Damai Sejahtera Bagimu (Lukas 2: 8 - 20)
“...damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14)
Media massa akhir-akhir ini diwarnai dengan berbagai berita yang memiriskan hati. Siapa yang tidak tahu tragedi Mesuji, dimana dikabarkan bahwa belasan nyawa melayang karenanya? Atau siapa yang tidak prihatin menyaksikan proses hukum para terdakwa kasus korupsi negara yang terkesan berlarut-larut? Belum lagi dengan berita tentang negara tetangga yang terserang badai cukup parah dan merenggut banyak kerugian. Semua itu tentu membuat kita bertanya-tanya, masihkah ada damai di bumi ini? Saudaraku, kabar baiknya adalah bahwa damai itu ada dan telah ada di dunia ini. Dimana? Dalam diri Yesus yang telah lahir ke dalam dunia! Malaikat dengan gempita menyanyikan “"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (ayat 14). Yesus datang untuk membawa damai itu. Allah berkenan memberikan damai kepada manusia yang hidup berkenan di hadapanNya. Jikalau Yesus datang membawa damai, mengapa ada begitu banyak peristiwa yang tidak mencerminkan damai di bumi? Saudaraku, inilah tugas kita untuk membawa damai kepada dunia! Kita semua telah mengenal Sang Raja Damai itu dan dunia belum. Kitalah yang wajib mengusahakan damai di bumi. Bagaimana caranya? Dengan hidup menjadi pribadi yang berkenan di mata Tuhan. Dengan mengusahakan kedamaian alam semesta di manapun kita berada. Jangan hanya jadi orang yang merayakan natal, tetapi bawalah natal itu ke dalam dunia. Bawalah damai sejahtera natal itu dan pancarkan di tengah-tengah kekacauan dunia. Bukan hanya sekedar merayakan natal, tetapi menjadi bagian dari natal itu sendiri! Selamat natal, Pacem in Terris! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Media massa akhir-akhir ini diwarnai dengan berbagai berita yang memiriskan hati. Siapa yang tidak tahu tragedi Mesuji, dimana dikabarkan bahwa belasan nyawa melayang karenanya? Atau siapa yang tidak prihatin menyaksikan proses hukum para terdakwa kasus korupsi negara yang terkesan berlarut-larut? Belum lagi dengan berita tentang negara tetangga yang terserang badai cukup parah dan merenggut banyak kerugian. Semua itu tentu membuat kita bertanya-tanya, masihkah ada damai di bumi ini? Saudaraku, kabar baiknya adalah bahwa damai itu ada dan telah ada di dunia ini. Dimana? Dalam diri Yesus yang telah lahir ke dalam dunia! Malaikat dengan gempita menyanyikan “"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (ayat 14). Yesus datang untuk membawa damai itu. Allah berkenan memberikan damai kepada manusia yang hidup berkenan di hadapanNya. Jikalau Yesus datang membawa damai, mengapa ada begitu banyak peristiwa yang tidak mencerminkan damai di bumi? Saudaraku, inilah tugas kita untuk membawa damai kepada dunia! Kita semua telah mengenal Sang Raja Damai itu dan dunia belum. Kitalah yang wajib mengusahakan damai di bumi. Bagaimana caranya? Dengan hidup menjadi pribadi yang berkenan di mata Tuhan. Dengan mengusahakan kedamaian alam semesta di manapun kita berada. Jangan hanya jadi orang yang merayakan natal, tetapi bawalah natal itu ke dalam dunia. Bawalah damai sejahtera natal itu dan pancarkan di tengah-tengah kekacauan dunia. Bukan hanya sekedar merayakan natal, tetapi menjadi bagian dari natal itu sendiri! Selamat natal, Pacem in Terris! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Kujawab "Ya" (Lukas 1: 26-38)
“… jadilah padaku menurut perkataanmu itu..” (Lukas 1:38)
Bagaimana rasanya bila kita terpaksa melakukan hal yang tidak kita suka? Tentu tidak ada rasa nyaman dan damai sejahtera. Bagaimana jika lebih dari pada itu, kita diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal yang tidak kita sukai dan sangat-sangat mempengaruhi reputasi? Wah, kalau bisa sih, berpikir masak-masak dahulu. Sudah tidak kita sukai, merugikan pula. Namun Maria tidak seperti itu. Saat malaikat Gabriel datang dan membawa berita mengejutkan, Maria tidak berpikir dua kali. Ia langsung mengatakan "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ayat 38). Maria menyadari bahwa ia hanyalah sarana yang dipakai Tuhan untuk sebuah rancangan keselamatan bagi dunia. Tentu dalam hal ini Maria paham akan segala resiko yang mungkin ia dapat, tetapi ia memilih untuk taat. Maria dengan yakin mengatakan “Ya!” atas panggilan hidup yang Tuhan tentukan baginya. Jawaban itu tentu bukan jawaban asal-asalan, tetapi jawaban penuh kepasrahan dan tanggung jawab. Bagaimana dengan kita semua? Apakah kita berani menjawab “Ya!” saat Tuhan menawarkan jalan hidup untuk melayani Dia? Siapkah kita untuk menjalani panggilan hidup kita untuk menjadi sarana pancaran kasih Allah pada dunia? Seperti halnya Maria, sekalipun banyak resiko dan tantangan, imanilah bahwa Tuhan sendiri yang akan memampukan kita. Jadi, apa jawab kita semua? Ya, Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Bagaimana rasanya bila kita terpaksa melakukan hal yang tidak kita suka? Tentu tidak ada rasa nyaman dan damai sejahtera. Bagaimana jika lebih dari pada itu, kita diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal yang tidak kita sukai dan sangat-sangat mempengaruhi reputasi? Wah, kalau bisa sih, berpikir masak-masak dahulu. Sudah tidak kita sukai, merugikan pula. Namun Maria tidak seperti itu. Saat malaikat Gabriel datang dan membawa berita mengejutkan, Maria tidak berpikir dua kali. Ia langsung mengatakan "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ayat 38). Maria menyadari bahwa ia hanyalah sarana yang dipakai Tuhan untuk sebuah rancangan keselamatan bagi dunia. Tentu dalam hal ini Maria paham akan segala resiko yang mungkin ia dapat, tetapi ia memilih untuk taat. Maria dengan yakin mengatakan “Ya!” atas panggilan hidup yang Tuhan tentukan baginya. Jawaban itu tentu bukan jawaban asal-asalan, tetapi jawaban penuh kepasrahan dan tanggung jawab. Bagaimana dengan kita semua? Apakah kita berani menjawab “Ya!” saat Tuhan menawarkan jalan hidup untuk melayani Dia? Siapkah kita untuk menjalani panggilan hidup kita untuk menjadi sarana pancaran kasih Allah pada dunia? Seperti halnya Maria, sekalipun banyak resiko dan tantangan, imanilah bahwa Tuhan sendiri yang akan memampukan kita. Jadi, apa jawab kita semua? Ya, Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Perbuatan Besar Sang Raja Damai (Lukas 1: 46-56)
“...karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku…” (Lukas 1:49)
