini penglihatan-penglihatan yang sebenarnya mengejutkan Daniel. Namun ia diingatkan supaya merahasiakan (ayat 4). Tidak boleh diceritakan kepada siapapun dan memeteraikan Kitab (firman) itu sampai pada akhir zaman (ayat 9). Agar terbukti kelak bahwa akan ada proses pengujian, penyucian, dan pemurnian. Dan orang-orang yang mampu melewati semua itu akan berbahagia (ayat 12). Rencana Allah tidak pernah gagal. Mungkin terkadang kita kecewa dan cenderung putus asa melihat bahkan mengalami kenyataan bahwa kejahatan dan penindasan semakin merajalela. Tetapi ingat dan percayalah jaminan perlindungan Allah (baca dan maknai lagi ayat 13), agar kita tetap memiliki pengharapan dan keteguhan iman. Dalam menghadapi segala penderitaan dan kesesakan sehari-hari. Marilah berjuang jadi setia dan tekun, karena sesungguhnya kita telah mengalami anugerah Allah. Dan mari senantiasa hidup dan terus menjadi saluran berkat bagi sesama manusia serta seluruh kehidupan, dalam perlindungan Allah hingga akhir zaman. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Sampai kapan Allah akan melindungi kita? Jawabannya adalah: Sampai selama-lamanya, sampai zaman akhir (akhir zaman). Ya, sampai akhir dari semua kehidupan kita, sampai akhir semua kehidupan dunia. Bahkan sampai akhir semesta raya. Melalui konteks Kitab Daniel, kita belajar kembali bagaimana Allah memelihara umat-Nya untuk menerima perlindungan dan keselamatan. Siapapun yang hidupnya menunjukkan ketaatan akan bersinar seperti bintang-bintang (ayat 1-3). Ini penglihatan-penglihatan yang sebenarnya mengejutkan Daniel. Namun ia diingatkan supaya merahasiakan (ayat 4). Tidak boleh diceritakan kepada siapapun dan memeteraikan Kitab (firman) itu sampai pada akhir zaman (ayat 9). Agar terbukti kelak bahwa akan ada proses pengujian, penyucian, dan pemurnian. Dan orang-orang yang mampu melewati semua itu akan berbahagia (ayat 12). Rencana Allah tidak pernah gagal. Mungkin terkadang kita kecewa dan cenderung putus asa melihat bahkan mengalami kenyataan bahwa kejahatan dan penindasan semakin merajalela. Tetapi ingat dan percayalah jaminan perlindungan Allah (baca dan maknai lagi ayat 13), agar kita tetap memiliki pengharapan dan keteguhan iman. Dalam menghadapi segala penderitaan dan kesesakan sehari-hari. Marilah berjuang jadi setia dan tekun, karena sesungguhnya kita telah mengalami anugerah Allah. Dan mari senantiasa hidup dan terus menjadi saluran berkat bagi sesama manusia serta seluruh kehidupan, dalam perlindungan Allah hingga akhir zaman. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Melalui Orang Lain (1 Raja-raja 17: 8-16)
"Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." (1 Raja-raja 17: 9)
Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang selalu datang, bukan pergi. Dia Allah yang selalu menghampiri mengasihi, menuntun, menolong dan menyelamatkan kita. Langsung ataupun tidak langsung (melalui . Di perikop kali ini, Nabi Elia diperintah Allah pergi ke kota Sarfat, sebuah kota kecil di tepi Laut Mediterania antara Tirus dan Sidon. Ketika tiba di sana, dia melihat seorang janda yang sedang mempersiapkan makanan terakhir untuk diri janda itu dan putranya. Elia meminta air. mungkin ini sebagai sebuah ujian iman. Karena pada saat janda itu bersiap untuk memenuhi permintaannya, nabi Allah itu juga meminta sepotong roti kepadanya (ayat 8-11). Lalu perempuan itu menjawab, "Demi Tuhan, Allahmu Yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun." Jawaban ini menunjukkan dia mengenali Elia sebagai nabi Allah. Lalu Elia berkata kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan." Oleh ketaatannya memberi makan kepada sang nabi, janda itu menukar keadaan yang tidak pasti menjadi keadaan yang pasti, kelaparan menjadi kelimpahan, kematian menjadi kehidupan! Mari renungkan, refleksikan dengaan kehidupan kita kini. Janganlah takut, jangan gentar menjalani berbagai tantangan, pergumulan dan kesulitan. Ingat dan imani selalu "tepung dalam tempayan itu tidak akan habis" (baca dan maknai lagi ayat 13-14). Nubuat kepastian yang diucapkan Elia jadikan patokan. Membawa Kasih dari Tuhan Allah, nyata melalui perempuan (janda Sarfat) itu kepada Nabi Elia, juga sebaliknya, melalalui Nabi Elia kepada janda di kota Sarfat. Pemeliharaan Allah melalui kasih yang diberikan orang lain bagi kita. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang selalu datang, bukan pergi. Dia Allah yang selalu menghampiri mengasihi, menuntun, menolong dan menyelamatkan kita. Langsung ataupun tidak langsung (melalui . Di perikop kali ini, Nabi Elia diperintah Allah pergi ke kota Sarfat, sebuah kota kecil di tepi Laut Mediterania antara Tirus dan Sidon. Ketika tiba di sana, dia melihat seorang janda yang sedang mempersiapkan makanan terakhir untuk diri janda itu dan putranya. Elia meminta air. mungkin ini sebagai sebuah ujian iman. Karena pada saat janda itu bersiap untuk memenuhi permintaannya, nabi Allah itu juga meminta sepotong roti kepadanya (ayat 8-11). Lalu perempuan itu menjawab, "Demi Tuhan, Allahmu Yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun." Jawaban ini menunjukkan dia mengenali Elia sebagai nabi Allah. Lalu Elia berkata kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan." Oleh ketaatannya memberi makan kepada sang nabi, janda itu menukar keadaan yang tidak pasti menjadi keadaan yang pasti, kelaparan menjadi kelimpahan, kematian menjadi kehidupan! Mari renungkan, refleksikan dengaan kehidupan kita kini. Janganlah takut, jangan gentar menjalani berbagai tantangan, pergumulan dan kesulitan. Ingat dan imani selalu "tepung dalam tempayan itu tidak akan habis" (baca dan maknai lagi ayat 13-14). Nubuat kepastian yang diucapkan Elia jadikan patokan. Membawa Kasih dari Tuhan Allah, nyata melalui perempuan (janda Sarfat) itu kepada Nabi Elia, juga sebaliknya, melalalui Nabi Elia kepada janda di kota Sarfat. Pemeliharaan Allah melalui kasih yang diberikan orang lain bagi kita. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Terwujud (Mazmur 119: 1-8)
"Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh." (Mazmur 119: 4)
Sesungguhnya Taurat tidaklah identik dengan hukum, apalagi hukuman. Perikop Mazmur 119 ingin menegaskan hal itu, bahwa Allah memberikan Taurat agar semua umatNya (Israel di konteks ini) tertib, patuh bahkan terkesan takut kepada hukum dan hukuman dari Allah. Tetapi tujuanNya adalah lebih dari itu semua, yakni: Supaya segenap keluarga "biji mata" (kesayangan) Allah yang semakin hari mau makin percaya, akan menjalani dan menikmati perjalanan hidup kehidupan yang melimpah berkat dan rahmatNya. Jadi Taurat adalah salah satu wujud nyata dari Kasih Allah kepada umat yang mau beriman percaya. Melakukan semua firmanNya dan taat terhadap ketetapan-ketetapan Allah. Dengan menyebut Taurat sebagai peringatan (ayat 2), titah (ayat 4), dan lain-lain, pemazmur mengajak umat Allah menghayati Taurat sebagai pemberian Allah agar umat hidup berbahagia (1-3). Taurat membahagiakan karena membukakan kekudusan Allah bagi mereka. Menjadi terang Ilahi yang membuat orang dapat menghadapi hal-hal gelap yang merusak kehidupan. Karena Taurat Tuhan (baca: Firman Tuhan) berisi kekuatan Kasih Allah. Mari semakin matang dan dewasa dalam iman. Dengan menghargai dan khususnya melakukan firman Tuhan sebagai anugerah yang membebaskan (baca lagi ayat 6-8). Perlu diingat, hal ini tidaklah ditentukan usia seseorang, tetapi oleh cinta kasih kita kepada Allah. Yang telah dan selalu mengasihi kita. Mari berjuanglah sampai pada tahap menjalankan apa yang kita tahu dan mengerti. Serta membagikan KasihNya yang kita terima dan alami, menuangkannya dalam perbuatan mengasihi dan melayani sesama manusia di kehidupan sehari-hari. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Sesungguhnya Taurat tidaklah identik dengan hukum, apalagi hukuman. Perikop Mazmur 119 ingin menegaskan hal itu, bahwa Allah memberikan Taurat agar semua umatNya (Israel di konteks ini) tertib, patuh bahkan terkesan takut kepada hukum dan hukuman dari Allah. Tetapi tujuanNya adalah lebih dari itu semua, yakni: Supaya segenap keluarga "biji mata" (kesayangan) Allah yang semakin hari mau makin percaya, akan menjalani dan menikmati perjalanan hidup kehidupan yang melimpah berkat dan rahmatNya. Jadi Taurat adalah salah satu wujud nyata dari Kasih Allah kepada umat yang mau beriman percaya. Melakukan semua firmanNya dan taat terhadap ketetapan-ketetapan Allah. Dengan menyebut Taurat sebagai peringatan (ayat 2), titah (ayat 4), dan lain-lain, pemazmur mengajak umat Allah menghayati Taurat sebagai pemberian Allah agar umat hidup berbahagia (1-3). Taurat membahagiakan karena membukakan kekudusan Allah bagi mereka. Menjadi terang Ilahi yang membuat orang dapat menghadapi hal-hal gelap yang merusak kehidupan. Karena Taurat Tuhan (baca: Firman Tuhan) berisi kekuatan Kasih Allah. Mari semakin matang dan dewasa dalam iman. Dengan menghargai dan khususnya melakukan firman Tuhan sebagai anugerah yang membebaskan (baca lagi ayat 6-8). Perlu diingat, hal ini tidaklah ditentukan usia seseorang, tetapi oleh cinta kasih kita kepada Allah. Yang telah dan selalu mengasihi kita. Mari berjuanglah sampai pada tahap menjalankan apa yang kita tahu dan mengerti. Serta membagikan KasihNya yang kita terima dan alami, menuangkannya dalam perbuatan mengasihi dan melayani sesama manusia di kehidupan sehari-hari. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Keluarga Penolong (Markus 10: 46-52)
"Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (Markus 10: 51)
"Ada seorang buta, duduk minta-minta, ..." cuplikan lagu Sekolah Minggu ini bila diteruskan keterangan agak lengkap dari perikop Firman kali ini, adalah: Seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, miskin, sendiri, benar-benar hidup dari pertolongan dan belas kasihan orang lain. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Dan Bartimeus bukanlah orang malas, ia berkemauan keras untuk terbebas dari penderitaan. Teriakannya "Anak Daud, kasihanilah aku," itulah yang menggerakkan hati Tuhan Yesus. Seperti bila kita lanjutan lagu tadi yang berbunyi".. Pada suatu hari, Yesus melalui, orang buta itu celik matanya.., "ketika melintasi kota Yerikho (ayat 46), Dia menolongnya. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang. Dari Bartimeus kita belajar tentang iman kepada kuasa pertolonganNya. Mari refleksikan, Tuhan Yesus mengawali dengan bertanya kepada kita (seperti kepada Bartimeus di ayat 51). Lalu kita (seperti juga Bartimeus) menjawab dengan permohonan yang tulus, "... supaya aku dapat melihat!" Dan dengan iman kita serta keluarga kita pasti ditolongNya. Selamat mengakhiri Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2015 atau Bulan Keluarga GKJ Nehemia Tahun 2015. Tetapi dengan pertolongan Tuhan yang tiada berakhir. Keluarga kita sudah dan akan selalu ditolongNya!(bandingkan dengan ayat 52). Juga, sekali lagi, seperti akhir lagu Sekolah Minggu sebelumnya, "Celik matanya, celik matanya,.." Mari menjadi keluarga dan anggota keluarga yang celik (terbuka) mata hati, pikiran serta perbuatan pelayanan, berfokus menjadi penolong bagi keluarga lain. Ditolong untuk menolong. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
"Ada seorang buta, duduk minta-minta, ..." cuplikan lagu Sekolah Minggu ini bila diteruskan keterangan agak lengkap dari perikop Firman kali ini, adalah: Seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, miskin, sendiri, benar-benar hidup dari pertolongan dan belas kasihan orang lain. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Dan Bartimeus bukanlah orang malas, ia berkemauan keras untuk terbebas dari penderitaan. Teriakannya "Anak Daud, kasihanilah aku," itulah yang menggerakkan hati Tuhan Yesus. Seperti bila kita lanjutan lagu tadi yang berbunyi".. Pada suatu hari, Yesus melalui, orang buta itu celik matanya.., "ketika melintasi kota Yerikho (ayat 46), Dia menolongnya. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang. Dari Bartimeus kita belajar tentang iman kepada kuasa pertolonganNya. Mari refleksikan, Tuhan Yesus mengawali dengan bertanya kepada kita (seperti kepada Bartimeus di ayat 51). Lalu kita (seperti juga Bartimeus) menjawab dengan permohonan yang tulus, "... supaya aku dapat melihat!" Dan dengan iman kita serta keluarga kita pasti ditolongNya. Selamat mengakhiri Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2015 atau Bulan Keluarga GKJ Nehemia Tahun 2015. Tetapi dengan pertolongan Tuhan yang tiada berakhir. Keluarga kita sudah dan akan selalu ditolongNya!(bandingkan dengan ayat 52). Juga, sekali lagi, seperti akhir lagu Sekolah Minggu sebelumnya, "Celik matanya, celik matanya,.." Mari menjadi keluarga dan anggota keluarga yang celik (terbuka) mata hati, pikiran serta perbuatan pelayanan, berfokus menjadi penolong bagi keluarga lain. Ditolong untuk menolong. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Keluarga Perjalanan Iman (Mazmur 91: 9-15)
"sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."(Mazmur 91: 11)
Allah menugaskan para malaikat mengawasi dengan teliti kepentingan keluarga orang percaya. Pemeliharaan yang diberikan para malaikat kepada orang-orang yang dikasihi Allah adalah: "Mereka akan menatang engkau di atas tangannya", menunjukkan kemampuan maupun kasih sayang yang besar. Mereka mampu menatang orang-orang yang dikasihi Allah hingga tidak terjangkau oleh bahaya, dan mereka melakukannya dengan penuh kasih. Menurut pemazmur, kita pasti memperoleh perlindungan tersebut dari Allah. Jaminan ini berangkat dari iman percaya. Keyakinan yang hanya bisa muncul jika ada kedekatan dan pengenalan akan Allah. Yang telah mengeluarkan Israel dari tanah perbudakan Mesir. Kemudian datang di dalam Kristus, sebagai Juruselamat. Dan sampai hari ini, dengan para malaikatNya terus menjaga semua keluarga dan tiap anggota keluarga kita, rohani dan jasmani sampai selamanya-lamanya. Karenanya mari, menjadi keluarga yang berfokus pada perjalanan iman. Mari terus "bermazmur" menyanyikan dengan suara dan khususnya dengan perbuatan nyata sehari-hari, seperti lagu KJ. 370: 2, "Ku mau berjalan dengan Jurus'lamatku di lembah gelap, di badai yang menderu. Aku takkan takut di bahaya apa pun, bila 'ku dibimbing tangan Tuhanku. (Reff) Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; 'ku tetap mendengar dan mengikutNya. Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; ya, ke mana juga 'ku mengikutNya!" Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Allah menugaskan para malaikat mengawasi dengan teliti kepentingan keluarga orang percaya. Pemeliharaan yang diberikan para malaikat kepada orang-orang yang dikasihi Allah adalah: "Mereka akan menatang engkau di atas tangannya", menunjukkan kemampuan maupun kasih sayang yang besar. Mereka mampu menatang orang-orang yang dikasihi Allah hingga tidak terjangkau oleh bahaya, dan mereka melakukannya dengan penuh kasih. Menurut pemazmur, kita pasti memperoleh perlindungan tersebut dari Allah. Jaminan ini berangkat dari iman percaya. Keyakinan yang hanya bisa muncul jika ada kedekatan dan pengenalan akan Allah. Yang telah mengeluarkan Israel dari tanah perbudakan Mesir. Kemudian datang di dalam Kristus, sebagai Juruselamat. Dan sampai hari ini, dengan para malaikatNya terus menjaga semua keluarga dan tiap anggota keluarga kita, rohani dan jasmani sampai selamanya-lamanya. Karenanya mari, menjadi keluarga yang berfokus pada perjalanan iman. Mari terus "bermazmur" menyanyikan dengan suara dan khususnya dengan perbuatan nyata sehari-hari, seperti lagu KJ. 370: 2, "Ku mau berjalan dengan Jurus'lamatku di lembah gelap, di badai yang menderu. Aku takkan takut di bahaya apa pun, bila 'ku dibimbing tangan Tuhanku. (Reff) Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; 'ku tetap mendengar dan mengikutNya. Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; ya, ke mana juga 'ku mengikutNya!" Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Keluarga Kebaikan (Amos 5: 14-15)
"Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf."(Amos 5: 15)
Jikalau umat Allah sungguh-sungguh membenci kejahatan dan mencintai kebaikan, Allah akan mengasihani kaum sisa itu "sisa-sisa keturunan" bangsa Israel di konteks ini (ayat 15)- dan juga kita sekarang ini. Yang rindu selamat dari hukuman karena dosa. Dengan mengabdikan hati dan diri kepadaNya: Mencinta semua standar kebenaran Allah dan mengasihi semua cipta karya kebaikan Allah. Itulah mengapa Amos menyampaikan kesedihan Tuhan karena dosa-dosa Israel sebelumnya. Dua ayat yang masuk kategori nyanyian ini, mengimbau umat dan siapapun yang mengaku angggota keluarga karena kebaikanNya, benar-benar mau berbalik kepada Allah. Hidup berfokus kepada kebaikan-kebaikan Tuhan Allah. Sehingga dari "sisa-sisa keturunan" itu akan lebih banyak anggota keluarga yang membagikan kebaikan. "Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; .." Mari kita sekarang, setiap keluarga meneruskan Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga Tahun 2015 ini dengan sebuah komitmen. Komitmen tiap anggota keluarga untuk (lebih) membenci dan membuang berbagai kejahatan dari dalam hati, pikiran, perkataan juga perbuatan kita. Dan berjuang di tengah maraknya ketidakbaikan dunia, tiap hari dan tiap waktu menjadi keluarga yang semakin mencintai kebaikan. Mensyukuri semua kebaikanNya, dengan hidup membagikan kebaikanNya kepada sesamanya manusia. Kebaikan karena kebaikan dengan menjadi keluarga kebaikan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Jikalau umat Allah sungguh-sungguh membenci kejahatan dan mencintai kebaikan, Allah akan mengasihani kaum sisa itu "sisa-sisa keturunan" bangsa Israel di konteks ini (ayat 15)- dan juga kita sekarang ini. Yang rindu selamat dari hukuman karena dosa. Dengan mengabdikan hati dan diri kepadaNya: Mencinta semua standar kebenaran Allah dan mengasihi semua cipta karya kebaikan Allah. Itulah mengapa Amos menyampaikan kesedihan Tuhan karena dosa-dosa Israel sebelumnya. Dua ayat yang masuk kategori nyanyian ini, mengimbau umat dan siapapun yang mengaku angggota keluarga karena kebaikanNya, benar-benar mau berbalik kepada Allah. Hidup berfokus kepada kebaikan-kebaikan Tuhan Allah. Sehingga dari "sisa-sisa keturunan" itu akan lebih banyak anggota keluarga yang membagikan kebaikan. "Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; .." Mari kita sekarang, setiap keluarga meneruskan Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga Tahun 2015 ini dengan sebuah komitmen. Komitmen tiap anggota keluarga untuk (lebih) membenci dan membuang berbagai kejahatan dari dalam hati, pikiran, perkataan juga perbuatan kita. Dan berjuang di tengah maraknya ketidakbaikan dunia, tiap hari dan tiap waktu menjadi keluarga yang semakin mencintai kebaikan. Mensyukuri semua kebaikanNya, dengan hidup membagikan kebaikanNya kepada sesamanya manusia. Kebaikan karena kebaikan dengan menjadi keluarga kebaikan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Keutuhan Keluarga (Markus 10: 1-12)
"Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.(Markus 10: 9)
Belakangan kembali ramai berita tentang perceraian. Apalagi menyangkut seorang artis wanita Indonesia, dengan pria yang selama ini sangat terkenal sebagai (artis) penyanyi rohani Kristen di Indonesia. Lewat media sosial, mereka berdua menyampaikan sudah bercerai dengan pasangan (sebelumnya) masing-masing. Kini kedua artis tersebut siap untuk menikah. Berita ini langsung menuai banyak dan beragam reaksi. Tetapi bagaimana sesungguhnya ajaran mendasar tentang perceraian? Kita memang mungkin perlu diingatkan lagi, apa yang Tuhan Allah katakan tentang perceraian. Seperti dalam perikop kali ini. Jelas ditegaskan perceraian adalah hal yang sangat dilarang Allah. "Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (ayat 9). Karena Allah-lah yang membentuk pernikahan, kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan ini menghasilkan hubungan yang unik, yaitu hubungan "satu daging". Lebih erat daripada hubungan orangtua-anak (band. Kej 2: 24). Pernikahan bukan sebuah kontrak sementara waktu dan bukan keutuhan yang dapat dibubarkan begitu saja. Adalah salah, bila manusia memisahkan suatu keutuhan. Dalam pandangan Allah, tidak ada perceraian. Mari jangan pernah melihat perceraian sebagai suatu (apalagi satu-satunya) solusi, meski situasinya sangat buruk. Dan mari, kita bersama-sama dalam kehidupan tiap keluarga dan berkeluarga kita, tidak "tegar hati"/"keras hati" (baca dan renungkan kembali ayat 5). Mari kembali pada Dia yang mempersatukan, menolong terjadinya pemulihan, hingga kembali kepada keutuhan. Mari menjadi keluarga yang fokus kepada keutuhan. Keutuhan yang hanya ada dalam Cinta Kasih Allah. Hidup berjuang saling sayang, mengasihi, saling mengampuni, melayani dan meng-utuhkan dalam keluarga kita, sebagai Gereja kecil sehari-hari. Selamat memasuki keutuhan Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) GKJ Nehemia Tahun 2015. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Belakangan kembali ramai berita tentang perceraian. Apalagi menyangkut seorang artis wanita Indonesia, dengan pria yang selama ini sangat terkenal sebagai (artis) penyanyi rohani Kristen di Indonesia. Lewat media sosial, mereka berdua menyampaikan sudah bercerai dengan pasangan (sebelumnya) masing-masing. Kini kedua artis tersebut siap untuk menikah. Berita ini langsung menuai banyak dan beragam reaksi. Tetapi bagaimana sesungguhnya ajaran mendasar tentang perceraian? Kita memang mungkin perlu diingatkan lagi, apa yang Tuhan Allah katakan tentang perceraian. Seperti dalam perikop kali ini. Jelas ditegaskan perceraian adalah hal yang sangat dilarang Allah. "Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (ayat 9). Karena Allah-lah yang membentuk pernikahan, kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan ini menghasilkan hubungan yang unik, yaitu hubungan "satu daging". Lebih erat daripada hubungan orangtua-anak (band. Kej 2: 24). Pernikahan bukan sebuah kontrak sementara waktu dan bukan keutuhan yang dapat dibubarkan begitu saja. Adalah salah, bila manusia memisahkan suatu keutuhan. Dalam pandangan Allah, tidak ada perceraian. Mari jangan pernah melihat perceraian sebagai suatu (apalagi satu-satunya) solusi, meski situasinya sangat buruk. Dan mari, kita bersama-sama dalam kehidupan tiap keluarga dan berkeluarga kita, tidak "tegar hati"/"keras hati" (baca dan renungkan kembali ayat 5). Mari kembali pada Dia yang mempersatukan, menolong terjadinya pemulihan, hingga kembali kepada keutuhan. Mari menjadi keluarga yang fokus kepada keutuhan. Keutuhan yang hanya ada dalam Cinta Kasih Allah. Hidup berjuang saling sayang, mengasihi, saling mengampuni, melayani dan meng-utuhkan dalam keluarga kita, sebagai Gereja kecil sehari-hari. Selamat memasuki keutuhan Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) GKJ Nehemia Tahun 2015. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Hikmat Yang Bertumbuh (Mazmur 19: 8-15)
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa, peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada...(Mazmur 19 : 8)
Terik panasnya sinar matahari yang menjamah muka bumi (khususnya hampir sebagian Indonesia) saat ini menjadi bukti: Tak terbantahkannya keberadaan Tuhan Allah. Begitu pula hujan yang (telah dan akan) diberikanNya. Dan setiap bagian musim yang ada di negara dan bumi belahan manapun juga. Mari "menyanyikan" mazmur ini, dari pikiran serta hati kita yang tergugah keagungan Hikmat dan Kasih Allah. Semakin ditarik mendekat kepadaNya. Setia beribadah hanya kepada Tuhan Allah. Seraya kita disadarkan betapa jahatnya dosa-dosa dan bodohnya kita karenanya. Sehingga perlu di tiap ibadah kita (Ibadah Minggu dan di tiap ibadah dalam aktivitas kita sehari-hari) memohon dan kita boleh lebih menerima Hikmat. Bertumbuh dan terus bertumbuhlah melalui ibadah, hati-pikiran bertumbuh dengan dan dalam keindahan Hikmat Allah. Renungkan bagaimana pemazmur dengan indah memaparkan tujuh (menunjukkan angka sempurna) karakter Taurat-TitahNya-Ibadah yang takut hanya kepada Allah: 1.Sempurna; 2.Teguh; 3.Tepat; 4.Murni; 5.Suci; 6.Benar; dan 7.Adil (mohon baca lagi dengan tenang ayat 8-9). Sehingga kita semakin menuju lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu (ayat 11). Terhindar banyak hal negatif termasuk kesesatan, pelanggaran, dan tipuan orang jahat (ayat 12-14). Dan semakin berbagi, bersaksi yang berhikmat. Hikmat tidak boleh dipendam. Bersaksi yang berhikmat melalui ucapan mulut (ayat 15), serta khususnya tingkah laku kita kepada sesama manusia serta seluruh kehidupan. Hikmat yang setia dilakukan dengan tepat. Hikmat yang terus membagikan berkat. Hikmat yang tiada tamat. Amin Pdt. Lusindo Tobing
Terik panasnya sinar matahari yang menjamah muka bumi (khususnya hampir sebagian Indonesia) saat ini menjadi bukti: Tak terbantahkannya keberadaan Tuhan Allah. Begitu pula hujan yang (telah dan akan) diberikanNya. Dan setiap bagian musim yang ada di negara dan bumi belahan manapun juga. Mari "menyanyikan" mazmur ini, dari pikiran serta hati kita yang tergugah keagungan Hikmat dan Kasih Allah. Semakin ditarik mendekat kepadaNya. Setia beribadah hanya kepada Tuhan Allah. Seraya kita disadarkan betapa jahatnya dosa-dosa dan bodohnya kita karenanya. Sehingga perlu di tiap ibadah kita (Ibadah Minggu dan di tiap ibadah dalam aktivitas kita sehari-hari) memohon dan kita boleh lebih menerima Hikmat. Bertumbuh dan terus bertumbuhlah melalui ibadah, hati-pikiran bertumbuh dengan dan dalam keindahan Hikmat Allah. Renungkan bagaimana pemazmur dengan indah memaparkan tujuh (menunjukkan angka sempurna) karakter Taurat-TitahNya-Ibadah yang takut hanya kepada Allah: 1.Sempurna; 2.Teguh; 3.Tepat; 4.Murni; 5.Suci; 6.Benar; dan 7.Adil (mohon baca lagi dengan tenang ayat 8-9). Sehingga kita semakin menuju lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu (ayat 11). Terhindar banyak hal negatif termasuk kesesatan, pelanggaran, dan tipuan orang jahat (ayat 12-14). Dan semakin berbagi, bersaksi yang berhikmat. Hikmat tidak boleh dipendam. Bersaksi yang berhikmat melalui ucapan mulut (ayat 15), serta khususnya tingkah laku kita kepada sesama manusia serta seluruh kehidupan. Hikmat yang setia dilakukan dengan tepat. Hikmat yang terus membagikan berkat. Hikmat yang tiada tamat. Amin Pdt. Lusindo Tobing
Kerendahan Hati (Markus 9: 33-37)
"...dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu." (Markus 9: 3)
Ketika Tuhan Yesus Kristus mengambil seorang anak kecil, menempatkannya di tengah-tengah para murid (ayat 35-36), kemudian Ia memeluk anak itu dan mulai mengajarkan cara bagaimana para murid (dan kita juga sebagai jemaatNya di masa kini) menyambutNya dalam kerendahan hati. Ini terjadi ketika Ia kembali ke Kapernaum, lalu menuju ke rumah Petrus, yang merupakan markas kegiatanNya dan para murid di Galilea. Dengan pertanyaannya yang kata kerja "bertanya", kemungkinan ini menunjukkan Tuhan Yesus terus menanyai para murid, mengenai pembicaraan mereka waktu di jalan sebelumnya. Namun bukannya menjawab pertanyaan Guru (Rabbuni), "mereka diam" (baca ayat 33-34). Menunjukkan kemungkinan para murid malu mengungkapkan pembahasan tidak layak itu. Karena saat dan baru saja menjelaskan tentang kematian-Nya yang sudah dekat, pikiran mereka rupanya malah dipenuhi hasrat tentang kesombongan pribadi dan di pertanyaan siapa yang terbesar di antara mereka? Tuhan menghardik para murid. Dan sesungguhnya Tuhan juga sedang menghardik kita sekarang! (baca dan renungkan kembali ayat 37). Mari menyambutNya dengan kerendahan hati. Tindakan rendah hati dalam Kasih Kristus, merupakan tindakan sangat mulia. Kerelaan untuk mengambil kedudukan yang rendah sebagai hambaNya, bahkan mengasihi-melayani anak kecil (bahkan perluasan permaknaannya berwujud: Melayani yang "kecil", miskin, lapar-haus dan korban berbagai kejahatan serta bencana) merupakan tanda kebesaran sejati. Karena dengan melakukan hal itu, kita berarti sedang melayani Allah Bapa di dalam Kristus. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Ketika Tuhan Yesus Kristus mengambil seorang anak kecil, menempatkannya di tengah-tengah para murid (ayat 35-36), kemudian Ia memeluk anak itu dan mulai mengajarkan cara bagaimana para murid (dan kita juga sebagai jemaatNya di masa kini) menyambutNya dalam kerendahan hati. Ini terjadi ketika Ia kembali ke Kapernaum, lalu menuju ke rumah Petrus, yang merupakan markas kegiatanNya dan para murid di Galilea. Dengan pertanyaannya yang kata kerja "bertanya", kemungkinan ini menunjukkan Tuhan Yesus terus menanyai para murid, mengenai pembicaraan mereka waktu di jalan sebelumnya. Namun bukannya menjawab pertanyaan Guru (Rabbuni), "mereka diam" (baca ayat 33-34). Menunjukkan kemungkinan para murid malu mengungkapkan pembahasan tidak layak itu. Karena saat dan baru saja menjelaskan tentang kematian-Nya yang sudah dekat, pikiran mereka rupanya malah dipenuhi hasrat tentang kesombongan pribadi dan di pertanyaan siapa yang terbesar di antara mereka? Tuhan menghardik para murid. Dan sesungguhnya Tuhan juga sedang menghardik kita sekarang! (baca dan renungkan kembali ayat 37). Mari menyambutNya dengan kerendahan hati. Tindakan rendah hati dalam Kasih Kristus, merupakan tindakan sangat mulia. Kerelaan untuk mengambil kedudukan yang rendah sebagai hambaNya, bahkan mengasihi-melayani anak kecil (bahkan perluasan permaknaannya berwujud: Melayani yang "kecil", miskin, lapar-haus dan korban berbagai kejahatan serta bencana) merupakan tanda kebesaran sejati. Karena dengan melakukan hal itu, kita berarti sedang melayani Allah Bapa di dalam Kristus. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Melalui Ibadah (Yesaya 50: 4-9a)
"Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat..." (Yesaya 50: 4)
Bagian pasal ini sesungguhnya ditulis selama tahun-tahun akhir hidup Yesaya. Allah menyatakan nubuat-nubuat memberikan pengharapan dan penghiburan kepada umat-Nya selama tertawan di Babel 150 tahun. Penuh dengan penyataan nubuat mengenai Mesias yang akan datang dan kerajaan-Nya di bumi kelak. Mesias yang akan menghibur orang lemah dan penuh kesusahan itu, dikatakan akan memiliki kebiasaan bersekutu "setiap pagi" dengan Bapa-Nya. Melalui bentuk kontras, Tuhan Yesus Kristus, dinyatakan sebagai Israel sejati, seorang hamba yang taat secara sempurna. Setiap pagi, menandai persekutuan dengan sang Bapa pada pagi-pagi buta. Yang membuatNya memiliki lidah seorang murid. Artinya Mesias akan berbicara karena telah menerima pesan Allah untuk menghibur orang-orang letih lesu karena dosa. Mari teladani Tuhan Yesus Kristus, melalui ibadah tiap hari ("tiap pagi"), Iman kita ditopang dan ditumbuhkan. Mari memelihara hubungan akrab dengan Bapa di sorga. Di tiap Ibadah Minggu kita, juga di tiap hari. Ibadah kita setiap hari. Mengutamakan Allah, mendengarkan Firman tiap hari. Proses pembentukan itu berat, tetapi melaluinya kita akan jadi tegar (maknai lagi ayat 6,7-9). Sehingga kata-kata, juga sikap dan perbuatan kita bukanlah kita sendiri, tetapi dariNya. Bahkan bisa dipakaiNya menjadi saluran berkat kepada semua orang, khususnya yang letih dan lesu, ahli membagi kekuatan-penghiburan dan semangat baru. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Bagian pasal ini sesungguhnya ditulis selama tahun-tahun akhir hidup Yesaya. Allah menyatakan nubuat-nubuat memberikan pengharapan dan penghiburan kepada umat-Nya selama tertawan di Babel 150 tahun. Penuh dengan penyataan nubuat mengenai Mesias yang akan datang dan kerajaan-Nya di bumi kelak. Mesias yang akan menghibur orang lemah dan penuh kesusahan itu, dikatakan akan memiliki kebiasaan bersekutu "setiap pagi" dengan Bapa-Nya. Melalui bentuk kontras, Tuhan Yesus Kristus, dinyatakan sebagai Israel sejati, seorang hamba yang taat secara sempurna. Setiap pagi, menandai persekutuan dengan sang Bapa pada pagi-pagi buta. Yang membuatNya memiliki lidah seorang murid. Artinya Mesias akan berbicara karena telah menerima pesan Allah untuk menghibur orang-orang letih lesu karena dosa. Mari teladani Tuhan Yesus Kristus, melalui ibadah tiap hari ("tiap pagi"), Iman kita ditopang dan ditumbuhkan. Mari memelihara hubungan akrab dengan Bapa di sorga. Di tiap Ibadah Minggu kita, juga di tiap hari. Ibadah kita setiap hari. Mengutamakan Allah, mendengarkan Firman tiap hari. Proses pembentukan itu berat, tetapi melaluinya kita akan jadi tegar (maknai lagi ayat 6,7-9). Sehingga kata-kata, juga sikap dan perbuatan kita bukanlah kita sendiri, tetapi dariNya. Bahkan bisa dipakaiNya menjadi saluran berkat kepada semua orang, khususnya yang letih dan lesu, ahli membagi kekuatan-penghiburan dan semangat baru. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tidak Diskriminatif (Yakobus 2: 1-13)
"Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka" (Yakobus 2: 1)
"Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?" (ayat 4). Salah satu ungakapan Yakobus ini sebenarnya mengangkat fakta konteks saat itu (dan kemungkinan besar sampai sampai kini). Firman Tuhan melalui penulis Yakobus mengajar dan mengingatkan agar jemaat (juga kita sekarang) tidak pilih kasih dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat. Kesetaraan harus terpancar baik dalam ibadah maupun dalam pelayanan sosial. Firman Tuhan mengajar kita untuk konsisten menjadikan iman sebagai norma pergaulan di kehidupan masyarakat yang beragam. Kasih menjadi dasar ibadah yang tidak diskriminatif. Tidak boleh pilih kasih atau hanya hidup untuk sendiri. Iman harus berdampak luas, hingga Kasih Kristus dapat dirasakan semua manusia. Mari taatilah hukum kasih dalam seluruh sikap dan perbuatan kita, jangan taat kepada harta. Kuasai dengan mengelola harta yang dari Tuhan, bukan sebaliknya, harta menguasai kita. Agar kita tidak jatuh membeda-bedakan siapapun, apalagi berdasarkan kekayaannya. Tetapi menjadi ahli bersyukur bersama orang-orang dan kehidupan sekeliling kita dalam segala hal. Dan makin ahli memuliakan Tuhan -Sang Sumber berkat-. Berwujud nyata aktif ber - "ibadah tiap hari" membangun relasi kasih dengan semua manusia juga seluruh kehidupan. Tanpa diskriminasi. Kasih yang tidak "pilih kasih". Amin. Pdt. Lusindo Tobing
"Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?" (ayat 4). Salah satu ungakapan Yakobus ini sebenarnya mengangkat fakta konteks saat itu (dan kemungkinan besar sampai sampai kini). Firman Tuhan melalui penulis Yakobus mengajar dan mengingatkan agar jemaat (juga kita sekarang) tidak pilih kasih dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat. Kesetaraan harus terpancar baik dalam ibadah maupun dalam pelayanan sosial. Firman Tuhan mengajar kita untuk konsisten menjadikan iman sebagai norma pergaulan di kehidupan masyarakat yang beragam. Kasih menjadi dasar ibadah yang tidak diskriminatif. Tidak boleh pilih kasih atau hanya hidup untuk sendiri. Iman harus berdampak luas, hingga Kasih Kristus dapat dirasakan semua manusia. Mari taatilah hukum kasih dalam seluruh sikap dan perbuatan kita, jangan taat kepada harta. Kuasai dengan mengelola harta yang dari Tuhan, bukan sebaliknya, harta menguasai kita. Agar kita tidak jatuh membeda-bedakan siapapun, apalagi berdasarkan kekayaannya. Tetapi menjadi ahli bersyukur bersama orang-orang dan kehidupan sekeliling kita dalam segala hal. Dan makin ahli memuliakan Tuhan -Sang Sumber berkat-. Berwujud nyata aktif ber - "ibadah tiap hari" membangun relasi kasih dengan semua manusia juga seluruh kehidupan. Tanpa diskriminasi. Kasih yang tidak "pilih kasih". Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Bijak dan Berakal Budi (Ulangan 4: 6-9)
"Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu..." (Ulangan 4: 6)
Apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang besar? Jawabannya sudah pasti: Ya. Tetapi, apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang bijaksana dan berakal budi? Jawabannya?? Mungkin untuk menjawab pertanyaan terakhir kita bersyukur kali ini disapa, diingatkan sekaligus ditegur lagi firmanNya. Konteks Ulangan 4 ayatnya yang keenam, "... Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi". Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup. Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka dengan bijak dan berakal budi menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka (dan kini juga untuk kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia) -- ini merupakan suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7). Mari hidup selalu bijak dan berakal budi, dengan setia melakukan semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat. Itulah sebabnya juga, mari dengan bijak dan berakal budi kita saling mengasihi dan melayani satu dengan lainnya. Sebagai keluarga, jemaat, maupun sebagai warga negara NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bahkan sebagai warga Kerajaan Allah di dunia. Ayat 9 mengingatkan, "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu". Amin.Pdt. Lusindo Tobing.
Apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang besar? Jawabannya sudah pasti: Ya. Tetapi, apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang bijaksana dan berakal budi? Jawabannya?? Mungkin untuk menjawab pertanyaan terakhir kita bersyukur kali ini disapa, diingatkan sekaligus ditegur lagi firmanNya. Konteks Ulangan 4 ayatnya yang keenam, "... Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi". Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup. Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka dengan bijak dan berakal budi menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka (dan kini juga untuk kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia) -- ini merupakan suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7). Mari hidup selalu bijak dan berakal budi, dengan setia melakukan semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat. Itulah sebabnya juga, mari dengan bijak dan berakal budi kita saling mengasihi dan melayani satu dengan lainnya. Sebagai keluarga, jemaat, maupun sebagai warga negara NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bahkan sebagai warga Kerajaan Allah di dunia. Ayat 9 mengingatkan, "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu". Amin.Pdt. Lusindo Tobing.
Senjata Rohani (Efesus 6: 10-20)
"Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan..." (Efesus 6: 11)
Dengan kekuatan sendiri, kita sesungguhnya tidak mampu melawan apalagi mengalahkan "pemerintah, penguasa dan roh jahat di udara" (ayat 12). Oleh karenanya, Sabda Tuhan melalui Rasul Paulus mengingatkan bahwa minimal ada dua sikap ekstrim yang harus dilakukan. Pertama, jangan terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus; 2. Waspada dan berjuang mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. Orang- orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Dan harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui kemenangan pengorbanan salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan! Marilah mengenakan 6 jenis perlengkapan senjata rohani yakni: Ikat pinggang Kebenaran-keadilan (ayat 14), Kasut kerelaan Pemberitaan Injil - damai sejahtera (ayat 15), Perisai Iman (ayat 16), Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh yaitu Firman Allah (ayat 17). Pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus yang melindungi orang percaya. Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis. Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis dalam berbagai bentuk khususnya keraguan dan kebimbangan. Dan Allah telah dan akan selalu menyelamatkan kita dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh. Tuhan Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (baca juga Matius 4: 1-10). Disempurnakan dengan doa dan melakukan semuanya.Siap sedialah selalu jemaat dan pelayan Tuhan. Kenakan selalu senjata rohani. Dan wujudkanlah dalam "peperangan" kehidupan nyata, setiap hari. Amin.Pdt. Lusindo Tobing
Dengan kekuatan sendiri, kita sesungguhnya tidak mampu melawan apalagi mengalahkan "pemerintah, penguasa dan roh jahat di udara" (ayat 12). Oleh karenanya, Sabda Tuhan melalui Rasul Paulus mengingatkan bahwa minimal ada dua sikap ekstrim yang harus dilakukan. Pertama, jangan terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus; 2. Waspada dan berjuang mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. Orang- orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Dan harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui kemenangan pengorbanan salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan! Marilah mengenakan 6 jenis perlengkapan senjata rohani yakni: Ikat pinggang Kebenaran-keadilan (ayat 14), Kasut kerelaan Pemberitaan Injil - damai sejahtera (ayat 15), Perisai Iman (ayat 16), Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh yaitu Firman Allah (ayat 17). Pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus yang melindungi orang percaya. Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis. Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis dalam berbagai bentuk khususnya keraguan dan kebimbangan. Dan Allah telah dan akan selalu menyelamatkan kita dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh. Tuhan Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (baca juga Matius 4: 1-10). Disempurnakan dengan doa dan melakukan semuanya.Siap sedialah selalu jemaat dan pelayan Tuhan. Kenakan selalu senjata rohani. Dan wujudkanlah dalam "peperangan" kehidupan nyata, setiap hari. Amin.Pdt. Lusindo Tobing
Hidup Damai (Mazmur 34: 10-15)
"Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya." (Mazmur 34: 15)
Hampir bisa dipastikan jauh lebih banyak orang yang bertanya, "Siapakah yang akan menunjukkan kepada kita apa yang baik?" Daripada (sedikit sekali) yang bertanya, "Apa yang harus kami perbuat memperoleh hidup damai bahkan damai yang kekal?" Dari perikop kita kali ini, refleksikan dan renungkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada yang lebih bertentangan dari kasih "inti ajaran Tuhan kita" selain pertentangan dan percekcokan. Yang menimbulkan kekacauan dan akan makin jauh dari damai sejahtera. Oleh karena itulah, kita terus berupaya mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Menunjukkan kecenderungan perilaku pembawa damai, mempelajari hal-hal yang membawa perdamaian, Berjuang tidak melakukan hal-hal yang menghancurkan perdamaian dan tidak melakukan kejahatan. Mari mengupayakan hidup damai, bagi dirimu sendiri, bagi keluarga kita, bagi Jakarta dan terlebih damai bagi bangsa-negara Indonesia. Berusaha hidup damai dengan semua orang, jangan tanggung-tanggung, jangan takut rugi. Bahkan hidup damai bagi semua kehidupan dunia. Bagaimana caranya? Tiap pribadi berusaha: "Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!" (ayat 15) Berusaha hidup damai dengan semua orang, jangan tanggung-tanggung, damai.. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Hampir bisa dipastikan jauh lebih banyak orang yang bertanya, "Siapakah yang akan menunjukkan kepada kita apa yang baik?" Daripada (sedikit sekali) yang bertanya, "Apa yang harus kami perbuat memperoleh hidup damai bahkan damai yang kekal?" Dari perikop kita kali ini, refleksikan dan renungkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada yang lebih bertentangan dari kasih "inti ajaran Tuhan kita" selain pertentangan dan percekcokan. Yang menimbulkan kekacauan dan akan makin jauh dari damai sejahtera. Oleh karena itulah, kita terus berupaya mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Menunjukkan kecenderungan perilaku pembawa damai, mempelajari hal-hal yang membawa perdamaian, Berjuang tidak melakukan hal-hal yang menghancurkan perdamaian dan tidak melakukan kejahatan. Mari mengupayakan hidup damai, bagi dirimu sendiri, bagi keluarga kita, bagi Jakarta dan terlebih damai bagi bangsa-negara Indonesia. Berusaha hidup damai dengan semua orang, jangan tanggung-tanggung, jangan takut rugi. Bahkan hidup damai bagi semua kehidupan dunia. Bagaimana caranya? Tiap pribadi berusaha: "Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!" (ayat 15) Berusaha hidup damai dengan semua orang, jangan tanggung-tanggung, damai.. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Ramah (Efesus 4: 25-5: 2)
"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan ..." (Efesus 4: 32)
Semua kita kemungkinan besar bergumul dan berjuang di tema renungan kali ini: Ramah. Berjuang bisa ramah, tetap ramah, apalagi semakin ramah kepada semua orang. Di konteks carut-marut kehidupan sosial masyarakat, bangsa negara dan bahkan dunia. Yang semakin tegang dan panas, kita difirmankan untuk ramah. Sebagai umatNya, sekali lagi, untuk lebih ramah kepada orang lain. Marilah mulai dari keluarga, berlanjut ke persekutan kebersamaan jemaat dan gereja. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4: 32). Firman Tuhan melalui Rasul Paulus menginginkan jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Juga kepada kita yang berusaha memberlakukan hidup ramah dengan tetangga di rumah, maupun "tetangga"/orang-orang di dekat kita, di mana pun kita berada, seperti diri kita sendiri (ingat dan maknai lagi Hukum Kasih-Nya, Matius 22: 3-40). Bahkan kita dimampukan Kristus Sang Sumber Kasih, untuk bisa ramah sebagai warga negara Indonesia. Berjuang melakukan kasihNya dalam kehidupan, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan kehidupan kita, orang Kristen. Terlebih di tengah bangsa dan negara kita memasuki usia ke-70 tahun di bulan ini. Hingga keramahan dan benar-benar bisa berlaku ramah kepada seluruh dunia. Kepada sesama manusia, suku atau bangsa dan agama apapun. Bahkan mampu dengan nyata ramah kepada air, udara, tanah, binatang, tumbuhan dan pelestarian segala ciptaanNya. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Semua kita kemungkinan besar bergumul dan berjuang di tema renungan kali ini: Ramah. Berjuang bisa ramah, tetap ramah, apalagi semakin ramah kepada semua orang. Di konteks carut-marut kehidupan sosial masyarakat, bangsa negara dan bahkan dunia. Yang semakin tegang dan panas, kita difirmankan untuk ramah. Sebagai umatNya, sekali lagi, untuk lebih ramah kepada orang lain. Marilah mulai dari keluarga, berlanjut ke persekutan kebersamaan jemaat dan gereja. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4: 32). Firman Tuhan melalui Rasul Paulus menginginkan jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Juga kepada kita yang berusaha memberlakukan hidup ramah dengan tetangga di rumah, maupun "tetangga"/orang-orang di dekat kita, di mana pun kita berada, seperti diri kita sendiri (ingat dan maknai lagi Hukum Kasih-Nya, Matius 22: 3-40). Bahkan kita dimampukan Kristus Sang Sumber Kasih, untuk bisa ramah sebagai warga negara Indonesia. Berjuang melakukan kasihNya dalam kehidupan, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan kehidupan kita, orang Kristen. Terlebih di tengah bangsa dan negara kita memasuki usia ke-70 tahun di bulan ini. Hingga keramahan dan benar-benar bisa berlaku ramah kepada seluruh dunia. Kepada sesama manusia, suku atau bangsa dan agama apapun. Bahkan mampu dengan nyata ramah kepada air, udara, tanah, binatang, tumbuhan dan pelestarian segala ciptaanNya. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Kesejahteraan (Keluaran 16: 9-18)
"Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak ..." (Keluaran 16: 18)
Di konteks ini orang-orang Israel bertanya: "Itu Apa" (bahasa Ibrani: "mah-hu"). Inilah asal kata "man-hu", yang kini dikenal dan kerap kita sebut: Manna. Diberikan Tuhan, jatuh dari langit ke tanah di pagi hari. Lalu di sore harinya, juga pemberian kumpulan burung puyuh. Mencukupi kebutuhan makanan, juga menguatkan iman, selama rombongan bangsa pilihan Allah berjalanan. Pantulan refleksi pemberian Manna dan Burung puyuh ini adalah Penyelenggaraan kesejahteraan yang setara (sama tercukupi, seimbang dan menurut keperluan masing-masing keluarga umat) dari Allah yang mengagumkan! Di keadaan darurat sekalipun, tetap menganugerahkan kepada umatNya makanan baru. Karunia Tuhan yang selalu tepat dan setara untuk semua. “Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.” (ayat 18). Yang menjadi perlambangan Kristus di konteks Perjanjian Baru. Sabda Tuhan yang menjadi makanan sejati. Membuat kita terus benar-benar hidup, rohani/iman juga jasmani. Untuk keluarga kita (oleh karenanya termasuk diri kita pribadi), juga untuk GKJ Nehemia dan gereja-gereja lain, juga untuk Kota kita Jakarta, serta untuk seluruh dunia khususnya kesejahteraan setara bagi semua warga Negara Indonesia. Dimulai tentu dari kesejahteraan dan keselamatan untuk kita semua yang percaya kepadaNya. Selalu bersyukur dan berbagi dengan orang lain selama hidup di bumi, menerima serta menyalurkan berbagai penggenapan janji karunia Allah. Hingga menuju dan nanti sampai di Tanah Perjanjian, Sorga Kekal Sejahtera. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Di konteks ini orang-orang Israel bertanya: "Itu Apa" (bahasa Ibrani: "mah-hu"). Inilah asal kata "man-hu", yang kini dikenal dan kerap kita sebut: Manna. Diberikan Tuhan, jatuh dari langit ke tanah di pagi hari. Lalu di sore harinya, juga pemberian kumpulan burung puyuh. Mencukupi kebutuhan makanan, juga menguatkan iman, selama rombongan bangsa pilihan Allah berjalanan. Pantulan refleksi pemberian Manna dan Burung puyuh ini adalah Penyelenggaraan kesejahteraan yang setara (sama tercukupi, seimbang dan menurut keperluan masing-masing keluarga umat) dari Allah yang mengagumkan! Di keadaan darurat sekalipun, tetap menganugerahkan kepada umatNya makanan baru. Karunia Tuhan yang selalu tepat dan setara untuk semua. “Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.” (ayat 18). Yang menjadi perlambangan Kristus di konteks Perjanjian Baru. Sabda Tuhan yang menjadi makanan sejati. Membuat kita terus benar-benar hidup, rohani/iman juga jasmani. Untuk keluarga kita (oleh karenanya termasuk diri kita pribadi), juga untuk GKJ Nehemia dan gereja-gereja lain, juga untuk Kota kita Jakarta, serta untuk seluruh dunia khususnya kesejahteraan setara bagi semua warga Negara Indonesia. Dimulai tentu dari kesejahteraan dan keselamatan untuk kita semua yang percaya kepadaNya. Selalu bersyukur dan berbagi dengan orang lain selama hidup di bumi, menerima serta menyalurkan berbagai penggenapan janji karunia Allah. Hingga menuju dan nanti sampai di Tanah Perjanjian, Sorga Kekal Sejahtera. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tidak Takut (Yohanes 6: 1-21)
"Tetapi Ia berkata kepada mereka "Aku ini, jangan takut"" (Yohanes 6: 20)
Melihat gambar atau video pembakaran mesjid di Tolikara, Papua beberapa saat lalu, janganlah membuat "panas" hubungan sosial masyarakat dan antar umat beragama di Indonesia. Apalagi dilanjutkan dengan berita pembakaran pintu salah satu gereja di Purworejo, tidaklah untuk menuju perseteruan apalagi saling membenci dan menyakiti. Tetapi hal-hal seperti itu, jika berani kita gunakan sebagai refleksi kuat untuk intropeksi Gereja, para pelayan misi-Nya, juga seluruh jemaat untuk lebih berani dan rendah hati mewartakan syalom. Takut? Jangan takut. Jangan pernah takut untuk mewartakan kabar baik dan kabar keselamatan (syalom). Kepada siapapun, di manapun dan bahkan dalam kondisi situasi bagaimanapun. Bahkan di saat paling genting dan rawan sekalipun. Peristiwa TuhanYesus memberi makan lima ribu orang dan Dia berjalan di atas air menghampiri para murid yang sedang ada di atas perahu membuktikan. Bahwa bersama Tuhan Yesus Kristus, kita tidak takut untuk menghadapi tantangan hidup. Dengar lagi, baca nikmati dan ingat kembali kata-kata Tuhan dan Juruselamat kita ini, "Aku ini, jangan takut!" (ayat 20). Tuhan telah dan akan selalu mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid (begitu pula dengan kita) untuk mengenal-Nya lebih baik, hari demi hari. Mari luruskan motivasi dan sikap hati. Juga ucap dan tingkah laku kita untuk benar-benar percaya. Percaya penuh tiap hari dan tiap waktu hanya kepadaNya. Tuhan pasti memberi "jalan keluar" (baca-maknai lagi ayat 13 & 21) dan akan terus peduli dan memberkati semua kita yang mau berani. Berani menyembahNya dengan kasih dan berani mengasihi sesama manusia serta segenap ciptaan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Melihat gambar atau video pembakaran mesjid di Tolikara, Papua beberapa saat lalu, janganlah membuat "panas" hubungan sosial masyarakat dan antar umat beragama di Indonesia. Apalagi dilanjutkan dengan berita pembakaran pintu salah satu gereja di Purworejo, tidaklah untuk menuju perseteruan apalagi saling membenci dan menyakiti. Tetapi hal-hal seperti itu, jika berani kita gunakan sebagai refleksi kuat untuk intropeksi Gereja, para pelayan misi-Nya, juga seluruh jemaat untuk lebih berani dan rendah hati mewartakan syalom. Takut? Jangan takut. Jangan pernah takut untuk mewartakan kabar baik dan kabar keselamatan (syalom). Kepada siapapun, di manapun dan bahkan dalam kondisi situasi bagaimanapun. Bahkan di saat paling genting dan rawan sekalipun. Peristiwa TuhanYesus memberi makan lima ribu orang dan Dia berjalan di atas air menghampiri para murid yang sedang ada di atas perahu membuktikan. Bahwa bersama Tuhan Yesus Kristus, kita tidak takut untuk menghadapi tantangan hidup. Dengar lagi, baca nikmati dan ingat kembali kata-kata Tuhan dan Juruselamat kita ini, "Aku ini, jangan takut!" (ayat 20). Tuhan telah dan akan selalu mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid (begitu pula dengan kita) untuk mengenal-Nya lebih baik, hari demi hari. Mari luruskan motivasi dan sikap hati. Juga ucap dan tingkah laku kita untuk benar-benar percaya. Percaya penuh tiap hari dan tiap waktu hanya kepadaNya. Tuhan pasti memberi "jalan keluar" (baca-maknai lagi ayat 13 & 21) dan akan terus peduli dan memberkati semua kita yang mau berani. Berani menyembahNya dengan kasih dan berani mengasihi sesama manusia serta segenap ciptaan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Membimbing dan Menuntun (Mazmur 23: 1-6)
"Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang, Ia..." (Mazmur 23: 2-3)