Coba saudara sebutkan apa saja yang menjadi 7 keajaiban dunia. Pikiran kita akan langsung melayang pada bangunan-bangunan bersejarah yang bernuansa klasik dan megah. Belakangan juga Komodo menjadi bahan perbincangan karena keikutsertaannya dalam New 7 Wonders. Mengapa dikatakan ajaib? Karena begitu indah dan mengagumkan sehingga sulit dibuat pembandingnya. Namun Maria mengajarkan pada kita semua bahwa keajaiban itu bukanlah kreasi manusia semata, Tuhanlah yang terlebih dahulu memulainya! Maria sendiri menyebut dirinya berbahagia (ayat 48) oleh karena hal-hal ajaib yang terjadi di dalam kehidupannya. Ia melihat betapa rahmat Tuhan senantiasa menaungi orang yang takut akan Dia (ayat 50). Bahkan, dalam hal-hal kecil yang kadang tidak terekam oleh mata manusia, Tuhan telah memulai suatu pekerjaan yang luar biasa indahnya. Mari kita melihat sejenak kehidupan kita, berapa banyak keajaiban yang telah Tuhan percayakan kepada kita? Berapa banyak kita melihat diri kita sebagai bagian dari perbuatan besar yang Tuhan mulai dari hal-hal kecil? Oleh karena itu, patutlah kita bersyukur! Bukan hanya bersyukur, tetapi juga memuliakan Tuhan di dalam hidup kita seperti Maria. Perbuatan-perbuatan besar memang terlihat oleh mata, tetapi dalam hal-hal yang kita anggap sepele, yakinlah bahwa Tuhan senantiasa bekerja dan mempersiapkan hal-hal ajaib lainnya. Memuliakan Tuhan dalam hidup adalah kunci agar pekerjaan mulia yang Tuhan percayakan pada kita menjadi berkat pula bagi orang lain. Siapa tahu kitalah yang dipakai Tuhan dalam pekerjaan besarNya dan menjadi keajaiban bagi orang lain. Selamat memuliakan pekerjaan Tuhan yang ajaib! Magnificat! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Coba saudara sebutkan apa saja yang menjadi 7 keajaiban dunia. Pikiran kita akan langsung melayang pada bangunan-bangunan bersejarah yang bernuansa klasik dan megah. Belakangan juga Komodo menjadi bahan perbincangan karena keikutsertaannya dalam New 7 Wonders. Mengapa dikatakan ajaib? Karena begitu indah dan mengagumkan sehingga sulit dibuat pembandingnya. Namun Maria mengajarkan pada kita semua bahwa keajaiban itu bukanlah kreasi manusia semata, Tuhanlah yang terlebih dahulu memulainya! Maria sendiri menyebut dirinya berbahagia (ayat 48) oleh karena hal-hal ajaib yang terjadi di dalam kehidupannya. Ia melihat betapa rahmat Tuhan senantiasa menaungi orang yang takut akan Dia (ayat 50). Bahkan, dalam hal-hal kecil yang kadang tidak terekam oleh mata manusia, Tuhan telah memulai suatu pekerjaan yang luar biasa indahnya. Mari kita melihat sejenak kehidupan kita, berapa banyak keajaiban yang telah Tuhan percayakan kepada kita? Berapa banyak kita melihat diri kita sebagai bagian dari perbuatan besar yang Tuhan mulai dari hal-hal kecil? Oleh karena itu, patutlah kita bersyukur! Bukan hanya bersyukur, tetapi juga memuliakan Tuhan di dalam hidup kita seperti Maria. Perbuatan-perbuatan besar memang terlihat oleh mata, tetapi dalam hal-hal yang kita anggap sepele, yakinlah bahwa Tuhan senantiasa bekerja dan mempersiapkan hal-hal ajaib lainnya. Memuliakan Tuhan dalam hidup adalah kunci agar pekerjaan mulia yang Tuhan percayakan pada kita menjadi berkat pula bagi orang lain. Siapa tahu kitalah yang dipakai Tuhan dalam pekerjaan besarNya dan menjadi keajaiban bagi orang lain. Selamat memuliakan pekerjaan Tuhan yang ajaib! Magnificat! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Mempersiapkan Jalan (Yesaya 40: 1-11)
“Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN…“ (Yesaya 40:3)
Apa yang saudara lakukan jika tiba-tiba mendapat pemberitahuan bahwa Presiden Amerika, Barack Obama, akan berkunjung ke rumah saudara? Tentu saja akan menata rumah semaksimal mungkin sehingga tampak rapi. Jamuan makan pun akan dipersiapkan sedemikian rupa. Pokoknya, semua yang terbaik akan diusahakan demi menyambut tamu agung tersebut. Akan tetapi, bagaimana jika Tuhan yang akan datang? IA adalah Tamu paling Agung yang pernah ada! Yesaya 40:1-11 mengingatkan kita untuk mempersiapkan yang terbaik bagi kedatangan-Nya. Bahkan semua manusia nantinya akan bersama-sama melihat kemuliaanNya! (ayat 5). Apa saja “jalan” yang perlu dipersiapkan bagi kedatangan Tuhan? Tentu saja kehidupan pribadi kita sebagai orang-orang percaya. Kehidupan yang senantiasa memancarkan dan menyuarakan kasih Allah. Sebuah ajakan untuk menyerukan dengan kuat kedatangan Allah (ayat 9-10) menjadi ajakan bagi kita semua untuk juga bersama-sama mempersiapkan secara maksimal kedatangan Tuhan dalam hidup kita. Baiklah bila manusia mengingat-ingat kehidupannya. Manusia ibarat rumput yang rapuh dan mudah lenyap, tetapi Firman Allah adalah kekal adanya (ayat 6-8). Manusia harus benar-benar menyadari Siapa yang hendak datang dan Siapa yang akan mereka sambut. Tanyakan kepada diri kita masing-masing, apakah kita sudah maksimal dalam mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan? Sudahkah kita menyediakan sarana pancaran kasih Allah dengan baik, yaitu melalui diri kita sendiri? Serukanlah kedatangannya! Sambutlah IA dengan segala kerelaan kita untuk menjadi pancaran kasihNya bagi sesama. Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum
Apa yang saudara lakukan jika tiba-tiba mendapat pemberitahuan bahwa Presiden Amerika, Barack Obama, akan berkunjung ke rumah saudara? Tentu saja akan menata rumah semaksimal mungkin sehingga tampak rapi. Jamuan makan pun akan dipersiapkan sedemikian rupa. Pokoknya, semua yang terbaik akan diusahakan demi menyambut tamu agung tersebut. Akan tetapi, bagaimana jika Tuhan yang akan datang? IA adalah Tamu paling Agung yang pernah ada! Yesaya 40:1-11 mengingatkan kita untuk mempersiapkan yang terbaik bagi kedatangan-Nya. Bahkan semua manusia nantinya akan bersama-sama melihat kemuliaanNya! (ayat 5). Apa saja “jalan” yang perlu dipersiapkan bagi kedatangan Tuhan? Tentu saja kehidupan pribadi kita sebagai orang-orang percaya. Kehidupan yang senantiasa memancarkan dan menyuarakan kasih Allah. Sebuah ajakan untuk menyerukan dengan kuat kedatangan Allah (ayat 9-10) menjadi ajakan bagi kita semua untuk juga bersama-sama mempersiapkan secara maksimal kedatangan Tuhan dalam hidup kita. Baiklah bila manusia mengingat-ingat kehidupannya. Manusia ibarat rumput yang rapuh dan mudah lenyap, tetapi Firman Allah adalah kekal adanya (ayat 6-8). Manusia harus benar-benar menyadari Siapa yang hendak datang dan Siapa yang akan mereka sambut. Tanyakan kepada diri kita masing-masing, apakah kita sudah maksimal dalam mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan? Sudahkah kita menyediakan sarana pancaran kasih Allah dengan baik, yaitu melalui diri kita sendiri? Serukanlah kedatangannya! Sambutlah IA dengan segala kerelaan kita untuk menjadi pancaran kasihNya bagi sesama. Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum
Menantikan Pernyataan TUHAN (1 Korintus 1: 4-9)
“...kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan..” (1 Kor 1:7)
Pekerjaan apa yang bisa jadi sangat membosankan? Menunggu! Ada dalam suatu penantian adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Penantian juga membutuhkan perhatian yang tinggi serta kesabaran untuk berjumpa dengan apa yang dinanti. Penantian satu atau beberapa jam mungkin sudah membuat kita gelisah, apalagi penantian yang memakan waktu bertahun-tahun. Rasul Paulus mengingatkan lewat surat 1 Korintus 1:4-9 ini untuk tidak bosan menunggu penyataan Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan sendiri yang akan memperlengkapi kita dengan semua dengan limpahan kasih karunia-Nya (ayat 7). Bahkan Tuhan berjanji bahwa IA akan meneguhkan kita semua sampai pada kesudahannya nanti (ayat 8). Sementara menanti-nantikan hari penyataan Tuhan, manusia diperlengkapi dan diteguhkan dengan hal-hal yang membangun. Manusia tidak dibiarkan begitu saja dalam penantiannya. Ada hal-hal yang dijanjikan Tuhan untuk kita terima. Kunci dari semua itu adalah kesetiaan yang sudah dimulai oleh Allah (ayat 9). Jika sedemikian besar Allah menaruh setia-Nya kepada manusia, sudah sepantasnya pula kita juga berlaku setia. Penantian akan terwujudnya kemuliaan Allah akan menjadi berarti saat kita berlaku setia terhadap segala yang difirmankan-Nya. Tanpa kesetiaan, sia-sialah penantian kita! Tanpa kesetiaan, kita tidak akan pernah benar-benar menjadi pribadi yang senantiasa diperbaharui. Semua orang percaya mengalami penantian penyataan kuasa Tuhan Yesus. Jadi, setidaknya ada 3 resep dalam menantikan penyataan Tuhan tersebut: setia, setia, dan setia. Semoga kita senantiasa dimampukan menjadi pribadi yang setia. Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Pekerjaan apa yang bisa jadi sangat membosankan? Menunggu! Ada dalam suatu penantian adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Penantian juga membutuhkan perhatian yang tinggi serta kesabaran untuk berjumpa dengan apa yang dinanti. Penantian satu atau beberapa jam mungkin sudah membuat kita gelisah, apalagi penantian yang memakan waktu bertahun-tahun. Rasul Paulus mengingatkan lewat surat 1 Korintus 1:4-9 ini untuk tidak bosan menunggu penyataan Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan sendiri yang akan memperlengkapi kita dengan semua dengan limpahan kasih karunia-Nya (ayat 7). Bahkan Tuhan berjanji bahwa IA akan meneguhkan kita semua sampai pada kesudahannya nanti (ayat 8). Sementara menanti-nantikan hari penyataan Tuhan, manusia diperlengkapi dan diteguhkan dengan hal-hal yang membangun. Manusia tidak dibiarkan begitu saja dalam penantiannya. Ada hal-hal yang dijanjikan Tuhan untuk kita terima. Kunci dari semua itu adalah kesetiaan yang sudah dimulai oleh Allah (ayat 9). Jika sedemikian besar Allah menaruh setia-Nya kepada manusia, sudah sepantasnya pula kita juga berlaku setia. Penantian akan terwujudnya kemuliaan Allah akan menjadi berarti saat kita berlaku setia terhadap segala yang difirmankan-Nya. Tanpa kesetiaan, sia-sialah penantian kita! Tanpa kesetiaan, kita tidak akan pernah benar-benar menjadi pribadi yang senantiasa diperbaharui. Semua orang percaya mengalami penantian penyataan kuasa Tuhan Yesus. Jadi, setidaknya ada 3 resep dalam menantikan penyataan Tuhan tersebut: setia, setia, dan setia. Semoga kita senantiasa dimampukan menjadi pribadi yang setia. Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Penghakiman Terakhir (Matius 25: 31-46)
“…Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu…” (Matius 25: 34)
Siapa gerangan manusia yang senang bila dihakimi? Tentu tidak ada. Penghakiman adalah hal yang tidak mengenakkan dan menuntut suatu pertanggungjawaban. Akan tetapi lain persoalannya saat manusia harus menghadapi kenyataan bahwa pada hari akhir, Tuhan akan mengadakan pemisahan yang cukup tajam diantara para pengikut-Nya. Inilah yang akan kita jalani kelak: penghakiman terakhir. Kriteria sudah ditetapkan di perikop Matius 25:31-46 ini. Mereka yang melayani sesama yang paling hina adalah mereka yang akan ditempatkan di sisi kanan Allah (ayat 34). Sebaliknya, mereka yang berada di sebelah kiri tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (ayat 41). Tuhan sendiri yang berperan sebagai hakim. Dengan tegas Ia firmankan bahwa apa yang kita lakukan bagi saudara-saudara kita menentukan bagaimana proses pertanggungjawaban kita saat penghakiman terakhir itu tiba. Apakah kita sebagai orang percaya sudah siap dalam menghadapi penghakiman terakhir itu? Apakah kita sudah benar-benar melakukan kebaikan dengan sepenuh hati kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan kita? Jangan-jangan kita masih berpikir bahwa melayani Tuhan hanya bisa dilakukan di ibadah gereja! Bukan begitu saudaraku, justru apa yang kita lakukan bagi orang-orang yang lemah, kita melakukan hal itu juga untuk kemuliaan Allah. Bersiaplah menjelang penghakiman terakhir yang kita tidak tahu waktunya. Berjagalah dan senantiasa menebar kebaikan tanpa pandang bulu, sehingga kita dimampukan untuk mempertanggungjawabkan perwujudan iman pada penghakiman terakhir oleh Sang Hakim Agung. Iman yang tidak diwujudkan pada hakekatnya adalah sia-sia belaka. Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Siapa gerangan manusia yang senang bila dihakimi? Tentu tidak ada. Penghakiman adalah hal yang tidak mengenakkan dan menuntut suatu pertanggungjawaban. Akan tetapi lain persoalannya saat manusia harus menghadapi kenyataan bahwa pada hari akhir, Tuhan akan mengadakan pemisahan yang cukup tajam diantara para pengikut-Nya. Inilah yang akan kita jalani kelak: penghakiman terakhir. Kriteria sudah ditetapkan di perikop Matius 25:31-46 ini. Mereka yang melayani sesama yang paling hina adalah mereka yang akan ditempatkan di sisi kanan Allah (ayat 34). Sebaliknya, mereka yang berada di sebelah kiri tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (ayat 41). Tuhan sendiri yang berperan sebagai hakim. Dengan tegas Ia firmankan bahwa apa yang kita lakukan bagi saudara-saudara kita menentukan bagaimana proses pertanggungjawaban kita saat penghakiman terakhir itu tiba. Apakah kita sebagai orang percaya sudah siap dalam menghadapi penghakiman terakhir itu? Apakah kita sudah benar-benar melakukan kebaikan dengan sepenuh hati kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan kita? Jangan-jangan kita masih berpikir bahwa melayani Tuhan hanya bisa dilakukan di ibadah gereja! Bukan begitu saudaraku, justru apa yang kita lakukan bagi orang-orang yang lemah, kita melakukan hal itu juga untuk kemuliaan Allah. Bersiaplah menjelang penghakiman terakhir yang kita tidak tahu waktunya. Berjagalah dan senantiasa menebar kebaikan tanpa pandang bulu, sehingga kita dimampukan untuk mempertanggungjawabkan perwujudan iman pada penghakiman terakhir oleh Sang Hakim Agung. Iman yang tidak diwujudkan pada hakekatnya adalah sia-sia belaka. Amin! Oleh : Wuri Ajeng Septaningrum.
Menghitung Hari (Mazmur 90)
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun…” (Mazmur 90 : 10)
Kehidupan memang suatu misteri yang tak ada habisnya untuk dicari. Peristiwa lahir-hidup-bahagia-sengsara-mati hampir-hampir tak ada yang bisa memastikan dengan tepat. Hari-hari yang telah lewat membuktikan semua itu, saat manusia tidak bisa melihat apa yang akan terjadi di waktu-waktu selanjutnya, 1 detik pun tidak. Pemazmur dalam Mazmur 90 ini sangat menyadari proses tersebut. Baginya, kehidupan manusia hanyalah sebagian kecil yang ada dalam lingkupan kuasa Allah. Hidup manusia pun adalah hari-hari yang singkat, orang Jawa menyebutnya sebagai urip mung mampir ngombe (hidup itu sesingkat mampir untuk minum). Pemazmur menyadari benar bahwa manusia bukan apa-apa dibandingkan dengan Allah. Berapa lama anda ingin hidup di dunia ini? Chairil Anwar, seorang penyair pernah mengungkapkan demikian, “Aku ingin hidup seribu tahun lagi..”. Namun persoalannya, untuk apa hidup selama itu? Bukankah semua manusia pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini dan semua yang sudah dicapai di dunia? Pemazmur mengajarkan untuk senantiasa menghitung hari-hari (ayat 12) supaya manusia menjadi bijaksana, bukan malah semakin jumawa. Dengan menghitung hari-hari pemberian tersebut, manusia bisa melihat ke belakang dan menemukan berapa banyak waktu hidup yang telah dijalani dengan bijaksana serta membawa berkat bagi orang lain. Maka, pergunakanlah hari-hari sisa hidup kita dengan bijaksana. Jika kiranya tujuh puluh tahun sudah Tuhan percayakan kepada kita, siapa tahu Tuhan akan mempercayakan sepuluh tahun lagi untuk dijalani dengan bijaksana dan membawa berkat bagi banyak orang. Siapkah kita mempertanggung jawabkan hidup dan menjadi bijaksana? Amin! Oleh: Wuri Ajeng Septaningrum.