Mazmur 23 sudah sangat dikenal sebagai nyanyian yang mengungkapkan kepercayaan, mazmur ini tidak memiliki bandingan yang sejenis atau seangkatan. Mustahil untuk memperkirakan pengaruhnya terhadap manusia sepanjang abad. Pernyataan iman yang kuat ini telah memebimbing iman, menghalau dukacita, kesedihan, dan keraguan. Menuntun kepada damai sejahtera, kepuasan, dan kepercayaan telah menjadi berkat bagi orang-orang yang ikut merasakan keyakinan luhur pemazmur. Domba adalah binatang yang tidak dapat hidup lepas dari sang gembala sebab ia tidak dapat mencari makan dan minum sendiri atau pun melindungi dirinya sendiri dari serangan binatang buas. Demikian pula Daud (dari usia muda hingga tuanya) dalam menjalani hidup senantiasa membutuhkan pertolongan Allah. Sebab Allah -Sang Gembala- yang membimbingnya untuk mendapatkan kasih karunia secara benar dan sehat. Tanpa bimbinganNya, hidup dunia justru akan menghancurkan kita, Daud juga menyadari bahwa ia bukan hidup di surga namun di dunia yang telah jatuh ke dalam kuasa dosa. Daud terancam mengalami penindasan dan ketidakadilan yang bisa membawanya kepada kematian. Tetapi ia tidak takut sebab Allah yang menyertainya, berkuasa membimbing, selalu menuntun dan melindunginya (baca ayat 4). Bimbingan bijaksana dari Sang Gembala inilah yang bisa kita teruskan kepada generasi ke generasi berikutnya. Sehingga kita (yang sekarang muda atau yang tua) bisa menuju tempat yang tenang dan menyegarkan. Juga anak-anak serta menantu kita dimampukan melewati pergumulan-pergumulan hidup. Dan bahkan para cucu dan keturunan seterusnya dimampukan "Gembala kita yang baik" menjalani dan melewati tempat dan situasi sangat berbahaya sekalipun! "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya". (ayat 2-3). Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Mazmur 23 sudah sangat dikenal sebagai nyanyian yang mengungkapkan kepercayaan, mazmur ini tidak memiliki bandingan yang sejenis atau seangkatan. Mustahil untuk memperkirakan pengaruhnya terhadap manusia sepanjang abad. Pernyataan iman yang kuat ini telah memebimbing iman, menghalau dukacita, kesedihan, dan keraguan. Menuntun kepada damai sejahtera, kepuasan, dan kepercayaan telah menjadi berkat bagi orang-orang yang ikut merasakan keyakinan luhur pemazmur. Domba adalah binatang yang tidak dapat hidup lepas dari sang gembala sebab ia tidak dapat mencari makan dan minum sendiri atau pun melindungi dirinya sendiri dari serangan binatang buas. Demikian pula Daud (dari usia muda hingga tuanya) dalam menjalani hidup senantiasa membutuhkan pertolongan Allah. Sebab Allah -Sang Gembala- yang membimbingnya untuk mendapatkan kasih karunia secara benar dan sehat. Tanpa bimbinganNya, hidup dunia justru akan menghancurkan kita, Daud juga menyadari bahwa ia bukan hidup di surga namun di dunia yang telah jatuh ke dalam kuasa dosa. Daud terancam mengalami penindasan dan ketidakadilan yang bisa membawanya kepada kematian. Tetapi ia tidak takut sebab Allah yang menyertainya, berkuasa membimbing, selalu menuntun dan melindunginya (baca ayat 4). Bimbingan bijaksana dari Sang Gembala inilah yang bisa kita teruskan kepada generasi ke generasi berikutnya. Sehingga kita (yang sekarang muda atau yang tua) bisa menuju tempat yang tenang dan menyegarkan. Juga anak-anak serta menantu kita dimampukan melewati pergumulan-pergumulan hidup. Dan bahkan para cucu dan keturunan seterusnya dimampukan "Gembala kita yang baik" menjalani dan melewati tempat dan situasi sangat berbahaya sekalipun! "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya". (ayat 2-3). Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Jaminan Roh Kudus (Efesus 1: 3-14)
"Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu..." (Efesus 1: 14)
Mari lebih jeli perhatikan cuplikan ayat 13, "Di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu". Rupanya Pemeteraian Roh Kudus tidak terjadi sesudah keselamatan, tetapi terjadi serentak dengan percaya dan selamat. Pelayanan pemeteraian Roh Kudus disebutkan beberapa kali dalam Perjanjian Baru (baca misalnya: 2 Kor. 1:22; Ef. 4:30). Sebuah meterai merupakan tanda kepemilikan. Dan jaminan Roh Kudus sendirilah meterai kita. Kehadiran-Nya menjamin keselamatan kita. Maka diminta pertanggungjawaban kita, sebagai anak-anakNya (baca ayat 5) yang telah dipilih, dimilikiNya dan kemudian mendapatkan jaminan. Yakni agar kita berjuang memelihara kekudusan iman (baca juga ayat 4), kuat dalam berpengharapan serta tidak putus-putusnya berdoa serta membagikan Kasih Allah bagi sesama manusia. Karena darah Tuhan Yesus Kristus adalah harga yang telah dibayar untuk membebaskan kita dari perhambaan dosa. (dan baca juga ayat 7). Menjamin bahwa segala sesuatu akan diberikan. Penebusan yang menjadikan kita milik Allah. Dengan Tuhan Yesus Kristus telah menebus kita. Dan yang telah hadir sebagai Roh Kudus dalam tiap hati kita. Rentetan reflektif ini menakjubkan! DilanjutkanNya terus hingga Keselamatan Sempurna. Sehingga selalu kita menemukan alasan memuji kemuliaan-Nya. Memuji dengan setia, mengasihiNya, dengan lebih mantap mengasihi siapapun juga. Menjadi formula mengingatkan kita akan Kasih Allah Tritunggal -Bapa, Anak dan Roh Kudus-. Dan dengan Roh Kudus, kita mendapat jaminan kehidupan yang kemarin, sekarang bahkan jaminan akan masa depan: Keselamatan kekal abadi di sorga! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Mari lebih jeli perhatikan cuplikan ayat 13, "Di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu". Rupanya Pemeteraian Roh Kudus tidak terjadi sesudah keselamatan, tetapi terjadi serentak dengan percaya dan selamat. Pelayanan pemeteraian Roh Kudus disebutkan beberapa kali dalam Perjanjian Baru (baca misalnya: 2 Kor. 1:22; Ef. 4:30). Sebuah meterai merupakan tanda kepemilikan. Dan jaminan Roh Kudus sendirilah meterai kita. Kehadiran-Nya menjamin keselamatan kita. Maka diminta pertanggungjawaban kita, sebagai anak-anakNya (baca ayat 5) yang telah dipilih, dimilikiNya dan kemudian mendapatkan jaminan. Yakni agar kita berjuang memelihara kekudusan iman (baca juga ayat 4), kuat dalam berpengharapan serta tidak putus-putusnya berdoa serta membagikan Kasih Allah bagi sesama manusia. Karena darah Tuhan Yesus Kristus adalah harga yang telah dibayar untuk membebaskan kita dari perhambaan dosa. (dan baca juga ayat 7). Menjamin bahwa segala sesuatu akan diberikan. Penebusan yang menjadikan kita milik Allah. Dengan Tuhan Yesus Kristus telah menebus kita. Dan yang telah hadir sebagai Roh Kudus dalam tiap hati kita. Rentetan reflektif ini menakjubkan! DilanjutkanNya terus hingga Keselamatan Sempurna. Sehingga selalu kita menemukan alasan memuji kemuliaan-Nya. Memuji dengan setia, mengasihiNya, dengan lebih mantap mengasihi siapapun juga. Menjadi formula mengingatkan kita akan Kasih Allah Tritunggal -Bapa, Anak dan Roh Kudus-. Dan dengan Roh Kudus, kita mendapat jaminan kehidupan yang kemarin, sekarang bahkan jaminan akan masa depan: Keselamatan kekal abadi di sorga! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Diutus membentuk Generasi (Yehezkiel 2: 1- 5)
"Firman-Nya kepadaku : Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa..." (Yehezkiel 2: 3)
Ada penambahan waktu di hitungan jam kita secara Tahun Kabisat di tanggal 30 Juni 2015 lalu. Penambahan waktu itu sebanyak = 1 (satu) detik! Atau disebut detik kabisat (leap second). Penambahan dilakukan secara sengaja agar waktu di dunia sama dengan waktu yang dibutuhkan bumi untuk berotasi dan mengelilingi matahari. Perlu kita ketahui, saat ini perputaran bumi semakin pelan dan cenderung melambat. Ada yang berkomentar, “Ah.. cuma satu detik saja.” Mungkin benar, hanya satu detik dan itu tidak terlalu menggangu berbagai fenomena dan kegiatan umat manusia. Tetapi mari kita renungkan lebih mendalam. Dengan perputaran yang cenderung melambat tadi, serta semua kenyataan hidup yang kita alami, sesungguhnya 1 detik itu sangatlah penting dan berarti. Apalagi dalam rangka penciptaan serta penempatan kita di dunia, dan pengutusan Nya atas kita untuk membentuk generasi beriman pada Tuhan. Inilah refleksi kuat dari ayat 4 perikop kita kali ini, “Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. “ Ya, konteks pengutusan Nabi Yehezkiel. Dan refleksinya di konteks sekarang, kitalah yang diutus-Nya menjadi “nabi” (baca lagi ayat 5) ke tengah-tengah kehidupan yang kian sulit dan bergumul berat. Mari terus memberitakan Firman Allah, lewat teladan sikap berpihak pada Kebenaran, perbuatan-perbuatan kebaikan dan tiap detik kehidupan lebih setia mengasihi semua umat manusia. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Ada penambahan waktu di hitungan jam kita secara Tahun Kabisat di tanggal 30 Juni 2015 lalu. Penambahan waktu itu sebanyak = 1 (satu) detik! Atau disebut detik kabisat (leap second). Penambahan dilakukan secara sengaja agar waktu di dunia sama dengan waktu yang dibutuhkan bumi untuk berotasi dan mengelilingi matahari. Perlu kita ketahui, saat ini perputaran bumi semakin pelan dan cenderung melambat. Ada yang berkomentar, “Ah.. cuma satu detik saja.” Mungkin benar, hanya satu detik dan itu tidak terlalu menggangu berbagai fenomena dan kegiatan umat manusia. Tetapi mari kita renungkan lebih mendalam. Dengan perputaran yang cenderung melambat tadi, serta semua kenyataan hidup yang kita alami, sesungguhnya 1 detik itu sangatlah penting dan berarti. Apalagi dalam rangka penciptaan serta penempatan kita di dunia, dan pengutusan Nya atas kita untuk membentuk generasi beriman pada Tuhan. Inilah refleksi kuat dari ayat 4 perikop kita kali ini, “Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. “ Ya, konteks pengutusan Nabi Yehezkiel. Dan refleksinya di konteks sekarang, kitalah yang diutus-Nya menjadi “nabi” (baca lagi ayat 5) ke tengah-tengah kehidupan yang kian sulit dan bergumul berat. Mari terus memberitakan Firman Allah, lewat teladan sikap berpihak pada Kebenaran, perbuatan-perbuatan kebaikan dan tiap detik kehidupan lebih setia mengasihi semua umat manusia. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Memberi dan Berbagi (2 Korintus 8: 7-15)
"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8: 12)
Iman, pengharapan dan kasih kita dalam Kristus, bukan hanya melalui doa atau ibadah pribadi. Tetapi juga harus tampak dalam kepedulian kita pada orang lain. Kepedulian yang terwujud melalui tindakan memberi dan berbagi. Rasul Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk mengikuti teladan jemaat-jemaat di Makedonia. Mereka telah menunjukkan kemurahan hati dengan memberikan dukungan dana kepada orang-orang percaya yang miskin di Yerusalem. Kemurahan hati mereka benar-benar terjadi karena anugerah Allah, sebab mereka sendiri sedang menderita berbagai kesulitan (coba baca dan bandingkan Kis. 17:1-9; 1Tes. 2:14). Meski demikian, mereka memberi melebihi kemampuan mereka dan dengan sukacita. Apa lagi jemaat Korintus telah menikmati berbagai berkat dari Allah (ayat 7). Sebab itu Paulus berharap agar jemaat termotivasi karena melihat teladan Kristus. Dan melihat kesempatan untuk menolong jemaat di Yerusalem, sebagai sebuah anugerah dari Allah. "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." (ayat 9). Kata-kata Paulus berisi pengajaran yang paling lengkap tentang pemberian dalam PB (Perjanjian Baru). Prinsip-prinsip yang diberikan di sini bisa menjadi pedoman bagi kita, orang percaya dan jemaat sepanjang masa. Dalam KerajaanNya sesungguhnya ada kerelaan memberi dan berbagi. Bukan hanya karena berlebihan dan supaya orang lain mendapat keringanan, namun member dan berbagi agar terjadi keseimbangan (ayat 13). Teladan dari jemaat-jemaat Makedonia tersebut, menyadarkan kita bahwa kemiskinan (atau keterbatasan kita lainnya) bukanlah alasan untuk tidak menolong orang lain. Mari lebih banyak dan lebih sering: Memberi dan berbagi. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Iman, pengharapan dan kasih kita dalam Kristus, bukan hanya melalui doa atau ibadah pribadi. Tetapi juga harus tampak dalam kepedulian kita pada orang lain. Kepedulian yang terwujud melalui tindakan memberi dan berbagi. Rasul Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk mengikuti teladan jemaat-jemaat di Makedonia. Mereka telah menunjukkan kemurahan hati dengan memberikan dukungan dana kepada orang-orang percaya yang miskin di Yerusalem. Kemurahan hati mereka benar-benar terjadi karena anugerah Allah, sebab mereka sendiri sedang menderita berbagai kesulitan (coba baca dan bandingkan Kis. 17:1-9; 1Tes. 2:14). Meski demikian, mereka memberi melebihi kemampuan mereka dan dengan sukacita. Apa lagi jemaat Korintus telah menikmati berbagai berkat dari Allah (ayat 7). Sebab itu Paulus berharap agar jemaat termotivasi karena melihat teladan Kristus. Dan melihat kesempatan untuk menolong jemaat di Yerusalem, sebagai sebuah anugerah dari Allah. "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." (ayat 9). Kata-kata Paulus berisi pengajaran yang paling lengkap tentang pemberian dalam PB (Perjanjian Baru). Prinsip-prinsip yang diberikan di sini bisa menjadi pedoman bagi kita, orang percaya dan jemaat sepanjang masa. Dalam KerajaanNya sesungguhnya ada kerelaan memberi dan berbagi. Bukan hanya karena berlebihan dan supaya orang lain mendapat keringanan, namun member dan berbagi agar terjadi keseimbangan (ayat 13). Teladan dari jemaat-jemaat Makedonia tersebut, menyadarkan kita bahwa kemiskinan (atau keterbatasan kita lainnya) bukanlah alasan untuk tidak menolong orang lain. Mari lebih banyak dan lebih sering: Memberi dan berbagi. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Dipelihara Dengan Kasih-NYA (Ayub 38: 1-11)
"Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi 1? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian." (Ayub 38: 4)
Dengan serbuan pertanyaan "siapa?" dan "siapakah?", sepertinya Allah menantang pengetahuan Ayub (ayat 2-3) atas alam semesta dan seluruh ciptaan-Nya. Sesungguhnya Allah bukan sekadar bertanya-menguji Ayub. Tetapi tujuan Allah adalah agar Ayub menempatkan dirinya secara tepat di hadapan-Nya. Kalau Ayub pernah "menantang" Allah (baca Ayub 31), maka kini Allah menantang Ayub sebagai manusia! Ayub harus ingat bahwa ia manusia. Ia adalah bagian dari ciptaan Allah yang sangat luas, banyak dan menakjubkan. Ya, kita juga hanya ciptaan Allah. Tetapi dianugerahi kemampuan nalar dan merefleksikan hidup. Minimal mengetahui, merenungkan serta menyadari bahwa semua kita dipelihara dengan KasihNya. Pertanyaan-pertanyaan retoris Allah dalam perikop kali ini bukan untuk dijawab, melainkan untuk direnungkan! Untuk berlanjut kepada kesadaran tentang dua hal. Pertama, Tuhan berdaulat penuh atas semua ciptaan-Nya, termasuk manusia. Oleh karena itu, kita perlu belajar tunduk dan taat pada pengaturan-Nya. Kedua, manusia lebih penting daripada ciptaan lainnya. Sehingga kita percaya sepenuhnya bahwa Allah peduli dan mengerti atas kita. Oleh karenanya, ketika pergumulan bahkan penderitaan "menyapa" anak-anak Tuhan, langkah terbaik adalah mari datang berdoa-berserah menyapa Allah. Untuk selanjutnya lebih melakukan firman-Nya. Maka keagungan Kerajaan Allah melalui karya-Nya, bimbingan-Nya dan keindahan solusi-Nya akan diberlakukan atas kita. Dan meyakinkan kita kembali bahwa Dia tidak pernah meninggalkan. Allah selalu memelihara kita, selalu, memelihara kita semua dengan Cinta KasihNya. Amin Pdt. Lusindo Tobing
Dengan serbuan pertanyaan "siapa?" dan "siapakah?", sepertinya Allah menantang pengetahuan Ayub (ayat 2-3) atas alam semesta dan seluruh ciptaan-Nya. Sesungguhnya Allah bukan sekadar bertanya-menguji Ayub. Tetapi tujuan Allah adalah agar Ayub menempatkan dirinya secara tepat di hadapan-Nya. Kalau Ayub pernah "menantang" Allah (baca Ayub 31), maka kini Allah menantang Ayub sebagai manusia! Ayub harus ingat bahwa ia manusia. Ia adalah bagian dari ciptaan Allah yang sangat luas, banyak dan menakjubkan. Ya, kita juga hanya ciptaan Allah. Tetapi dianugerahi kemampuan nalar dan merefleksikan hidup. Minimal mengetahui, merenungkan serta menyadari bahwa semua kita dipelihara dengan KasihNya. Pertanyaan-pertanyaan retoris Allah dalam perikop kali ini bukan untuk dijawab, melainkan untuk direnungkan! Untuk berlanjut kepada kesadaran tentang dua hal. Pertama, Tuhan berdaulat penuh atas semua ciptaan-Nya, termasuk manusia. Oleh karena itu, kita perlu belajar tunduk dan taat pada pengaturan-Nya. Kedua, manusia lebih penting daripada ciptaan lainnya. Sehingga kita percaya sepenuhnya bahwa Allah peduli dan mengerti atas kita. Oleh karenanya, ketika pergumulan bahkan penderitaan "menyapa" anak-anak Tuhan, langkah terbaik adalah mari datang berdoa-berserah menyapa Allah. Untuk selanjutnya lebih melakukan firman-Nya. Maka keagungan Kerajaan Allah melalui karya-Nya, bimbingan-Nya dan keindahan solusi-Nya akan diberlakukan atas kita. Dan meyakinkan kita kembali bahwa Dia tidak pernah meninggalkan. Allah selalu memelihara kita, selalu, memelihara kita semua dengan Cinta KasihNya. Amin Pdt. Lusindo Tobing
Bertumbuh Untuk Berkarya (Markus 4: 26-34)
"Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala ..." (Markus 4: 32)
Perumpamaan ini berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagaimana ia hadir dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Benih yang bertunas dan bertumbuh siap memberi tuaian yang baik (ayat 26-29). Si Penabur telah menabur benih. Karya keselamatan Mesias telah mulai. Dunia baru telah hadir. Namun, meskipun Kerajaan itu masih hadir dalam keadaan terselubung, tetapi ada kepastian bahwa pada waktunya benih yang telah ditaburkan, melalui karya Allah yang ajaib itu akan mendatangkan musim menuai. Lalu di ayat 30-34, adalah tentang biji sesawi yang meski kecil, bahkan terkecil di antara segala benih yang ditaburkan orang di lahan. Namun karena hidup, benih itu tumbuh menjadi pohon yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari segala pohon yang ditanam di lahan itu. Kerajaan Allah itu telah datang dan telah tersedia berkatnya bagi semua orang. Melalui perumpamaan-perumpamaan ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa bila kita sungguh dalam Dia, tidak bisa tidak kita mengalami kerohanian yang bertumbuh. Sudah seharusnya kita menerapkan prinsip ini di dalam kehidupan sehari hari. Hidup kita adalah hidup berkarya sehingga membawa berkat bagi orang lain. Orang yang ada di sekitar kita harus dapat merasakan manfaatnya bergaul dengan seorang Kristen. Yang tiap hari bahkan tiap waktu, dari hati secara tulus "dengan sendirinya mengeluarkan buah" (automate/secara otomatis ayat 28) terus bertumbuh untuk setia berkarya. Bahkan berbuah banyak! Amin Pdt. Lusindo Tobing.