Kehidupan memang suatu misteri yang tak ada habisnya untuk dicari. Peristiwa lahir-hidup-bahagia-sengsara-mati hampir-hampir tak ada yang bisa memastikan dengan tepat. Hari-hari yang telah lewat membuktikan semua itu, saat manusia tidak bisa melihat apa yang akan terjadi di waktu-waktu selanjutnya, 1 detik pun tidak. Pemazmur dalam Mazmur 90 ini sangat menyadari proses tersebut. Baginya, kehidupan manusia hanyalah sebagian kecil yang ada dalam lingkupan kuasa Allah. Hidup manusia pun adalah hari-hari yang singkat, orang Jawa menyebutnya sebagai urip mung mampir ngombe (hidup itu sesingkat mampir untuk minum). Pemazmur menyadari benar bahwa manusia bukan apa-apa dibandingkan dengan Allah. Berapa lama anda ingin hidup di dunia ini? Chairil Anwar, seorang penyair pernah mengungkapkan demikian, “Aku ingin hidup seribu tahun lagi..”. Namun persoalannya, untuk apa hidup selama itu? Bukankah semua manusia pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini dan semua yang sudah dicapai di dunia? Pemazmur mengajarkan untuk senantiasa menghitung hari-hari (ayat 12) supaya manusia menjadi bijaksana, bukan malah semakin jumawa. Dengan menghitung hari-hari pemberian tersebut, manusia bisa melihat ke belakang dan menemukan berapa banyak waktu hidup yang telah dijalani dengan bijaksana serta membawa berkat bagi orang lain. Maka, pergunakanlah hari-hari sisa hidup kita dengan bijaksana. Jika kiranya tujuh puluh tahun sudah Tuhan percayakan kepada kita, siapa tahu Tuhan akan mempercayakan sepuluh tahun lagi untuk dijalani dengan bijaksana dan membawa berkat bagi banyak orang. Siapkah kita mempertanggung jawabkan hidup dan menjadi bijaksana? Amin! Oleh: Wuri Ajeng Septaningrum.
Menyambut Hari TUHAN (Amos 5: 18-20)
“ …, Apakah gunanya hari Tuhan itu bagimu? ...” (Amos 5 : 18)
Masuk surga dan menjalani kehidupan kekal bersama Tuhan adalah impian setiap orang percaya. Bahkan harapan semacam inilah yang mendorong orang Kristen untuk hidup seturut dengan Firman-Nya dan mengusahakan diri untuk tetap setia. Kedatangan Kristus yang kedua kalinya pun menjadi suatu idam-idaman yang senantiasa diharapkan supaya penderitaan duniawi lekas hilang dan berganti dengan sukacita sorgawi. Namun, apa yang dinubuatkan Amos tentang Hari Tuhan itu? Alih-alih menyenangkan, Hari Tuhan adalah hari yang membawa kegentaran! Tidak ada satu pun yang luput dari penghakiman yang diselenggarakan Allah pada hari itu. Semua orang percaya mengamini bahwa Tuhan akan memisahkan mana orang-orang yang berhak mendapatkan kemuliaan di kehidupan kekal dan mana orang-orang yang akan mendapatkan tempat di kematian kekal. Pada saat itu terjadi, di manakah posisi kita? Tidak ada seorangpun tahu kapan Hari Tuhan akan datang. Manusia boleh meramalkan dengan angka-angka dan tanda-tanda, tetapi tetap saja Hari Tuhan adalah misteri adanya. Manusia hanya dapat mengandalkan hikmat sebagai sarana pemeliharaan iman dalam rangka mempersiapkan diri menyambut Hari Tuhan itu. Dengan memiliki hikmat, maka kehidupan orang percaya akan senantiasa diteguhkan, terlebih dipersiapkan untuk menyongsong Hari Tuhan dan penghakiman yang akan dialami oleh semua manusia. Tidak perlu memusingkan ramalan, angka-angka dan berbagai prediksi yang dibuat oleh manusia. Pikirkanlah dengan sungguh bagaimana supaya kelak kita bisa mempertanggungjawabkan iman kita kepada Tuhan. Jadi, apa gunanya hari TUHAN itu? Tidak lain adalah sebagai sarana untuk senantiasa mengingatkan orang percaya agar memiliki hikmat. Selamat berhikmat, selamat berproses dalam mempertanggungjawabkan iman. Amin! Oleh: Wuri Ajeng Septaningrum.
Masuk surga dan menjalani kehidupan kekal bersama Tuhan adalah impian setiap orang percaya. Bahkan harapan semacam inilah yang mendorong orang Kristen untuk hidup seturut dengan Firman-Nya dan mengusahakan diri untuk tetap setia. Kedatangan Kristus yang kedua kalinya pun menjadi suatu idam-idaman yang senantiasa diharapkan supaya penderitaan duniawi lekas hilang dan berganti dengan sukacita sorgawi. Namun, apa yang dinubuatkan Amos tentang Hari Tuhan itu? Alih-alih menyenangkan, Hari Tuhan adalah hari yang membawa kegentaran! Tidak ada satu pun yang luput dari penghakiman yang diselenggarakan Allah pada hari itu. Semua orang percaya mengamini bahwa Tuhan akan memisahkan mana orang-orang yang berhak mendapatkan kemuliaan di kehidupan kekal dan mana orang-orang yang akan mendapatkan tempat di kematian kekal. Pada saat itu terjadi, di manakah posisi kita? Tidak ada seorangpun tahu kapan Hari Tuhan akan datang. Manusia boleh meramalkan dengan angka-angka dan tanda-tanda, tetapi tetap saja Hari Tuhan adalah misteri adanya. Manusia hanya dapat mengandalkan hikmat sebagai sarana pemeliharaan iman dalam rangka mempersiapkan diri menyambut Hari Tuhan itu. Dengan memiliki hikmat, maka kehidupan orang percaya akan senantiasa diteguhkan, terlebih dipersiapkan untuk menyongsong Hari Tuhan dan penghakiman yang akan dialami oleh semua manusia. Tidak perlu memusingkan ramalan, angka-angka dan berbagai prediksi yang dibuat oleh manusia. Pikirkanlah dengan sungguh bagaimana supaya kelak kita bisa mempertanggungjawabkan iman kita kepada Tuhan. Jadi, apa gunanya hari TUHAN itu? Tidak lain adalah sebagai sarana untuk senantiasa mengingatkan orang percaya agar memiliki hikmat. Selamat berhikmat, selamat berproses dalam mempertanggungjawabkan iman. Amin! Oleh: Wuri Ajeng Septaningrum.
Keluarga Pemimpin Sejati (Matius 23: 1-12)
“ … tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya ...” (Mat.23: 2,3)
Di perjalanan MPHB (Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga) kita belakangan ini, khususnya di tiap doa keluarga, juga khususnya saling sharing, bersama belajar di Pendalaman atau pemahaman Alkitab (PA) tiap keluarga juga kelompok kecil yang beberapa kali sudah kita lakukan, sudahkah hati kita “dibongkar”Nya? Maksudnya, diubah dan dipulihkan dari dalam hati menjadi lebih baik. Lebih saling mengerti satu dengan yang lain. Lebih peduli antar anggota keluarga. Lebih mau mengasihi dengan melayani dan menjadi keluarga yang benar-benar tulus mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan Allah. Ketika kita dan keluarga kita berhasil terus setia mempersembahkan yang terbaik. Maka itu akan terwujud bagi lingkungan lebih luas, bagi gereja, sesama, bangsa negara dan kehidupan. Peduli kepada penderitaan tetangga juga sesama, mau tulus mengasihi mereka yang membutuhkan, menolong yang perlu pertolongan, membantu yang perlu dibantu, melakukan yang baik dan benar dalam kehidupan masyarakat dan tidak pernah lelah menempatkan kepentingan bersama jauh lebih utama dari kepentingannya sendiri. Keluarga yang mengkondisikan lahirnya pemimpin. Dan Tuhan Yesus Kristus “membongkar” topeng kebohongan mereka (kaum Farisi dan Ahli Taurat) yang menganggap dirinya pemimpin, padahal sama sekali tidak. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang takut akan Tuhan dan memberlakukan FirmanNya. Sehingga terbiasa melakukan apa yang dikatakan dan diajarkannya (baca lagi ayat 3). Tidak hanya pandai mengikat beban-beban aturan, peraturan dan hukum lalu menaruh semua beban itu di pundak orang lain, tetapi tidak untuk dirinya (baca juga ayat 4). Pemimpin sejati adalah pemimpin yang memberi perintah, dan ketika perintah itu dilakukan maka orang yang melakukannya tidak merasa dipaksa atau terpaksa. Pemimpin yang rendah hati walau hingga berjabatan tinggi. Pemimpin yang selalu memperhatikan kepentingan orang lain dan orang banyak. Pemimpin yang melayani (baca ulang ayat 5-12). Pemimpin yang roh kepemimpinannya adalah benar-benar Roh Mengasihi. Mari kita hidup nyata menjadi komunitas atau khususnya keluarga yang berkecenderungan menjadi tempat asal lahirnya pemimpin-pemimpin seperi itu. Keluarga pemimpin sejati! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Di perjalanan MPHB (Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga) kita belakangan ini, khususnya di tiap doa keluarga, juga khususnya saling sharing, bersama belajar di Pendalaman atau pemahaman Alkitab (PA) tiap keluarga juga kelompok kecil yang beberapa kali sudah kita lakukan, sudahkah hati kita “dibongkar”Nya? Maksudnya, diubah dan dipulihkan dari dalam hati menjadi lebih baik. Lebih saling mengerti satu dengan yang lain. Lebih peduli antar anggota keluarga. Lebih mau mengasihi dengan melayani dan menjadi keluarga yang benar-benar tulus mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan Allah. Ketika kita dan keluarga kita berhasil terus setia mempersembahkan yang terbaik. Maka itu akan terwujud bagi lingkungan lebih luas, bagi gereja, sesama, bangsa negara dan kehidupan. Peduli kepada penderitaan tetangga juga sesama, mau tulus mengasihi mereka yang membutuhkan, menolong yang perlu pertolongan, membantu yang perlu dibantu, melakukan yang baik dan benar dalam kehidupan masyarakat dan tidak pernah lelah menempatkan kepentingan bersama jauh lebih utama dari kepentingannya sendiri. Keluarga yang mengkondisikan lahirnya pemimpin. Dan Tuhan Yesus Kristus “membongkar” topeng kebohongan mereka (kaum Farisi dan Ahli Taurat) yang menganggap dirinya pemimpin, padahal sama sekali tidak. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang takut akan Tuhan dan memberlakukan FirmanNya. Sehingga terbiasa melakukan apa yang dikatakan dan diajarkannya (baca lagi ayat 3). Tidak hanya pandai mengikat beban-beban aturan, peraturan dan hukum lalu menaruh semua beban itu di pundak orang lain, tetapi tidak untuk dirinya (baca juga ayat 4). Pemimpin sejati adalah pemimpin yang memberi perintah, dan ketika perintah itu dilakukan maka orang yang melakukannya tidak merasa dipaksa atau terpaksa. Pemimpin yang rendah hati walau hingga berjabatan tinggi. Pemimpin yang selalu memperhatikan kepentingan orang lain dan orang banyak. Pemimpin yang melayani (baca ulang ayat 5-12). Pemimpin yang roh kepemimpinannya adalah benar-benar Roh Mengasihi. Mari kita hidup nyata menjadi komunitas atau khususnya keluarga yang berkecenderungan menjadi tempat asal lahirnya pemimpin-pemimpin seperi itu. Keluarga pemimpin sejati! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Keluarga Siang dan Malam (Mazmur 1)
“ … yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam ...” (Mazmur 1 : 2)
Anda ingin berbahagia? Terlebih, rindu sekali keluargamu hidup bahagia? Jawaban telak kita dapati di bagian awal Kitab Mazmur: Hiduplah dalam FirmanNya, siang dan malam! “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat (Firman) Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”(ayat1-2). Mari kita dan keluarga kita melakukan itu. Ya, ungkapan “siang dan malam” menunjukkan kepenuhan hari yang kita jalani. Tiap hari, di semua hari. Kapan, di mana dan bagaimanapun mari jadi pribadi dan keluarga yang menyukai FirmanNya, merenungkan Ajaran Allah dan sungguh berjuang melakukan segala sesuatu RencananNya berlaku di dalam dan melalui kita. Sehingga di tantangan bahkan tantangan pergumulan zaman yang kian berat di “siang” dan jahat di “malam” . Kita bisa semakin menjadi “pohon yang ditanam yang di tanam di tepi aliran air” -karena air sering digunakan sebagai lambang Roh Allah- bertumbuh dengan akar-akar di dalam realitas kasih Abadi, bukan realitas ketakutan. Tiap kita selalu memiliki vitalitas iman, tidak akan layu dalam pengharapan, selalu berbuah-buah Kasih yang manis (bacalagi ayat 3). Sekali lagi di bagian penutup perikop kali ini, pemazmur menegaskan ulang. Bagi yang berjuang menjauhi kefasikan dan memberlakukan hidup benar, ada jaminan Tuhan bahwa apa saja yang kita dan keluarga kita lakukan akan berhasil. Siang dan malam! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Anda ingin berbahagia? Terlebih, rindu sekali keluargamu hidup bahagia? Jawaban telak kita dapati di bagian awal Kitab Mazmur: Hiduplah dalam FirmanNya, siang dan malam! “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat (Firman) Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”(ayat1-2). Mari kita dan keluarga kita melakukan itu. Ya, ungkapan “siang dan malam” menunjukkan kepenuhan hari yang kita jalani. Tiap hari, di semua hari. Kapan, di mana dan bagaimanapun mari jadi pribadi dan keluarga yang menyukai FirmanNya, merenungkan Ajaran Allah dan sungguh berjuang melakukan segala sesuatu RencananNya berlaku di dalam dan melalui kita. Sehingga di tantangan bahkan tantangan pergumulan zaman yang kian berat di “siang” dan jahat di “malam” . Kita bisa semakin menjadi “pohon yang ditanam yang di tanam di tepi aliran air” -karena air sering digunakan sebagai lambang Roh Allah- bertumbuh dengan akar-akar di dalam realitas kasih Abadi, bukan realitas ketakutan. Tiap kita selalu memiliki vitalitas iman, tidak akan layu dalam pengharapan, selalu berbuah-buah Kasih yang manis (bacalagi ayat 3). Sekali lagi di bagian penutup perikop kali ini, pemazmur menegaskan ulang. Bagi yang berjuang menjauhi kefasikan dan memberlakukan hidup benar, ada jaminan Tuhan bahwa apa saja yang kita dan keluarga kita lakukan akan berhasil. Siang dan malam! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Keluarga yang Dipakai-NYA (Yesaya 45: 1-8)