Perumpamaan ini berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagaimana ia hadir dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Benih yang bertunas dan bertumbuh siap memberi tuaian yang baik (ayat 26-29). Si Penabur telah menabur benih. Karya keselamatan Mesias telah mulai. Dunia baru telah hadir. Namun, meskipun Kerajaan itu masih hadir dalam keadaan terselubung, tetapi ada kepastian bahwa pada waktunya benih yang telah ditaburkan, melalui karya Allah yang ajaib itu akan mendatangkan musim menuai. Lalu di ayat 30-34, adalah tentang biji sesawi yang meski kecil, bahkan terkecil di antara segala benih yang ditaburkan orang di lahan. Namun karena hidup, benih itu tumbuh menjadi pohon yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari segala pohon yang ditanam di lahan itu. Kerajaan Allah itu telah datang dan telah tersedia berkatnya bagi semua orang. Melalui perumpamaan-perumpamaan ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa bila kita sungguh dalam Dia, tidak bisa tidak kita mengalami kerohanian yang bertumbuh. Sudah seharusnya kita menerapkan prinsip ini di dalam kehidupan sehari hari. Hidup kita adalah hidup berkarya sehingga membawa berkat bagi orang lain. Orang yang ada di sekitar kita harus dapat merasakan manfaatnya bergaul dengan seorang Kristen. Yang tiap hari bahkan tiap waktu, dari hati secara tulus "dengan sendirinya mengeluarkan buah" (automate/secara otomatis ayat 28) terus bertumbuh untuk setia berkarya. Bahkan berbuah banyak! Amin Pdt. Lusindo Tobing.
Ada Pengampunan (Mazmur 130: 1-8)
"Tetapi pada-Mu ada Pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang." (Mazmur 130: 4)
Martin Luther dan John Wesley sampai-sampai memuji mazmur ini sebagai "Mazmur Pertobatan dan Pengampunan". Karena isinya sangat sesuai dengan pesan Injil: Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan dan mengampuni. Ya, hanya Dia yang sanggup dan mau mengampuni dan menyelamatkan kita dari dosa. Sangat gamblang digambarkan orang yang terjebak di jurang dosa. "Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3). Tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri, hanya menunggu maut! Tetapi itu semua dikalahkan oleh kedahsyatan Kasih Allah. Kasih yang bukan hanya mengampuni manusia dari jurang dosa melainkan juga menyelamatkan manusia. Yang lebih menarik lagi, pengampunan dan penyelamatan dari Tuhan itu berlanjut pada kerinduan pemazmur mengajak semua orang kembali kepada Allah. Inilah tanda kesejatian dari iman. Agar kita semua yang menerima ampunanNya, berani menyerukan pertobatan. Agar semakin banyak orang lain juga mengalami penyelamatan dan pengampunan-Nya (bandingkan 7-8). Dan salah satu cara terbesar-terhebat adalah: Bersedia mengampuni. Diampuni untuk mengampuni. Karena dalam Tuhan serta Kerajaan Cinta KasihNya, selalu ada pengampunan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Martin Luther dan John Wesley sampai-sampai memuji mazmur ini sebagai "Mazmur Pertobatan dan Pengampunan". Karena isinya sangat sesuai dengan pesan Injil: Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan dan mengampuni. Ya, hanya Dia yang sanggup dan mau mengampuni dan menyelamatkan kita dari dosa. Sangat gamblang digambarkan orang yang terjebak di jurang dosa. "Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3). Tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri, hanya menunggu maut! Tetapi itu semua dikalahkan oleh kedahsyatan Kasih Allah. Kasih yang bukan hanya mengampuni manusia dari jurang dosa melainkan juga menyelamatkan manusia. Yang lebih menarik lagi, pengampunan dan penyelamatan dari Tuhan itu berlanjut pada kerinduan pemazmur mengajak semua orang kembali kepada Allah. Inilah tanda kesejatian dari iman. Agar kita semua yang menerima ampunanNya, berani menyerukan pertobatan. Agar semakin banyak orang lain juga mengalami penyelamatan dan pengampunan-Nya (bandingkan 7-8). Dan salah satu cara terbesar-terhebat adalah: Bersedia mengampuni. Diampuni untuk mengampuni. Karena dalam Tuhan serta Kerajaan Cinta KasihNya, selalu ada pengampunan. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Hidup Dalam Keinginan Roh (Roma 8: 1-17)
"Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. " (Roma 8: 9)
Sesungguhnya Rasul Paulus ingin menegaskan bahwa jika kita tidak memiliki dan tidak hidup dalam keinginan Roh Kudus, sama dengan mengatakan kita belum di dalam Kristus! Karena menerima Roh dan didiami Roh adalah hak semua orang Kristen. "Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut". (ayat 2) Mari, mintalah tuntunan Roh Allah yang berkenan tinggal di dalam hati, agar kita terus diberdayakan untuk hidup dalam keinginan Roh, bukan keinginan daging. "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera". (ayat 6). Hidup dalam keinginan Roh berarti: 1. Hidup kita menjadi baru bukan lagi di dalam dosa; 2. Pola pikir kita dikendalikan Roh bukan dosa; 3. Sikap baru yaitu tunduk dan cinta kepada Allah bukan lagi berontak melawan Allah. Bahkan di situasi yang sangat sulit, Roh Kudus akan menolong kita mengungkapkan keluhan yang tak terucapkan di dalam doa sebagai anak-anak Allah. "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah". (ayat 16). Kita sungguh-sungguh layak disebut Kristen, pengikut Kristus sejati, bila Roh Kudus diam di dalam tubuh dan hati kita. Tiap hari dan tiap waktu, kita hidup dalam keinginan Roh. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Sesungguhnya Rasul Paulus ingin menegaskan bahwa jika kita tidak memiliki dan tidak hidup dalam keinginan Roh Kudus, sama dengan mengatakan kita belum di dalam Kristus! Karena menerima Roh dan didiami Roh adalah hak semua orang Kristen. "Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut". (ayat 2) Mari, mintalah tuntunan Roh Allah yang berkenan tinggal di dalam hati, agar kita terus diberdayakan untuk hidup dalam keinginan Roh, bukan keinginan daging. "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera". (ayat 6). Hidup dalam keinginan Roh berarti: 1. Hidup kita menjadi baru bukan lagi di dalam dosa; 2. Pola pikir kita dikendalikan Roh bukan dosa; 3. Sikap baru yaitu tunduk dan cinta kepada Allah bukan lagi berontak melawan Allah. Bahkan di situasi yang sangat sulit, Roh Kudus akan menolong kita mengungkapkan keluhan yang tak terucapkan di dalam doa sebagai anak-anak Allah. "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah". (ayat 16). Kita sungguh-sungguh layak disebut Kristen, pengikut Kristus sejati, bila Roh Kudus diam di dalam tubuh dan hati kita. Tiap hari dan tiap waktu, kita hidup dalam keinginan Roh. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Mengalami Karya Roh (Kisah Rasul 2 : 1-13)
"Kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudean dan Kapadokia, Pontus dan Asia..." (Kisah Rasul 2: 9-11)
Kitab Para Rasul ditulis oleh Lukas. Kitab ini boleh juga kita beri judul "Kisah Karya Roh Kudus", karena memang isinya menceritakan peristiwa Pentakosta dan apa yang terjadi setelah Roh Kudus turun atas para rasul (murid-murid Tuhan Yesus Kristus). Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri, di mana Tuhan Yesus Kristus juga sudah menjanjikan. Ketika tiba hari Pentakosta. Roh Kudus turun tercurah kepada para muridNya yang sedang berkumpul di Yerusalem. Mengaruniakan karya hidup baru, pengenapan nubuatan dan kekuasaan baru untuk bersaksi kepada banyak orang lain. Dan memang, karya kesaksian itu dimulai dari peristiwa Pentakosta. Dalam keseluruhan Kitab Para Rasul, kata "saksi" dipakai lebih dari 30 kali, mengingatkan kita bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi. Dan setiap orang percaya yang mengalami karya Roh Kudus adalah seseorang yang mau setia menjadi saksi, bahkan bagi banyak "penolakan" orang lain dan dunia. Seorang ayah yang mengalami karya Roh Kudus diberi hikmatNya menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagai kesaksian yang hidup. Dimana anak-anaknya respek dan mengagumi dia sebagai seorang kepala keluarga. Seorang ibu yang dipenuhi dan mengalami karya Roh Kudus, bahkan dimampukan Tuhan membuat suaminya yang belum percaya menjadi pengikut Kristus, melalui sikap kasihnya yang baik. Seorang pekerja yang dituntun karya Roh Kudus, dapat membuat rekannya tidak korupsi lagi dan meningkatkan karya prestasi kerja, karena kesaksian hidup-pekerjaannya jujur berintegritas. Seorang pelajar atau mahasiswa yang dipenuhi Roh Kudus dengan karyaNya, akan menjadi panutan bagi teman-temannya di sekolah, kampus serta pergaulan mereka. Panutan yang sangat positif. Dan seterusnya. Kita diberdayakan Allah tiap hari, membuat orang lain juga mengalami karya Roh Kudus. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Kitab Para Rasul ditulis oleh Lukas. Kitab ini boleh juga kita beri judul "Kisah Karya Roh Kudus", karena memang isinya menceritakan peristiwa Pentakosta dan apa yang terjadi setelah Roh Kudus turun atas para rasul (murid-murid Tuhan Yesus Kristus). Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri, di mana Tuhan Yesus Kristus juga sudah menjanjikan. Ketika tiba hari Pentakosta. Roh Kudus turun tercurah kepada para muridNya yang sedang berkumpul di Yerusalem. Mengaruniakan karya hidup baru, pengenapan nubuatan dan kekuasaan baru untuk bersaksi kepada banyak orang lain. Dan memang, karya kesaksian itu dimulai dari peristiwa Pentakosta. Dalam keseluruhan Kitab Para Rasul, kata "saksi" dipakai lebih dari 30 kali, mengingatkan kita bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi. Dan setiap orang percaya yang mengalami karya Roh Kudus adalah seseorang yang mau setia menjadi saksi, bahkan bagi banyak "penolakan" orang lain dan dunia. Seorang ayah yang mengalami karya Roh Kudus diberi hikmatNya menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagai kesaksian yang hidup. Dimana anak-anaknya respek dan mengagumi dia sebagai seorang kepala keluarga. Seorang ibu yang dipenuhi dan mengalami karya Roh Kudus, bahkan dimampukan Tuhan membuat suaminya yang belum percaya menjadi pengikut Kristus, melalui sikap kasihnya yang baik. Seorang pekerja yang dituntun karya Roh Kudus, dapat membuat rekannya tidak korupsi lagi dan meningkatkan karya prestasi kerja, karena kesaksian hidup-pekerjaannya jujur berintegritas. Seorang pelajar atau mahasiswa yang dipenuhi Roh Kudus dengan karyaNya, akan menjadi panutan bagi teman-temannya di sekolah, kampus serta pergaulan mereka. Panutan yang sangat positif. Dan seterusnya. Kita diberdayakan Allah tiap hari, membuat orang lain juga mengalami karya Roh Kudus. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Jalan Orang Benar (Mazmur 1: 1-6)
"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1: 3)
Kenikmatan bertolak belakang dengan kebahagiaan. Mari jangan sekadar hidup nikmat. Asal hidup puas. Akhirnya lari ke narkoba, seks bebas, korupsi dan hasrat kekuasaan. Tetapi mari hiduplah bahagia. Bahkan penuh dengan kebahagiaan. Dan kebahagiaan hanya bisa kita dapatkan jika hidup di jalan orang benar. Bagian refleksi perikop kali ini diawali dengan sebuah seruan kuat. Betapa bahagianya orang yang mengikuti Rancangannya Allah. Rancangan Kebenaran itu. Kata kerja "berjalan", "berdiri" dan "duduk" melukiskan langkah-langkah khas orang fasik yang harus dihindari orang benar. Tidak menerima prinsip-prinsip orang fasik, tidak ikut terlibat praktik-praktik orang berdosa, dan akhirnya tidak bergabung dengan orang-orang yang suka mencemooh secara terbuka. Sebab tidak seorang pun dapat menikmati berkat Allah tanpa berbalik dari hal-hal yang merusak atau membahayakan. "...sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan". (ayat 6). Tetapi "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,..." (ayat 1). Bahkan tegas difirmankan Allah melalui pemazmur, "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,..." (ayat 3). Air sering kali melambangkan Roh Allah (mis. Yoh 7:38-39), marilah kita bersedia diberdayakan untuk hidup dalam jalan orang benar. Mau diajar Allah dan tinggal di jalan Kebenaran Firman-Nya. Sehingga kita menerima sumber hidup kehidupan yang tidak habis-habisnya. Tiada henti berbahagia karena berjuang melakukan kebenaran dan membagikan kebaikan kepada lebih banyak orang lain. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Kenikmatan bertolak belakang dengan kebahagiaan. Mari jangan sekadar hidup nikmat. Asal hidup puas. Akhirnya lari ke narkoba, seks bebas, korupsi dan hasrat kekuasaan. Tetapi mari hiduplah bahagia. Bahkan penuh dengan kebahagiaan. Dan kebahagiaan hanya bisa kita dapatkan jika hidup di jalan orang benar. Bagian refleksi perikop kali ini diawali dengan sebuah seruan kuat. Betapa bahagianya orang yang mengikuti Rancangannya Allah. Rancangan Kebenaran itu. Kata kerja "berjalan", "berdiri" dan "duduk" melukiskan langkah-langkah khas orang fasik yang harus dihindari orang benar. Tidak menerima prinsip-prinsip orang fasik, tidak ikut terlibat praktik-praktik orang berdosa, dan akhirnya tidak bergabung dengan orang-orang yang suka mencemooh secara terbuka. Sebab tidak seorang pun dapat menikmati berkat Allah tanpa berbalik dari hal-hal yang merusak atau membahayakan. "...sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan". (ayat 6). Tetapi "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,..." (ayat 1). Bahkan tegas difirmankan Allah melalui pemazmur, "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,..." (ayat 3). Air sering kali melambangkan Roh Allah (mis. Yoh 7:38-39), marilah kita bersedia diberdayakan untuk hidup dalam jalan orang benar. Mau diajar Allah dan tinggal di jalan Kebenaran Firman-Nya. Sehingga kita menerima sumber hidup kehidupan yang tidak habis-habisnya. Tiada henti berbahagia karena berjuang melakukan kebenaran dan membagikan kebaikan kepada lebih banyak orang lain. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Pemberita Injil (Kisah Rasul 8: 26-40)
"Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan injil Yesus kepadanya." (Kisah Para Rasul 8: 35)
Mewakili para murid, Yohanes dan Simon Petrus yang penuh dengan Roh Kudus (ayat 8) lantang berani berkata, "bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu". Demikian cuplikan ayat 10, dalam rangka menjawab pertanyaan penuh amarah para pembesar keagamaan. Yesus Sang Mesias yang telah mereka tolak itu justru adalah Yang Terutama. Karena hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus sajalah manusia dapat diselamatkan (ayat 12). Inilah yang menjadi dasar dari tindakan, perkataan dan keberanian para murid bersaksi, memberitakan Injil keselamatan. Jika ingin bepergian ke suatu tempat, kita memerlukan peta. Tidak mungkin peta dibuat oleh orang yang tidak tahu apapun tentang tempat itu. Perlu orang yang tahu jelas. Lebih penting dan mantap lagi adalah kita perlu orang benar-benar pernah ke tempat yang kita tuju tersebut. Bila dianalogikan dengan keselamatan (sekarang) dan khususnya tujuan keselamatan sempurna kita semua: Keselamatan Sorga abadi kekal itu. Maka yang benar-benar tahu sorga adalah yang datang dari sorga. Dialah Tuhan dan juruselamat kita: Tuhan Yesus Kristus! Dan yang menentukan surga terbuka bagi kita adalah juga bukan hasrat atau usaha kita manusia. Tetapi keputusan anugerah Allah sendiri. Di kolong langit ini hanya satu penggenap rencana keselamatan yaitu Allah sendiri yang telah menjadi Yesus Kristus. Ia tidak saja memberikan peta ke sorga, tetapi Ia menuntun kita ke keselamatan sempurna di sorga. Agar di dalam Dia kita beroleh kembali hubungan Kasih yang akrab dengan Allah. Serta mewujudkannya dengan lebih mengasihi sesama manusia. Dalam kuasa kasih Kristus, kita diselamatkan! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Mewakili para murid, Yohanes dan Simon Petrus yang penuh dengan Roh Kudus (ayat 8) lantang berani berkata, "bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu". Demikian cuplikan ayat 10, dalam rangka menjawab pertanyaan penuh amarah para pembesar keagamaan. Yesus Sang Mesias yang telah mereka tolak itu justru adalah Yang Terutama. Karena hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus sajalah manusia dapat diselamatkan (ayat 12). Inilah yang menjadi dasar dari tindakan, perkataan dan keberanian para murid bersaksi, memberitakan Injil keselamatan. Jika ingin bepergian ke suatu tempat, kita memerlukan peta. Tidak mungkin peta dibuat oleh orang yang tidak tahu apapun tentang tempat itu. Perlu orang yang tahu jelas. Lebih penting dan mantap lagi adalah kita perlu orang benar-benar pernah ke tempat yang kita tuju tersebut. Bila dianalogikan dengan keselamatan (sekarang) dan khususnya tujuan keselamatan sempurna kita semua: Keselamatan Sorga abadi kekal itu. Maka yang benar-benar tahu sorga adalah yang datang dari sorga. Dialah Tuhan dan juruselamat kita: Tuhan Yesus Kristus! Dan yang menentukan surga terbuka bagi kita adalah juga bukan hasrat atau usaha kita manusia. Tetapi keputusan anugerah Allah sendiri. Di kolong langit ini hanya satu penggenap rencana keselamatan yaitu Allah sendiri yang telah menjadi Yesus Kristus. Ia tidak saja memberikan peta ke sorga, tetapi Ia menuntun kita ke keselamatan sempurna di sorga. Agar di dalam Dia kita beroleh kembali hubungan Kasih yang akrab dengan Allah. Serta mewujudkannya dengan lebih mengasihi sesama manusia. Dalam kuasa kasih Kristus, kita diselamatkan! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Kita Diselamatkan (Kisah Para Rasul 4: 5-12)
"Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa..." (Kisah Para Rasul 4: 10)
Mewakili para murid, Yohanes dan Simon Petrus yang penuh dengan Roh Kudus (ayat 8) lantang berani berkata, "bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu". Demikian cuplikan ayat 10, dalam rangka menjawab pertanyaan penuh amarah para pembesar keagamaan. Yesus Sang Mesias yang telah mereka tolak itu justru adalah Yang Terutama. Karena hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus sajalah manusia dapat diselamatkan (ayat 12). Inilah yang menjadi dasar dari tindakan, perkataan dan keberanian para murid bersaksi, memberitakan Injil keselamatan. Jika ingin bepergian ke suatu tempat, kita memerlukan peta. Tidak mungkin peta dibuat oleh orang yang tidak tahu apapun tentang tempat itu. Perlu orang yang tahu jelas. Lebih penting dan mantap lagi adalah kita perlu orang benar-benar pernah ke tempat yang kita tuju tersebut. Bila dianalogikan dengan keselamatan (sekarang) dan khususnya tujuan keselamatan sempurna kita semua: Keselamatan Sorga abadi kekal itu. Maka yang benar-benar tahu sorga adalah yang datang dari sorga. Dialah Tuhan dan juruselamat kita: Tuhan Yesus Kristus! Dan yang menentukan surga terbuka bagi kita adalah juga bukan hasrat atau usaha kita manusia. Tetapi keputusan anugerah Allah sendiri. Di kolong langit ini hanya satu penggenap rencana keselamatan yaitu Allah sendiri yang telah menjadi Yesus Kristus. Ia tidak saja memberikan peta ke sorga, tetapi Ia menuntun kita ke keselamatan sempurna di sorga. Agar di dalam Dia kita beroleh kembali hubungan Kasih yang akrab dengan Allah. Serta mewujudkannya dengan lebih mengasihi sesama manusia. Dalam kuasa kasih Kristus, kita diselamatkan! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Mewakili para murid, Yohanes dan Simon Petrus yang penuh dengan Roh Kudus (ayat 8) lantang berani berkata, "bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu". Demikian cuplikan ayat 10, dalam rangka menjawab pertanyaan penuh amarah para pembesar keagamaan. Yesus Sang Mesias yang telah mereka tolak itu justru adalah Yang Terutama. Karena hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus sajalah manusia dapat diselamatkan (ayat 12). Inilah yang menjadi dasar dari tindakan, perkataan dan keberanian para murid bersaksi, memberitakan Injil keselamatan. Jika ingin bepergian ke suatu tempat, kita memerlukan peta. Tidak mungkin peta dibuat oleh orang yang tidak tahu apapun tentang tempat itu. Perlu orang yang tahu jelas. Lebih penting dan mantap lagi adalah kita perlu orang benar-benar pernah ke tempat yang kita tuju tersebut. Bila dianalogikan dengan keselamatan (sekarang) dan khususnya tujuan keselamatan sempurna kita semua: Keselamatan Sorga abadi kekal itu. Maka yang benar-benar tahu sorga adalah yang datang dari sorga. Dialah Tuhan dan juruselamat kita: Tuhan Yesus Kristus! Dan yang menentukan surga terbuka bagi kita adalah juga bukan hasrat atau usaha kita manusia. Tetapi keputusan anugerah Allah sendiri. Di kolong langit ini hanya satu penggenap rencana keselamatan yaitu Allah sendiri yang telah menjadi Yesus Kristus. Ia tidak saja memberikan peta ke sorga, tetapi Ia menuntun kita ke keselamatan sempurna di sorga. Agar di dalam Dia kita beroleh kembali hubungan Kasih yang akrab dengan Allah. Serta mewujudkannya dengan lebih mengasihi sesama manusia. Dalam kuasa kasih Kristus, kita diselamatkan! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Anak-anak ALLAH (1 Yohanes 3: 1-10)
Kita punya status baru. Ya, kita punya posisi baru. Yaitu: Anak-anak Allah! Kalau status dan posisi "Anak Allah" itu cuma ada satu sosok, hanya Dia: Tuhan Yesus Kristus. Tuhan dan Juruselamat kita semua. Maka "anak-anak Allah" ada banyak. Yaitu kita, semua orang yang mau percaya kepada Allah Bapa. Di dalam kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Dan mau hidup dalam persekutuan dan tuntunan Roh Kudus. "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, ..." (baca lagi ayat 1 & 2). Perubahan status menjadi anak-anak Allah, semata adalah karena kasih karunia-Nya. Kita yang berdosa sebenarnya tidak layak menerima kasih-Nya yang sedemikian besar, namun dalam ketidaklayakkan itulah Ia mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. "Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya". Ayat 10 ini menegaskan status menjadi anak Allah menuntut kita berjuang berbuat kebenaran dan mengasihi. Mari menang. Menang sebagai anak-anak Allah. Menyenangkan hati Tuhan Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita! Dengan wujud setia, serta lebih mengasihi pasangan kita (suami-isteri kita), anak-anak, orangtua, keluarga, saudara-saudara kekasih dalam jemaat, bahkan mengasihi semua orang. Mengasihi dalam Kuat Kasih Tuhan Yesus Kristus. Karena kita benar-benar adalah anak-anak Allah. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Kesaksian Kebangkitan (Kisah Rasul 5: 32-35)
"Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu." (Kisah Rasul 5: 33)
"Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia" (ayat 32). Demikian ungkapan Petrus "mewakili" murid-murid Tuhan Yesus Kristus. Walaupun sebelumnya mereka (para rasul) kembali ditangkap tentara Romawi, namun Petrus tetap berani memberitakan: ".. telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.." (bisa baca ayat 30 & 31). Setelah melalui perdebatan, juga masukan dari Gamaliel seorang ahli Taurat yang sangat dihormati (ayat 34), para rasul "hanya" disesah dan kemudian dilepaskan. Disertai perintah untuk tidak memberi kesaksian khususnya tentang Kebangkitan Yesus lagi. Namun keadaan ini tidak membuat para rasul jera, bahkan mereka semakin bergembira karena telah dianggap layak untuk menderita bagi kebangkitanNya. Semua kuasa kejahatan tidak pernah tinggal diam. Dengan berbagai cara selalu berusaha menghancurkan perkembangan iman tiap pribadi orang yang percaya kebangkitanNya, merusak cinta kasih keluarga Kristus dan menggagalkan pelayanan Gereja Tuhan. Tetapi teruslah mewartakan kesaksian tentang kebangkitanNya! Setiap hari, setiap waktu. Khususnya melalui tingkah laku. Tetap setia dan terus taat menyatakan kesaksian kebangkitan Tuhan dan Juruselamat kita. Karena dengan semua itulah, hidup kita diperbarui. Mari tetap berdiri teguh melintasi zaman walau didera pergumulan serta penganiayaan dari waktu ke waktu. Penganiayaan yang bukan tidak mungkin bertujuan pemusnahan. Tuhan Yesus Kristus pasti menjaga dan memelihara milik-Nya. Yang perlu kita miliki adalah sikap hati seperti para murid dan gereja perdana. Dengan lebih setia saling mengasihi keluarga, jemaat gereja dan sesama manusia terlebih yang lemah. Benar-benar membarui dan membangkitkan kehidupan bersama, menjadi lebih baik. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
"Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia" (ayat 32). Demikian ungkapan Petrus "mewakili" murid-murid Tuhan Yesus Kristus. Walaupun sebelumnya mereka (para rasul) kembali ditangkap tentara Romawi, namun Petrus tetap berani memberitakan: ".. telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.." (bisa baca ayat 30 & 31). Setelah melalui perdebatan, juga masukan dari Gamaliel seorang ahli Taurat yang sangat dihormati (ayat 34), para rasul "hanya" disesah dan kemudian dilepaskan. Disertai perintah untuk tidak memberi kesaksian khususnya tentang Kebangkitan Yesus lagi. Namun keadaan ini tidak membuat para rasul jera, bahkan mereka semakin bergembira karena telah dianggap layak untuk menderita bagi kebangkitanNya. Semua kuasa kejahatan tidak pernah tinggal diam. Dengan berbagai cara selalu berusaha menghancurkan perkembangan iman tiap pribadi orang yang percaya kebangkitanNya, merusak cinta kasih keluarga Kristus dan menggagalkan pelayanan Gereja Tuhan. Tetapi teruslah mewartakan kesaksian tentang kebangkitanNya! Setiap hari, setiap waktu. Khususnya melalui tingkah laku. Tetap setia dan terus taat menyatakan kesaksian kebangkitan Tuhan dan Juruselamat kita. Karena dengan semua itulah, hidup kita diperbarui. Mari tetap berdiri teguh melintasi zaman walau didera pergumulan serta penganiayaan dari waktu ke waktu. Penganiayaan yang bukan tidak mungkin bertujuan pemusnahan. Tuhan Yesus Kristus pasti menjaga dan memelihara milik-Nya. Yang perlu kita miliki adalah sikap hati seperti para murid dan gereja perdana. Dengan lebih setia saling mengasihi keluarga, jemaat gereja dan sesama manusia terlebih yang lemah. Benar-benar membarui dan membangkitkan kehidupan bersama, menjadi lebih baik. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Melihat DIA Bangkit (Markus 16: 1-8)
"Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke ..." (Markus 16: 7)
"Ia telah bangkit, Ia tidak ada di sini" (ayat 6). Perkataan malaikat "orang muda" kepada para perempuan yang pergi melihat kubur Tuhan Yesus Kristus itu, mengandung tiga arti. Pertama, Dia tidak mati. Ia hidup kembali. Sumber hidup itu telah menang atas maut. Tidak lagi terus berbaring di tempat kematian. Kedua, hati yang dirundung duka mendalam, berganti sukacita. Sinar Paskah bercahaya, kegelapan sirna! Mari sambutlah berita tentang kebangkitan dengan takut dan iman bahagia. Dan ketiga, yang lebih otentik lagi yaitu hidup pribadi kita, orang Kristen yang Dia ubahkan. Keberanian memberitakan Injil (ayat 7-8), kasih tulus kepada sesama. Karakter yang semakin hari semakin dibangkitkan, menyerupai Kristus merupakan kesaksian yang tidak terbantahkan. Di dalam Tuhan Allah: Sang Sumber Hidup & Kehidupan. Kematian bukanlah akhir kehidupan! Mari kita jalani tantangan dan pergumulan hidup dengan sukacita Paskah. Dengan iman dan pengharapan selalu melihat-menatap kebangkitanNya. Kita hidup kasih-mengasihi dengan sesama manusia serta seluruh kehidupan. Sampai waktu kedatanganNya kedua kali, sampai kebangkitan kita yang sempurna nanti. Amin.Amin. Pdt. Lusindo Tobing
"Ia telah bangkit, Ia tidak ada di sini" (ayat 6). Perkataan malaikat "orang muda" kepada para perempuan yang pergi melihat kubur Tuhan Yesus Kristus itu, mengandung tiga arti. Pertama, Dia tidak mati. Ia hidup kembali. Sumber hidup itu telah menang atas maut. Tidak lagi terus berbaring di tempat kematian. Kedua, hati yang dirundung duka mendalam, berganti sukacita. Sinar Paskah bercahaya, kegelapan sirna! Mari sambutlah berita tentang kebangkitan dengan takut dan iman bahagia. Dan ketiga, yang lebih otentik lagi yaitu hidup pribadi kita, orang Kristen yang Dia ubahkan. Keberanian memberitakan Injil (ayat 7-8), kasih tulus kepada sesama. Karakter yang semakin hari semakin dibangkitkan, menyerupai Kristus merupakan kesaksian yang tidak terbantahkan. Di dalam Tuhan Allah: Sang Sumber Hidup & Kehidupan. Kematian bukanlah akhir kehidupan! Mari kita jalani tantangan dan pergumulan hidup dengan sukacita Paskah. Dengan iman dan pengharapan selalu melihat-menatap kebangkitanNya. Kita hidup kasih-mengasihi dengan sesama manusia serta seluruh kehidupan. Sampai waktu kedatanganNya kedua kali, sampai kebangkitan kita yang sempurna nanti. Amin.Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Perkataan yang Memberi Semangat (Yesaya 50: 4-9a)
"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang ..." (Yesaya 50: 4)
Jangan biarkan "lidah" kita menjadi "lidah yang tak bertulang", yang tidak bisa kita kontrol. Salah satu ukuran kedewasaan atau kematangan rohani seseorang adalah apa yang dikeluarkan dari mulutnya (baca Matius 15: 11). Mari perhatikan kata-kata Nabi Yesaya, "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.." (ayat 4). Kata-kata kita harus menegaskan kata-kata Tuhan Allah yang mengampuni dan menyelamatkan, tetap taat dan setia meski orang lain menolak pemberitaan-Nya (ayat 6). Dan syukur kepada Tuhan, karena Tuhan Allah sendiri yang akan terus menjadi pembela kita (ayat 7-9). Mari berusahalah dengan segenap hati, menjadikan lidah kita sebagai "lidah seorang murid". Artinya lidah seorang yang sudah diajar, dan terus mau diajarNya. Mengeluarkan perkataan yang bermanfaat. Khususnya kepada mereka yang letih lesu dan menderita. Perkataan yang memberikan kelegaan dan semangat baru. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Jangan biarkan "lidah" kita menjadi "lidah yang tak bertulang", yang tidak bisa kita kontrol. Salah satu ukuran kedewasaan atau kematangan rohani seseorang adalah apa yang dikeluarkan dari mulutnya (baca Matius 15: 11). Mari perhatikan kata-kata Nabi Yesaya, "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.." (ayat 4). Kata-kata kita harus menegaskan kata-kata Tuhan Allah yang mengampuni dan menyelamatkan, tetap taat dan setia meski orang lain menolak pemberitaan-Nya (ayat 6). Dan syukur kepada Tuhan, karena Tuhan Allah sendiri yang akan terus menjadi pembela kita (ayat 7-9). Mari berusahalah dengan segenap hati, menjadikan lidah kita sebagai "lidah seorang murid". Artinya lidah seorang yang sudah diajar, dan terus mau diajarNya. Mengeluarkan perkataan yang bermanfaat. Khususnya kepada mereka yang letih lesu dan menderita. Perkataan yang memberikan kelegaan dan semangat baru. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tetap Taat (Ibrani 5: 5-10)
"Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya." (Ibrani 5: 8)