“… bahwa Akulah TUHAN … yang memanggil engkau dengan namamu”. (Yesaya 45 : 3)
"Akulah Tuhan, tidak ada yang lain." Ini adalah kalimat yang berulang kali ditegaskan dalam bagian ini (baca lagi ayat 5 & 6). Umat Tuhan termasuk kita sekalian, sesungguhnya diingatkan bahwa hanya Kasih Tuhan yang dapat menciptakan keadilan. Untuk mewujudkan keadilan itu, Allah berkenan mengurapi Koresy yang walaupun bukan seorang Yahudi (Raja Persia yang menaklukkan Kerajaan Babilonia), dan tidak mengenal-Nya, namun Allah memakainya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dijadikan alat dalam Tangan Tuhan. Melalui Koresy, Allah melakukan tindakan pembebasan terhadap umat-Nya dari tekanan bangsa-bangsa lain. Mendemonstrasikan kedaulatan-Nya. "Dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, tidak ada yang lain di luar Aku." Melalui tindakan penyelamatan yang Allah kerjakan ini, bangsa-bangsa lain di luar Israel menyadari dan mengakui Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dari dulu sampai sekarang, tindakan penyelamatanNya itu ditujukan kepada semua bangsa, semua orang. Gerejalah kini pengemban kehendak Allah itu. Dan kembali kita diingatkan, sel terkecil dari GerejaNya adalah: Keluarga. Keluarga kita masing-masing dan keluarga besar Jemaat GKJ Nehemia dengan semua simpatisan. Apakah Allah sudah dan sedang “campur tangan” terlibat di semua perkara kehidupan keluarga kita. Mari jadi keluarga yang mau mendirikan bangunan Rancang Penyelamatan Tuhan. Keluarga yang mampu bertahan dalam iman percaya, setia taat melakukan perintah Firmannya. Keluarga yang selalu mempersilakan Tuhan memberkati dan menyalurkan berkat-berkatNya bagi semua orang, siapapun walau bagaimanapun. Sungguh-sungguh menjadikan kita sebagai alat penyebar Kasih dan Damai yang tidak pernah habis di bumi. Keluarga yang senantiasa dipakaiNya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
"Akulah Tuhan, tidak ada yang lain." Ini adalah kalimat yang berulang kali ditegaskan dalam bagian ini (baca lagi ayat 5 & 6). Umat Tuhan termasuk kita sekalian, sesungguhnya diingatkan bahwa hanya Kasih Tuhan yang dapat menciptakan keadilan. Untuk mewujudkan keadilan itu, Allah berkenan mengurapi Koresy yang walaupun bukan seorang Yahudi (Raja Persia yang menaklukkan Kerajaan Babilonia), dan tidak mengenal-Nya, namun Allah memakainya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dijadikan alat dalam Tangan Tuhan. Melalui Koresy, Allah melakukan tindakan pembebasan terhadap umat-Nya dari tekanan bangsa-bangsa lain. Mendemonstrasikan kedaulatan-Nya. "Dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, tidak ada yang lain di luar Aku." Melalui tindakan penyelamatan yang Allah kerjakan ini, bangsa-bangsa lain di luar Israel menyadari dan mengakui Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dari dulu sampai sekarang, tindakan penyelamatanNya itu ditujukan kepada semua bangsa, semua orang. Gerejalah kini pengemban kehendak Allah itu. Dan kembali kita diingatkan, sel terkecil dari GerejaNya adalah: Keluarga. Keluarga kita masing-masing dan keluarga besar Jemaat GKJ Nehemia dengan semua simpatisan. Apakah Allah sudah dan sedang “campur tangan” terlibat di semua perkara kehidupan keluarga kita. Mari jadi keluarga yang mau mendirikan bangunan Rancang Penyelamatan Tuhan. Keluarga yang mampu bertahan dalam iman percaya, setia taat melakukan perintah Firmannya. Keluarga yang selalu mempersilakan Tuhan memberkati dan menyalurkan berkat-berkatNya bagi semua orang, siapapun walau bagaimanapun. Sungguh-sungguh menjadikan kita sebagai alat penyebar Kasih dan Damai yang tidak pernah habis di bumi. Keluarga yang senantiasa dipakaiNya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Keluarga Kebaikan (Filipi 4: 1-9)
"Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat …" (Filipi 4 : 5)
Maksud judul refleksi kali ini “Keluarga Kebaikan” tentu bukan artinya “Keluarga yang terlalu baik”. Tetapi lebih sebuah penggugahan bagi rasional khususnya iman kita untuk berjuang memberlakukan lebih banyak kebaikan, di dan dari keluarga. Selalu memulai dari keluarga. Tuhan Yesus Kristus sendiri memulai tanda karya mujizatnya pertama kali adalah di keluarga (air jadi anggur pada pernikahan di Kana). Dan Rasul Paulus menegaskan ulang hal tersebut kepada “keluarga besar” jemaat di konteks kota Filipi. Betapa pentingnya untuk bersehati sepikir. Dengan orang-orang yang terdekat di kehidupan sehari-hari kita. Yang merupakan persekutuan, kebersamaan dan saling melayani dari hati limpah Kasih sukacita! (baca kembali ayat pertama, Filipi 4: 1). Hanya dengan formula inilah membuat tiap kita, yang pastinya anggota dari satu keluarga, benar-benar teguh bertahan di zaman kian berat dan jahat sekarang ini! Malahan akan bisa terus bertumbuh, tidak berhenti melakukan banyak kebaikan hati, yang langsung tidak langsung pasti akan diketahui lebih banyak orang (ayat 5). Jadi keluarga yang rajin mendoakan, lebih peduli, sedia mengampuni, sering memberi pujian juga semangat, menjadi teladan kebenaran kebaikan, dengan tetap rendah hati dan makin senang jika bisa melakukan yang baik, tulus menolong, membantu dan melayani sesama. Pertumbuhan iman kepada Allah sudah seharusnya bertumbuh di keluarga. Bunga-bunga spiritual dalam Kristus sebaiknya bermekaran dalam keluarga. Apa yang telah keluarga kita pelajari, terima, dengar dan lihat, mari sekarang dilakukan! (ayat 8-9). Sehingga buah-buah percaya dalam Kuasa Roh Keluarga Kerajaan Allah benar-benar berwujud: Perbuatan-perbuatan yang baik bagi sesama di dunia. Oleh sel terkecil dari GerejaNya yakni keluarga. Keluarga yang memancarkan kebaikan bagi semua orang. Keluarga kebaikan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Maksud judul refleksi kali ini “Keluarga Kebaikan” tentu bukan artinya “Keluarga yang terlalu baik”. Tetapi lebih sebuah penggugahan bagi rasional khususnya iman kita untuk berjuang memberlakukan lebih banyak kebaikan, di dan dari keluarga. Selalu memulai dari keluarga. Tuhan Yesus Kristus sendiri memulai tanda karya mujizatnya pertama kali adalah di keluarga (air jadi anggur pada pernikahan di Kana). Dan Rasul Paulus menegaskan ulang hal tersebut kepada “keluarga besar” jemaat di konteks kota Filipi. Betapa pentingnya untuk bersehati sepikir. Dengan orang-orang yang terdekat di kehidupan sehari-hari kita. Yang merupakan persekutuan, kebersamaan dan saling melayani dari hati limpah Kasih sukacita! (baca kembali ayat pertama, Filipi 4: 1). Hanya dengan formula inilah membuat tiap kita, yang pastinya anggota dari satu keluarga, benar-benar teguh bertahan di zaman kian berat dan jahat sekarang ini! Malahan akan bisa terus bertumbuh, tidak berhenti melakukan banyak kebaikan hati, yang langsung tidak langsung pasti akan diketahui lebih banyak orang (ayat 5). Jadi keluarga yang rajin mendoakan, lebih peduli, sedia mengampuni, sering memberi pujian juga semangat, menjadi teladan kebenaran kebaikan, dengan tetap rendah hati dan makin senang jika bisa melakukan yang baik, tulus menolong, membantu dan melayani sesama. Pertumbuhan iman kepada Allah sudah seharusnya bertumbuh di keluarga. Bunga-bunga spiritual dalam Kristus sebaiknya bermekaran dalam keluarga. Apa yang telah keluarga kita pelajari, terima, dengar dan lihat, mari sekarang dilakukan! (ayat 8-9). Sehingga buah-buah percaya dalam Kuasa Roh Keluarga Kerajaan Allah benar-benar berwujud: Perbuatan-perbuatan yang baik bagi sesama di dunia. Oleh sel terkecil dari GerejaNya yakni keluarga. Keluarga yang memancarkan kebaikan bagi semua orang. Keluarga kebaikan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Batu Penjuru (Matius 21: 33-46)
"Kata Yesus kepada mereka : “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab suci : Batu yang …" (Matius 21 : 42)
Bom yang meledak Minggu lalu (25 September 2011) di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunten, Solo – Jawa Tengah. Yang mengakibatkan 1 (satu) korban tewas yakni si pelaku bom bunuh diri. Sedangkan korban dari pihak GBIS tercatat 22 orang jemaat, baik dirawat jalan maupun harus mendapat perawatan serius RS. Dr. Oen dan RS. Brayat Minolyo, Solo. Menurut informasi di beberapa media rupanya sangat murah. Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas menjelaskan untuk membuat satu unit bom di GBIS Solo, karena daya ledak bom tersebut tergolong kecil, “Hanya 200 ribu sudah jadi!” Kejahatan menyakiti dan membunuh semakin murah dan gampang saja! Ini sangat mengena dengan perikop kita kali ini. Kental refleksinya saat menelusuri Perumpamaan Penggarap-penggarap Kebun Anggur. Bahwa penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hamba tuan pemilik tanah itu: Mereka memukul, membunuh, dan melempari dengan batu. Akhirnya si tuan menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi mereka menangkapnya juga dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. (baca lagi ayat 35-39). Bangsa Israel menolak Mesias dan kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Kerajaan Allah dan kuasa-Nya diberikan kepada orang lain, kepada mereka yang menerima Injil, baik orang Yahudi atau bukan. Prinsip ini masih berlaku bagi kita semua hingga kini. Bagi siapapun yang beriman setia dalam tubuh dan darah Kristus. Inilah sesungguhnya yang dimaksud Tuhan Yesus Kristus untuk kita lakukan dengan firmanNya di ayat 42,”.. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Bom yang meledak Minggu lalu (25 September 2011) di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunten, Solo – Jawa Tengah. Yang mengakibatkan 1 (satu) korban tewas yakni si pelaku bom bunuh diri. Sedangkan korban dari pihak GBIS tercatat 22 orang jemaat, baik dirawat jalan maupun harus mendapat perawatan serius RS. Dr. Oen dan RS. Brayat Minolyo, Solo. Menurut informasi di beberapa media rupanya sangat murah. Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas menjelaskan untuk membuat satu unit bom di GBIS Solo, karena daya ledak bom tersebut tergolong kecil, “Hanya 200 ribu sudah jadi!” Kejahatan menyakiti dan membunuh semakin murah dan gampang saja! Ini sangat mengena dengan perikop kita kali ini. Kental refleksinya saat menelusuri Perumpamaan Penggarap-penggarap Kebun Anggur. Bahwa penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hamba tuan pemilik tanah itu: Mereka memukul, membunuh, dan melempari dengan batu. Akhirnya si tuan menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi mereka menangkapnya juga dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. (baca lagi ayat 35-39). Bangsa Israel menolak Mesias dan kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Kerajaan Allah dan kuasa-Nya diberikan kepada orang lain, kepada mereka yang menerima Injil, baik orang Yahudi atau bukan. Prinsip ini masih berlaku bagi kita semua hingga kini. Bagi siapapun yang beriman setia dalam tubuh dan darah Kristus. Inilah sesungguhnya yang dimaksud Tuhan Yesus Kristus untuk kita lakukan dengan firmanNya di ayat 42,”.. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Kebenaran dan Keselamatan (Mazmur : 25)
"Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu …" (Mazmur 25 : 5)
Tahukah anda bahwa Mazmur secara keseluruhan adalah kitab terpanjang di dalam Alkitab? Juga berisi pasal yang terpanjang (Mazmur 119: 1-176). Juga pasal terpendek (Mazmur 117: 1-2). Dan memiliki ayat tengah yakni Mazmur 118: 8. Yang menarik lainnya dari Kitab Mazmur misalnya istilah “Haleluya” (“Pujilah Tuhan”) sebagai istilah atau ungkap yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, 28 kali digunakan dalam Alkitab dan 24 di antaranya ada dalam Mazmur. Belum lagi menjadi Kitab di dalam Perjanjian Lama (PL) yang paling digemari karena sifat kerohaniannya yang sangat mendalam dan luas. Tidak ada kitab lain di dalam Akitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungannya dengan Allah dan juga kehidupan. Mengalir indah dengan ciri sastra yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralisme. Mencakup irama hati juga pemikiran, tidak sekadar irama sajak. Berisi nyanyian pujian dan penyembahan pengabdian kepada Allah yang mengalir dari gunung-gunung tertinggi kehidupan. Dan seruan-seruan keputusasaan yang terangkat dari lembah-lembah hati terdalam pemazmur seperti di Pasal 25 ini. Firman berbentuk doa mohon ampun dan sekaligus perlindunganNya. Mengingatkan juga menegaskan kembali bahwa: Allah selalu menjamin Kebenaran akan sabdaNya dan menjamin Keselamatan kita selalu. Ada Keselamatan karena Kasih bagi yang mau rendah hati (ayat 9). Kebenaran jalanNya ditunjukkan dan berlaku hanya bagi mereka yang mau takut -menyembah mengabdi tadi- (ayat 12). Oleh karenanya mari saudara-saudara, kita bersama mau lebih belajar juga berujar di hati, melakukan tindakan nyata seperti ungkap pemazmur di ayat 5, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Tahukah anda bahwa Mazmur secara keseluruhan adalah kitab terpanjang di dalam Alkitab? Juga berisi pasal yang terpanjang (Mazmur 119: 1-176). Juga pasal terpendek (Mazmur 117: 1-2). Dan memiliki ayat tengah yakni Mazmur 118: 8. Yang menarik lainnya dari Kitab Mazmur misalnya istilah “Haleluya” (“Pujilah Tuhan”) sebagai istilah atau ungkap yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, 28 kali digunakan dalam Alkitab dan 24 di antaranya ada dalam Mazmur. Belum lagi menjadi Kitab di dalam Perjanjian Lama (PL) yang paling digemari karena sifat kerohaniannya yang sangat mendalam dan luas. Tidak ada kitab lain di dalam Akitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungannya dengan Allah dan juga kehidupan. Mengalir indah dengan ciri sastra yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralisme. Mencakup irama hati juga pemikiran, tidak sekadar irama sajak. Berisi nyanyian pujian dan penyembahan pengabdian kepada Allah yang mengalir dari gunung-gunung tertinggi kehidupan. Dan seruan-seruan keputusasaan yang terangkat dari lembah-lembah hati terdalam pemazmur seperti di Pasal 25 ini. Firman berbentuk doa mohon ampun dan sekaligus perlindunganNya. Mengingatkan juga menegaskan kembali bahwa: Allah selalu menjamin Kebenaran akan sabdaNya dan menjamin Keselamatan kita selalu. Ada Keselamatan karena Kasih bagi yang mau rendah hati (ayat 9). Kebenaran jalanNya ditunjukkan dan berlaku hanya bagi mereka yang mau takut -menyembah mengabdi tadi- (ayat 12). Oleh karenanya mari saudara-saudara, kita bersama mau lebih belajar juga berujar di hati, melakukan tindakan nyata seperti ungkap pemazmur di ayat 5, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Iri Hatikah Aku? (Matius 20: 1-16)
"Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?…"(Matius 20 : 15b)