Tuhan Yesus Kristus melakukan dan memberikan teladan kepada kita tentang sebuah ketaatan. Tetap Dia pegang hingga penderitaanNya berakhir dengan kematian. Dia tahu bahwa akhir dari penderitaan dan kematianNya itu adalah sebuah kehidupan yang baru bagi semua manusia dan kehidupan. Dari ayat 5-7 dijabarkan bagaimana Kristus dalam penderitaanNya telah mempersembahkan doa dan ratap tangis kepada BapaNya. Kristus telah memberikan teladan bahwa hanya kepada Allah saja manusia berharap. Sebab keselamatan tidak ada di tempat lain selain pada Bapa. Dan dari ayat 8 bisa kita refleksikan sebagai seorang Anak, Kristus juga telah memberikan teladan kepada kita untuk belajar tetap taat pada Tuhan dalam penderitaan. Tetap taat sampai akhir dalam menghadapi penderitaan dan melaksanakan kehendak BapaNya, itulah yang justru menjadikan Kristus dimuliakan. Bahkan disebut sebagaii Imam Besar untuk selama-lamanya. Memang tidak mudah untuk memberlakukan kehendak Allah, tetapi dalam hal ini yang dibutuhkan "hanyalah" sebuah ketaatan. Namun siapa yang belajar tetap taat, pasti mendapat berkat! Khususnya mendapat berkat keselamatan abadiNya. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tuhan Yesus Kristus melakukan dan memberikan teladan kepada kita tentang sebuah ketaatan. Tetap Dia pegang hingga penderitaanNya berakhir dengan kematian. Dia tahu bahwa akhir dari penderitaan dan kematianNya itu adalah sebuah kehidupan yang baru bagi semua manusia dan kehidupan. Dari ayat 5-7 dijabarkan bagaimana Kristus dalam penderitaanNya telah mempersembahkan doa dan ratap tangis kepada BapaNya. Kristus telah memberikan teladan bahwa hanya kepada Allah saja manusia berharap. Sebab keselamatan tidak ada di tempat lain selain pada Bapa. Dan dari ayat 8 bisa kita refleksikan sebagai seorang Anak, Kristus juga telah memberikan teladan kepada kita untuk belajar tetap taat pada Tuhan dalam penderitaan. Tetap taat sampai akhir dalam menghadapi penderitaan dan melaksanakan kehendak BapaNya, itulah yang justru menjadikan Kristus dimuliakan. Bahkan disebut sebagaii Imam Besar untuk selama-lamanya. Memang tidak mudah untuk memberlakukan kehendak Allah, tetapi dalam hal ini yang dibutuhkan "hanyalah" sebuah ketaatan. Namun siapa yang belajar tetap taat, pasti mendapat berkat! Khususnya mendapat berkat keselamatan abadiNya. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Memandang ALLAH (Bilangan 21: 4-9)
"Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup." (Bilangan 21: 9)'
Pertobatan bangsa Israel di konteks kali ini (Bilangan 21) akan diterima Tuhan Allah, hanya jika di tengah kesakitan, penderitaan bahkan ancaman maut, mereka mau memandang ular tembaga. Perlambangan hati kita yang mau memandang hanya kepada Allah. Allah yang sebelumnya menyuruh ular-ular tedung, memagut mereka sampai mati (baca ayat 6). Karena menghina pemberian surgawi (juga baca ayat 5). Tuhan menyuruh Musa membuat tiruan ular tedung dan menaruhnya pada sebuah tiang. Setiap orang yang terkena bisa ular itu, akan tetap hidup bila melihatnya (maknai ulang ayat 8-9). Prinsipnya, pertolongan Tuhan tidak berlaku otomatis. Hanya jika kita bersedia merespon firman Tuhan dengan iman yang taat, bahkan di saat-saat paling sulit sekalipun, pertolongan bahkan keselamatan dariNya pasti kita terima. Peristiwa ular tembaga yang "memberi hidup mendahului kematian" tersebut, sangatlah erat refleksinya dengan kesediaan Tuhan Yesus Kristus. Menderita, menjadi tumbal dosa, ditinggikan di salib memberi hidup kepada semua orang yang memandang kepada-Nya. Mengenai peristiwa ini, bahkan Tuhan Yesus sendiri mengatakan, "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:14-15). Memandang Allah dalam penderitaan kita, membuat kita tetap hidup. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Pertobatan bangsa Israel di konteks kali ini (Bilangan 21) akan diterima Tuhan Allah, hanya jika di tengah kesakitan, penderitaan bahkan ancaman maut, mereka mau memandang ular tembaga. Perlambangan hati kita yang mau memandang hanya kepada Allah. Allah yang sebelumnya menyuruh ular-ular tedung, memagut mereka sampai mati (baca ayat 6). Karena menghina pemberian surgawi (juga baca ayat 5). Tuhan menyuruh Musa membuat tiruan ular tedung dan menaruhnya pada sebuah tiang. Setiap orang yang terkena bisa ular itu, akan tetap hidup bila melihatnya (maknai ulang ayat 8-9). Prinsipnya, pertolongan Tuhan tidak berlaku otomatis. Hanya jika kita bersedia merespon firman Tuhan dengan iman yang taat, bahkan di saat-saat paling sulit sekalipun, pertolongan bahkan keselamatan dariNya pasti kita terima. Peristiwa ular tembaga yang "memberi hidup mendahului kematian" tersebut, sangatlah erat refleksinya dengan kesediaan Tuhan Yesus Kristus. Menderita, menjadi tumbal dosa, ditinggikan di salib memberi hidup kepada semua orang yang memandang kepada-Nya. Mengenai peristiwa ini, bahkan Tuhan Yesus sendiri mengatakan, "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:14-15). Memandang Allah dalam penderitaan kita, membuat kita tetap hidup. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Salib Kristus (1 Korintus 1: 18-25)
"Sebab pemberitaan tentang salib memang kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita..." (1 Korintus 1: 18)
Secara manusiawi, salib tampaknya langsung bertentangan dengan pengharapan. Sebab salib itu kerap dipandang sebagai kegagalan dan bukan kejayaan, kebodohan dan bukan hikmat. Tetapi ditinjau dengan iman, salib itu penggenapan dan bahkan peningkatan pengharapan. Salib sebenarnya kekuatan, kuasa Kasih dan hikmat Allah. Paulus memandang salib sebagai sarana yang dipakai Allah untuk menyelamatkan. Bahkan Kristus yang disalib dan bangkit adalah pusat pemberitaan Kabar Baik, pusat yang mempersatukan. Jemaat Korintus tidak boleh terkotak-kotak (ayat 10). Tugas ini (sampai sekarang dan kapanpun juga) akan sulit kita jalankan jika tidak mengandalkan campur tangan Tuhan (ayat 17- 25). Karena akan masih ada yang menolak untuk percaya, dengan alasan seperti, "Mujizat dulu, baru percaya", atau menertawakan Salib (baca lagi ayat 18-23). Mari lebih membagikan Injil Tuhan. Yang utama dengan tingkah laku penuh Kasih. Memberitakan kabar baik, berita keselamatan dariNya untuk semua manusia dan kehidupan dunia. Berdasar Salib Kristus. Karena jikalau saja ada jalan keluar lain bagi masalah hakiki manusia, mengapa sampai Tuhan Yesus Kristus rela disalibkan? Jikalau saja ada cara yang dapat memberikan jaminan hidup kekal, mengapa Dia harus mati? Salib membentangkan Hati Allah kepada manusia, tetapi juga melingkupi kehidupan manusia menuju Keselamatan kekal. Salib Kristus sebagai wujud hikmat dan kuasa Allah. Amin Pdt. Lusindo Tobing
Menanggung Penderitaan (Markus 8: 31-38)
"Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak ..." (Markus 8: 31)
Ajaran serta teladan Tuhan Yesus Kristus rupanya tidak sekadar "menanggung penderitaan" tetapi "menanggung banyak penderitaan". Ayat 31 menyatakan hal tersebut: Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Dan rupanya untuk menjadi pengikutNya, ada tiga konsekuensi yang harus kita lakukan nyata. Tiga hal itu adalah: Menyangkal diri, Memikul salib, dan Mengikut Dia (baca dan maknai lagi lebih dalam ayat 34). Apa yang Tuhan Yesus maksudkan? Yang harus kita sangkali adalah ego kita. Lalu bersedia menanggung penderitaan, demi keselamatan orang lain! Tiap hari, tiap waktu. Mari lanjut menapaki minggu-minggu Pra Paskah dengan melakukan reorientasi hati, rasional juga segenap hidup kehidupan. Bukan lagi diri kita, cara pandang, cita-cita, maupun hasrat kita yang menjadi pusat, tetapi Sang Juruselamat dunia. Maka bukan saja harus bagaimana kita, tetapi harus bagaimana Tuhan terhadap kita. Dan bahkan melalui kita, sesulit dan seberat apapun, penyelamatan olehNya diberlakukan kepada orang lain. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Ajaran serta teladan Tuhan Yesus Kristus rupanya tidak sekadar "menanggung penderitaan" tetapi "menanggung banyak penderitaan". Ayat 31 menyatakan hal tersebut: Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Dan rupanya untuk menjadi pengikutNya, ada tiga konsekuensi yang harus kita lakukan nyata. Tiga hal itu adalah: Menyangkal diri, Memikul salib, dan Mengikut Dia (baca dan maknai lagi lebih dalam ayat 34). Apa yang Tuhan Yesus maksudkan? Yang harus kita sangkali adalah ego kita. Lalu bersedia menanggung penderitaan, demi keselamatan orang lain! Tiap hari, tiap waktu. Mari lanjut menapaki minggu-minggu Pra Paskah dengan melakukan reorientasi hati, rasional juga segenap hidup kehidupan. Bukan lagi diri kita, cara pandang, cita-cita, maupun hasrat kita yang menjadi pusat, tetapi Sang Juruselamat dunia. Maka bukan saja harus bagaimana kita, tetapi harus bagaimana Tuhan terhadap kita. Dan bahkan melalui kita, sesulit dan seberat apapun, penyelamatan olehNya diberlakukan kepada orang lain. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Menaati Perjanjian TUHAN (Kejadian 9: 8-17)
"Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan ..." (Kejadian 9: 16)
Memasuki Minggu Pra Paskah 1 (pertama) ini, kita masih diiringi hujan, bahkan banjir. Tetapi janganlah khawatir, dengan iman tetap ingat janji dan perjanjianNya. "...Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi." (ayat 11). Mungkin masih akan ada genangan atau banjir. Tetapi dipastikan tidak akan ada Air Bah lagi! Ya, Dialah Allah yang selalu mengingat dan tidak pernah melupakan janji (baca lebih tegas Nats di ayat 16). Sekarang bagaimanakah respon kita? Apakah kita telah dan selalu menaati perjanjian denganNya? Karena sesungguhnya kita, manusia, diberikan satu lagi kesempatan memulai sesuatu yang baru dari awal. Allah yang telah kita kecewakan, malah melimpahkan semarak berkat-Nya. Juga menitipkan ciptaan baru-Nya (kehidupan setelah Air Bah) kepada kita. Sungguh suatu penghormatan yang luar biasa! Dan pembuatan perjanjian selalu melibatkan ikatan yang sungguh-sungguh antara kedua belah pihak bukan? Karena itulah, dalam kehidupan yang selalu dipulihkanNya. Mari berjanji, lebih nyata mengumumkan pendamaian, tegas berpihak pada kebenaran, kepedulian kepada yang lemah serta dilemahkan, mewartakan kebahagiaan dan menyalurkan Kasih penyelamatan Allah kepada umat manusia. Melalui diri serta hidup setiap hari. Berjanjilah melakukannya! Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Sahabat Perjalanan Iman (2 Raja-raja 2: 1-12)
"Berkatalah Elia kepada Elisa: "Baiklah tinggal disini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel" tetapi..." (2 Raja-raja 2: 2)
Banjir dan Begal (penyamun; membegal = merampas di jalan). Dua hal itu kini sedang ramai dibicarakan. Membuat kita harus lebih berhati-hati dalam perjalanan. Dan yang pasti di kedua hal tersebut kita juga membutuhkan orang lain atau teman. Teman dan sahabat saat menjalani melewati banjir (pejalan kaki lain, pengendara motor atau mobil lain, angkutan umum, jasa gerobak atau perahu penyeberang hingga para pihak berwajib satpam, polisi, TNI, SAR, dan sebagainya). Begitu pula dengan ancaman pembegalan, selalu disarankan jangan memasuki atau melewati tempat yang sepi. Carilah untuk dilintasi, tempat yang ramai dan ada orang lain ("teman-sahabat") di sekitar perjalanan kita. Mungkin demikian juga refleksi perjalan antara Elia dan Elisa. Dua Nabi Tuhan Allah. Rencana Allah memanggil Elia pulang kepada-Nya tanpa melalui kematian fisik diketahui (ayat 3,5,7). Itu sebabnya Elisa tidak ingin ditinggalkan menjelang detik-detik terakhir hidup Elia, meskipun Elia mencoba membujuknya agar mereka berpisah di Gilgal (baca lagi ayat 2). Perjalanan dari Gilgal ke Sungai Yordan membawa dampak besar bagi keduanya. Bagi Elisa, perjalanan itu membuka matanya untuk bergantung kepada kedahsyatan kuasa Tuhan, "teman perjalanan" sesungguhnya, Allah yang dilayaninya (ayat 11). Mari, persilakan Tuhan Allah menjadi sahabat perjalanan iman kita yang terutama. Lalu mau dan benar-benar bersedia menjadi teman dan sahabat perjalanan bagi anggota keluarga kita, rekan jemaat atau orang lain di manapun kita ada. Khususnya perjalanan Iman, Pengharapan & Kasih, berbuah melakukan lebih banyak hal-hal baik, benar dan berguna. Karena Kasih berarti siap menjadi sahabat dalam perjalanan kehidupan bersama. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Memberikan Pertolongan (Markus 1: 29-39)
"Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan ..." (Markus 1: 34)
Tuhan Yesus Kristus tidak hanya mengajar banyak orang (ayat 35-39). Tetapi Dia juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat 30). Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat 32-34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan berbicara meski mereka mengenal Yesus. Ke mana pun, Ia datang untuk berbuat baik. Perhatikanlah betapa sempurna pertolonganNya itu: Tangan yang sama menyembuhkan, juga menguatkan, memampukan sehingga ibu mertua Simon kini refleksikan juga kita di konteks jaman sekarang ini- mampu lebih mengasihi, melayani dan memberi pertolongan kepada orang lain. Mari meneladani kasih Tuhan Yesus Kristus. Dengan kasihNya kita dimampukan mengasihi sesama manusia. Dan tidak perlu mendengar suara godaan setan dan tipu daya iblis, yang selalu coba mempengaruhi kita untuk hidup egois, mementingkan diri sendiri dan akhirnya lambat menolong. Mari bersedia segera menolong sesama dan kehidupan. Khususnya memberikan pertolongan nyata kepada yang lemah, terpinggirkan dan sangat membutuhkan bantuan pertolongan. Karena sesungguhnya: Kasih berarti memberikan pertolongan bagi orang lain. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tuhan Yesus Kristus tidak hanya mengajar banyak orang (ayat 35-39). Tetapi Dia juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat 30). Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat 32-34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan berbicara meski mereka mengenal Yesus. Ke mana pun, Ia datang untuk berbuat baik. Perhatikanlah betapa sempurna pertolonganNya itu: Tangan yang sama menyembuhkan, juga menguatkan, memampukan sehingga ibu mertua Simon kini refleksikan juga kita di konteks jaman sekarang ini- mampu lebih mengasihi, melayani dan memberi pertolongan kepada orang lain. Mari meneladani kasih Tuhan Yesus Kristus. Dengan kasihNya kita dimampukan mengasihi sesama manusia. Dan tidak perlu mendengar suara godaan setan dan tipu daya iblis, yang selalu coba mempengaruhi kita untuk hidup egois, mementingkan diri sendiri dan akhirnya lambat menolong. Mari bersedia segera menolong sesama dan kehidupan. Khususnya memberikan pertolongan nyata kepada yang lemah, terpinggirkan dan sangat membutuhkan bantuan pertolongan. Karena sesungguhnya: Kasih berarti memberikan pertolongan bagi orang lain. Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Tidak Menjadi Batu Sandungan (1 Korintus 8: 1-13 )
"Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi..." (1 Korintus 8: 13 )
Sungguh kita prihatin. Atas terjadinya saling "serang" antara dua lembaga penegak hukum: KPK vs POLRI. Berlarut-larut. Tetapi mungkin adalah lebih indah jika kita merefleksikan keprihatinan ini. Salah satunya untuk berkomitmen: Tidak menjadi "batu sandungan" bagi orang lain. Seperti konteks 1 Korintus 8 menyatakannya. Yakni ketika ada pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan berhala. Apakah dibenarkan untuk membeli atau makan daging itu dan ikut serta dalam pesta pora di kuil berhala? (ayat 1-7). Rasul Paulus menegur mengingatkan, yang lebih kuat iman tidak boleh sengaja makan daging bekas persembahan berhala, sebab tindakan itu akan menggoncangkan iman yang lemah. Khususnya para pemula dan simpatisan Kristen. "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku". (ayat 13). Berhentilah menjadi batu sandungan (baca juga lagi ayat 9). Mari saling membangun dalam kasih. Kasih itu berarti kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mulai dalam keluarga dan Gereja kita. Kebersamaan itu penting. Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan melukai hati sesamanya, sesungguhnya melukai juga hati Tuhan. Hiduplah jujur dan bersih, tulus mengasihi meluas hingga ke kehidupan bermasyarakat, bernegara dan seantero alam. Mari berdoa juga bersama berupaya agar kekisruhan, seperti antara Polri dan KPK sekarang ini bisa makin sirna . Keduanya bisa berdampingan bahkan bekerjasama, sehingga penegakan hukum berjalan dengan baik. Karena yang terutama adalah para koruptor harus dihukum seberat-beratnya dan tidak boleh ditolerir. Mari, dari tiap pribadi kita berjuang untuk tidak korupsi. Tidak menjadi batu sandungan. Berjuang untuk tidak merugikan orang lain, apalagi tidak merugikan orang banyak. Save KPK dan Save POLRI. Amin Pdt. Lusindo Tobing
Sungguh kita prihatin. Atas terjadinya saling "serang" antara dua lembaga penegak hukum: KPK vs POLRI. Berlarut-larut. Tetapi mungkin adalah lebih indah jika kita merefleksikan keprihatinan ini. Salah satunya untuk berkomitmen: Tidak menjadi "batu sandungan" bagi orang lain. Seperti konteks 1 Korintus 8 menyatakannya. Yakni ketika ada pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan berhala. Apakah dibenarkan untuk membeli atau makan daging itu dan ikut serta dalam pesta pora di kuil berhala? (ayat 1-7). Rasul Paulus menegur mengingatkan, yang lebih kuat iman tidak boleh sengaja makan daging bekas persembahan berhala, sebab tindakan itu akan menggoncangkan iman yang lemah. Khususnya para pemula dan simpatisan Kristen. "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku". (ayat 13). Berhentilah menjadi batu sandungan (baca juga lagi ayat 9). Mari saling membangun dalam kasih. Kasih itu berarti kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mulai dalam keluarga dan Gereja kita. Kebersamaan itu penting. Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan melukai hati sesamanya, sesungguhnya melukai juga hati Tuhan. Hiduplah jujur dan bersih, tulus mengasihi meluas hingga ke kehidupan bermasyarakat, bernegara dan seantero alam. Mari berdoa juga bersama berupaya agar kekisruhan, seperti antara Polri dan KPK sekarang ini bisa makin sirna . Keduanya bisa berdampingan bahkan bekerjasama, sehingga penegakan hukum berjalan dengan baik. Karena yang terutama adalah para koruptor harus dihukum seberat-beratnya dan tidak boleh ditolerir. Mari, dari tiap pribadi kita berjuang untuk tidak korupsi. Tidak menjadi batu sandungan. Berjuang untuk tidak merugikan orang lain, apalagi tidak merugikan orang banyak. Save KPK dan Save POLRI. Amin Pdt. Lusindo Tobing
ALLAH Tempat Perlindungan Kita (Mazmur 62: 6-13)
"Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (Mazmur 62: 9)
Setelah malam peristiwa kecelakaan maut di Jalan Arteri Pondok Indah (20-01-2015). Pagi harinya saya mendengar dialog dua penyiar sebuah radio swasta mengomentari peristiwa tersebut. Dan salah satu isi dialog mereka adalah mengajak para pendengar untuk lebih berhati-hati saat membawa kendaraan (baik motor maupun mobil). Walaupun mereka juga mengakui, "Kita sudah hati-hati saja masih bisa celaka juga, oleh karenanya yang paling lengkap: Hati-hati dan plus berdoa." Demikian salah seorang penyiar mengakhiri perbincangan tersebut. Ya, berdoalah. Berdoa selalu dari hati memohon keselamatan dariNya. Sang pemilik hidup kehidupan. Mari mengandalkan selalu penjagaan dan perlindungan Tuhan Allah di setiap perjalanan kita. "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." Demikian ayat 7 perikop kita kali ini berbunyi. Pemazmur menegaskan dan mengajak semua pembaca-pendengar mazmurnya. Di berbagai ancaman "musuh-musuh" bahaya apapun. Untuk kembali percaya dalam perlindungan dan penjagaan Allah saja. Bahkan di ayat 9, yang menjadi nats kita di minggu ini. Minggu terakhir perjalanan 1 (satu) bulan awal Tahun Baru, Januari 2015. Dan untuk selama-lamanya. Firman indah berbentuk mazmur nyanyian ini melengkapi kita semua: "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Setelah malam peristiwa kecelakaan maut di Jalan Arteri Pondok Indah (20-01-2015). Pagi harinya saya mendengar dialog dua penyiar sebuah radio swasta mengomentari peristiwa tersebut. Dan salah satu isi dialog mereka adalah mengajak para pendengar untuk lebih berhati-hati saat membawa kendaraan (baik motor maupun mobil). Walaupun mereka juga mengakui, "Kita sudah hati-hati saja masih bisa celaka juga, oleh karenanya yang paling lengkap: Hati-hati dan plus berdoa." Demikian salah seorang penyiar mengakhiri perbincangan tersebut. Ya, berdoalah. Berdoa selalu dari hati memohon keselamatan dariNya. Sang pemilik hidup kehidupan. Mari mengandalkan selalu penjagaan dan perlindungan Tuhan Allah di setiap perjalanan kita. "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." Demikian ayat 7 perikop kita kali ini berbunyi. Pemazmur menegaskan dan mengajak semua pembaca-pendengar mazmurnya. Di berbagai ancaman "musuh-musuh" bahaya apapun. Untuk kembali percaya dalam perlindungan dan penjagaan Allah saja. Bahkan di ayat 9, yang menjadi nats kita di minggu ini. Minggu terakhir perjalanan 1 (satu) bulan awal Tahun Baru, Januari 2015. Dan untuk selama-lamanya. Firman indah berbentuk mazmur nyanyian ini melengkapi kita semua: "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." Amin. Pdt. Lusindo Tobing
Untuk Mengikuti-NYA (Yohanes 1: 43-51)
"Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan..." (Yohanes 1: 43)
Tuhan melihat kejujuran hati. Tuhan bahkan selalu mencari dan rindu kepada kejujuran, ketulusan dan keaslian hati kita. Ya, refleksi ini sangat tampak di ayat 47, "Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Dan Tuhan Yesus Kristus pasti akan memanggil, setiap orang yang jujur dan tulus hati untuk mengikutiNya. Seperti Tuhan sendiri berinisiatif memanggil Filipus lalu Natanael. Tidak sekadar untuk mengikuti langkah-langkah kaki, tetapi mengikuti secara langkah-langkah iman. Bahkan meneladani sikap Tuhan Yesus yang "Jika Ya katakan Ya, dan jika Tidak katakan Tidak" (baca Matius 5: 37), juga berjuang melakukan kebenaran dan kasih yang dilakukanNya. Mari benar-benar mengikutiNya. Sebab Kekristenan sejati adalah mengikut Kristus, mengabdikan diri kita kepada perkataan dan perbuatan-Nya, mengikuti segala tindakanNya. Merespon panggilan (juga perintah) Tuhan seperti di ayat 43, "Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku! " (ayat 43). Amin. Pdt. Lusindo Tobing
KASIH ALLAH BAGI SEMUA ORANG Efesus 3: 1-12
.. yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh n dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (Efesus 3: 6)
Perhatikan kalimat ini, “.. yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.” (ayat 6). Demikianlah rahasia Kristus yang dipahami oleh rasul Paulus. Bahwa Kristus telah memisahkan “tembok” antara orang Yahudi dan non Yahudi. Hanya dalam Kristus, jalan kepada Bapa dapat kita bersama miliki. Maksud terindah rahasia ini adalah Kasih Allah disampaikan bagi semua orang. Bukan hanya untuk mereka yang cuma mengaku “orang Kristen” saja. Tetapi bagi semua manusia. Dan baru benar-benar berlaku untuk mereka yang mau menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan juruselamat semua manusia. Inilah Injil yang harus kita disampaikan kepada dunia. Sebuah tugas yang mulia. Khususnya melalui tingkah laku perbuatan kita sebagai JemaatNya. Penuh Kasih kepada semua orang. Dan Jemaat Allah terdiri dari segala etnis. Jemaat Allah itu bersifat internasional. Tidak ada lagi perbedaan etnis Yahudi dan etnis non Yahudi. Semua kita yang percaya memiliki kesamaan: Sebagai ahli waris, sebagai anggota tubuh Kristus dan pasti sebagai anggota “Kota Yang Indah Cerah” Sorga abadi. Yang kini di bumi terus mengasihi siapapun, di manapun dan bagaimanapun. Mari, setiap hari mewartakan Kasih keselamatan kekal Allah (baca lagi ayat 10) bagi semua orang. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Perhatikan kalimat ini, “.. yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.” (ayat 6). Demikianlah rahasia Kristus yang dipahami oleh rasul Paulus. Bahwa Kristus telah memisahkan “tembok” antara orang Yahudi dan non Yahudi. Hanya dalam Kristus, jalan kepada Bapa dapat kita bersama miliki. Maksud terindah rahasia ini adalah Kasih Allah disampaikan bagi semua orang. Bukan hanya untuk mereka yang cuma mengaku “orang Kristen” saja. Tetapi bagi semua manusia. Dan baru benar-benar berlaku untuk mereka yang mau menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan juruselamat semua manusia. Inilah Injil yang harus kita disampaikan kepada dunia. Sebuah tugas yang mulia. Khususnya melalui tingkah laku perbuatan kita sebagai JemaatNya. Penuh Kasih kepada semua orang. Dan Jemaat Allah terdiri dari segala etnis. Jemaat Allah itu bersifat internasional. Tidak ada lagi perbedaan etnis Yahudi dan etnis non Yahudi. Semua kita yang percaya memiliki kesamaan: Sebagai ahli waris, sebagai anggota tubuh Kristus dan pasti sebagai anggota “Kota Yang Indah Cerah” Sorga abadi. Yang kini di bumi terus mengasihi siapapun, di manapun dan bagaimanapun. Mari, setiap hari mewartakan Kasih keselamatan kekal Allah (baca lagi ayat 10) bagi semua orang. Amin. Pdt. Lusindo Tobing.
Menjadi Mahkota Keagungan TUHAN (Yesaya 61:10-62:3)
"Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan TUHAN dan serban kerajaan di tangan Allahmu." (Yesaya 62:3)
Suasana baru selalu memunculkan harapan baru. A New Hope. Sebuah harapan baru. Terlebih ketika suasana lama dialami tidak seperti yang diharapkan. Yang baru akan dinanti, karena yang baru inilah yang akan memperbaiki yang lama. Kini yang menjadi pusat perhatian tidak lagi masa lampau, melainkan masa depan. Inilah yang dirasakan oleh umat Yehuda pada waktu itu. Mereka adalah orang-orang yang telah kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel. Babel adalah masa lalu, Babel adalah penderitaan dan hukuman Tuhan. Yerusalem adalah masa kini dan masa depan, Yerusalem adalah keselamatan dan restorasi/pemulihan dari Allah. Ketika Tuhan Allah sendiri yang berkenan mewujudkan keselamatan dan pemulihan, umat akan mewujudkan daya pancarnya bagi bangsa-bangsa lain. Pemulihan Allah rupanya meliputi pemulihan pribadi dan komunitas. Pemulihan pribadi diumpamakan dengan mengenakan pakaian dan jubah laksana pengantin, sedangkan pemulihan komunitas disebutkan dengan keberadaan Sion atau Yerusalem yang akan menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain untuk datang mendekat pada Tuhan. Ia akan menjadi mahkota keagungan Tuhan. Tidak dikatakan umat akan diberi mahkota keagungan oleh Tuhan, melainkan umat adalah mahkota keagungan di tangan Tuhan. Seperti seorang raja yang merasakan sukacita karena memegang mahkota di tangannya, demikian pulalah, menurut penulis kitab Yesaya ini, sukacita Tuhan Allah ketika umat-Nya adalah mahkota-Nya. Kesadaran bahwa kita adalah mahkota keagungan Tuhan biarlah memampukan kita menatap tahun 2015 dengan pengharapan baru. Pengharapan baru untuk bisa mewujudkan daya pancar dan daya tarik kita baik pribadi maupun komunitas gereja, agar kehadiran dan karya Tuhan semakin dirasakan oleh banyak orang. Amin. Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th
Suasana baru selalu memunculkan harapan baru. A New Hope. Sebuah harapan baru. Terlebih ketika suasana lama dialami tidak seperti yang diharapkan. Yang baru akan dinanti, karena yang baru inilah yang akan memperbaiki yang lama. Kini yang menjadi pusat perhatian tidak lagi masa lampau, melainkan masa depan. Inilah yang dirasakan oleh umat Yehuda pada waktu itu. Mereka adalah orang-orang yang telah kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel. Babel adalah masa lalu, Babel adalah penderitaan dan hukuman Tuhan. Yerusalem adalah masa kini dan masa depan, Yerusalem adalah keselamatan dan restorasi/pemulihan dari Allah. Ketika Tuhan Allah sendiri yang berkenan mewujudkan keselamatan dan pemulihan, umat akan mewujudkan daya pancarnya bagi bangsa-bangsa lain. Pemulihan Allah rupanya meliputi pemulihan pribadi dan komunitas. Pemulihan pribadi diumpamakan dengan mengenakan pakaian dan jubah laksana pengantin, sedangkan pemulihan komunitas disebutkan dengan keberadaan Sion atau Yerusalem yang akan menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain untuk datang mendekat pada Tuhan. Ia akan menjadi mahkota keagungan Tuhan. Tidak dikatakan umat akan diberi mahkota keagungan oleh Tuhan, melainkan umat adalah mahkota keagungan di tangan Tuhan. Seperti seorang raja yang merasakan sukacita karena memegang mahkota di tangannya, demikian pulalah, menurut penulis kitab Yesaya ini, sukacita Tuhan Allah ketika umat-Nya adalah mahkota-Nya. Kesadaran bahwa kita adalah mahkota keagungan Tuhan biarlah memampukan kita menatap tahun 2015 dengan pengharapan baru. Pengharapan baru untuk bisa mewujudkan daya pancar dan daya tarik kita baik pribadi maupun komunitas gereja, agar kehadiran dan karya Tuhan semakin dirasakan oleh banyak orang. Amin. Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th
BERSEDIA DIPAKAI TUHAN UNTUK MEWUJUDKAN KEHADIRAN-NYA
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1: 38)
Siapapun bisa dipanggil Tuhan untuk menjadi anak-anak-Nya. Siapapun bisa diajak Tuhan untuk mengikuti-Nya. Siapapun bisa dipakai Tuhan untuk mewujudkan karya-Nya. Siapa Maria bunda Yesus? Maria adalah gadis yang tinggal di kota (sebenarnya lebih tepat disebut desa) Nazaret. Pada zamannya, Nazaret adalah kota yang kecil dan terpencil, tersembunyi di balik bukit-bukit berbatu. Penduduknya diperkirakan tidak lebih dari 200 orang. Dalam Kitab Perjanjian Lama, nama kota ini bahkan tidak pernah disebutkan satu kali pun. Orang Galilea pada zaman Yesus kebanyakan juga tidak pernah mendengar nama Nazaret. Namun demikian, Maria yang justru beroleh anugerah di hadapan Tuhan. Karena melalui rahimnya, Sang Juruselamat Dunia dilahirkan. Menurut perkiraan pakar alkitab, Maria mengandung Yesus dalam usia 14 atau 15 tahun, usia lazim pada waktu itu bagi seorang gadis menikah dan melahirkan. Maria mau dipakai oleh Tuhan untuk mewujudkan karya penyelamatan-Nya. Itulah sebabnya ia menjawab: Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan. Maria memahami biarlah terjadi apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi hidupnya. Andai Maria menolak dipakai-Nya, maka kita tidak akan mengenal Yesus seperti yang kita kenal dan percayai sekarang ini. Kita sebagai pengikut-pengikut Yesus, pada dasarnya juga diundang untuk terlibat dalam mewujudkan kehadiran dan karya-Nya. Tentu, kita tidak lagi secara harfiah menyambut kelahiran-Nya. Yesus sudah lahir, hidup, wafat, dan bangkit. Bersedia dipakai Tuhan untuk mewujudkan kehadiran-Nya sekarang ini berarti bersedia mewujudkan kehendak Yesus dalam kehidupan kita. Kehendak-Nya adalah semua manusia beroleh kasih dan keselamatan. Biarlah melalui hidup kita, terjadi apa yang menjadi kehendak Yesus.
Siapapun bisa dipanggil Tuhan untuk menjadi anak-anak-Nya. Siapapun bisa diajak Tuhan untuk mengikuti-Nya. Siapapun bisa dipakai Tuhan untuk mewujudkan karya-Nya. Siapa Maria bunda Yesus? Maria adalah gadis yang tinggal di kota (sebenarnya lebih tepat disebut desa) Nazaret. Pada zamannya, Nazaret adalah kota yang kecil dan terpencil, tersembunyi di balik bukit-bukit berbatu. Penduduknya diperkirakan tidak lebih dari 200 orang. Dalam Kitab Perjanjian Lama, nama kota ini bahkan tidak pernah disebutkan satu kali pun. Orang Galilea pada zaman Yesus kebanyakan juga tidak pernah mendengar nama Nazaret. Namun demikian, Maria yang justru beroleh anugerah di hadapan Tuhan. Karena melalui rahimnya, Sang Juruselamat Dunia dilahirkan. Menurut perkiraan pakar alkitab, Maria mengandung Yesus dalam usia 14 atau 15 tahun, usia lazim pada waktu itu bagi seorang gadis menikah dan melahirkan. Maria mau dipakai oleh Tuhan untuk mewujudkan karya penyelamatan-Nya. Itulah sebabnya ia menjawab: Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan. Maria memahami biarlah terjadi apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi hidupnya. Andai Maria menolak dipakai-Nya, maka kita tidak akan mengenal Yesus seperti yang kita kenal dan percayai sekarang ini. Kita sebagai pengikut-pengikut Yesus, pada dasarnya juga diundang untuk terlibat dalam mewujudkan kehadiran dan karya-Nya. Tentu, kita tidak lagi secara harfiah menyambut kelahiran-Nya. Yesus sudah lahir, hidup, wafat, dan bangkit. Bersedia dipakai Tuhan untuk mewujudkan kehadiran-Nya sekarang ini berarti bersedia mewujudkan kehendak Yesus dalam kehidupan kita. Kehendak-Nya adalah semua manusia beroleh kasih dan keselamatan. Biarlah melalui hidup kita, terjadi apa yang menjadi kehendak Yesus.