Kisah tentang Kerajaan Sorga ini sangatlah indah!. Diperumpamakan seperti seorang tuan yang sejak pagi-pagi benar keluar rumah mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Dengan bayaran: sedinar sehari. Singkatnya, ada beberapa rombongan pekerja yang dipanggil dan mulai bekerja dengan waktu berbeda. Ada yang pagi sekali, lalu ada yang pukul 9 (sembilan pagi), kemudian pukul 12 ada, ada lagi pukul 15 (tiga sore) dan terakhir bahkan baru dipanggil dan bekerja pukul 17 (lima sore). Ketika tiba waktu pembayaran upah kerja, giliran dilakukan terbalik, rombongan pekerja yang masuk terakhir lebih dulu menerima Namun masalah timbul ketika jumlah upah yang tiap pekerja terima, semua sama, satu dinar. Para pekerja yang masuk terdahulu mengira akan mendapat upah lebih banyak. Dan iri hati bermunculan, mereka bersungut-sungut! Namun tuan itu menjawab, “Aku tidak berlaku tidak adil, bukankah kita sudah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah. Aku mau memberikan sama . Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (baca lagi ayat 13-15). Tuhan Yesus Kristus mengajarkan melalui perumpamaan ini bahwa hal memasuki Kerajaan Allah adalah hak istimewa, bukan karena jasa kita. Keselamatan dan semua yang kita miliki adalah kasih karunia, anugerah dari Allah. Bukan upah! Karenanya mari, jangan merasa lebih layak, atau bahkan lebih hebat dari orang lain. Semua adalah kesempatan yang diberiNya. Dan Allah selalu peduli kepada semua, menawarkan Kasih karuniaNya kepada sekalian orang., Kemurahan hatinya diberlakukan bagi siapapun, khususnya bagi yang mau dipanggil dan bekerja di ladangNya! Jangan iri hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Kisah tentang Kerajaan Sorga ini sangatlah indah!. Diperumpamakan seperti seorang tuan yang sejak pagi-pagi benar keluar rumah mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Dengan bayaran: sedinar sehari. Singkatnya, ada beberapa rombongan pekerja yang dipanggil dan mulai bekerja dengan waktu berbeda. Ada yang pagi sekali, lalu ada yang pukul 9 (sembilan pagi), kemudian pukul 12 ada, ada lagi pukul 15 (tiga sore) dan terakhir bahkan baru dipanggil dan bekerja pukul 17 (lima sore). Ketika tiba waktu pembayaran upah kerja, giliran dilakukan terbalik, rombongan pekerja yang masuk terakhir lebih dulu menerima Namun masalah timbul ketika jumlah upah yang tiap pekerja terima, semua sama, satu dinar. Para pekerja yang masuk terdahulu mengira akan mendapat upah lebih banyak. Dan iri hati bermunculan, mereka bersungut-sungut! Namun tuan itu menjawab, “Aku tidak berlaku tidak adil, bukankah kita sudah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah. Aku mau memberikan sama . Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (baca lagi ayat 13-15). Tuhan Yesus Kristus mengajarkan melalui perumpamaan ini bahwa hal memasuki Kerajaan Allah adalah hak istimewa, bukan karena jasa kita. Keselamatan dan semua yang kita miliki adalah kasih karunia, anugerah dari Allah. Bukan upah! Karenanya mari, jangan merasa lebih layak, atau bahkan lebih hebat dari orang lain. Semua adalah kesempatan yang diberiNya. Dan Allah selalu peduli kepada semua, menawarkan Kasih karuniaNya kepada sekalian orang., Kemurahan hatinya diberlakukan bagi siapapun, khususnya bagi yang mau dipanggil dan bekerja di ladangNya! Jangan iri hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Pengampunan (Kejadian 50: 15-21)
"Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf : Ampunilah kiranya kesalahan saudara saudaramu dan dosa mereka, sebab …" (Kejadian 50: 17)"
Yusuf mengampuni, dan sama sekali tidak mendendam. Walau mungkin bagi dunia, dia punya hak untuk itu. Tetapi tidak, Yusuf mengampuni saudara-saudaranya yang telah cukup banyak mereka-rekakan hal yang jahat pada diri dan perjalanan hidupnya. Hingga dibuang ke negeri jauh, yang kini di konteks perikop ini, negeri di mana mereka berada, Mesir. “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud.. memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (ayat 19-20) Demikian ucap pengampunan Yusuf, luarbiasa kuat dan indah! Kejernihan dan kebaikan hati Yusuf bermaksud menyerahkan “pengadilan” tentang perbuatan saudara-saudaranya itu sepenuhnya hanya kepada Kasih Allah. Segala-galanya yang terjadi dalam hidupnya pada hakekatnya diatur dan dipimpin oleh Tuhan semata-mata. Demi keselamatan umatNya, dan demi penggenapan dan pelaksanaan janji-janji Allah selanjutnya. Yusuf berhasil menempatkan kepentingan yang lebih besar, “bangsa Allah yang besar” itu, termasuk di dalamnya saudara-saudara dan keluarganya. Mari, persilakan Tuhan dengan sabda firmanNya juga kekuatan Kasih Allah mengurapi kita sekalian. Mengurapi hati, pikiran bahkan tingkah laku kita setiap hari dipimpinNya. Sehingga semuanya hanya berdasar hati yang baik dan murni menuju ke arah yang baik. Memerdekakan, membebaskan dan mewujudkan damai sejahtera nyata. Laksanakanlah hanya rencana-rencanaNya, sekalipun manusia dan dunia berdosa. Jangan mendendam, apalagi berencana balas dendam! Mau dan ayo terlatihlah mengampuni. Miliki watak karakter yang baik, seperti Yusuf (baca lagi ayat 21), mari lebih sering memenangkan hati sesama karena kekuatan perkataan juga sikap pelayanan kita. Karena kekuatan sabda dan kasihNya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Yusuf mengampuni, dan sama sekali tidak mendendam. Walau mungkin bagi dunia, dia punya hak untuk itu. Tetapi tidak, Yusuf mengampuni saudara-saudaranya yang telah cukup banyak mereka-rekakan hal yang jahat pada diri dan perjalanan hidupnya. Hingga dibuang ke negeri jauh, yang kini di konteks perikop ini, negeri di mana mereka berada, Mesir. “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud.. memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (ayat 19-20) Demikian ucap pengampunan Yusuf, luarbiasa kuat dan indah! Kejernihan dan kebaikan hati Yusuf bermaksud menyerahkan “pengadilan” tentang perbuatan saudara-saudaranya itu sepenuhnya hanya kepada Kasih Allah. Segala-galanya yang terjadi dalam hidupnya pada hakekatnya diatur dan dipimpin oleh Tuhan semata-mata. Demi keselamatan umatNya, dan demi penggenapan dan pelaksanaan janji-janji Allah selanjutnya. Yusuf berhasil menempatkan kepentingan yang lebih besar, “bangsa Allah yang besar” itu, termasuk di dalamnya saudara-saudara dan keluarganya. Mari, persilakan Tuhan dengan sabda firmanNya juga kekuatan Kasih Allah mengurapi kita sekalian. Mengurapi hati, pikiran bahkan tingkah laku kita setiap hari dipimpinNya. Sehingga semuanya hanya berdasar hati yang baik dan murni menuju ke arah yang baik. Memerdekakan, membebaskan dan mewujudkan damai sejahtera nyata. Laksanakanlah hanya rencana-rencanaNya, sekalipun manusia dan dunia berdosa. Jangan mendendam, apalagi berencana balas dendam! Mau dan ayo terlatihlah mengampuni. Miliki watak karakter yang baik, seperti Yusuf (baca lagi ayat 21), mari lebih sering memenangkan hati sesama karena kekuatan perkataan juga sikap pelayanan kita. Karena kekuatan sabda dan kasihNya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Sedia Ditegur (Matius 18: 15-20 )
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika dia mendengarkan nasehatmu engkau ... " (Matius 18 : 15).
Pertama, jadilah pribadi yang mau ditegur. Kedua, jadilah persekutuan yang sedia ditegur. Baik ditegur oleh sesama manusia. Namun khususnya oleh dan dalam teguranNya. Ditegur oleh Allah. Sesungguhnya cara dan bentuk teguranNya itu banyak. Dan telah sering kali kita ditegur. Baik oleh Firman, juga kenyataan hidup pribadi, pergumulan studi, pekerjaan, perjuangan keluarga bahkan sungguh ditegur sebagai bangsa dan penghuni dunia melalui berbagai perang, krisis ekonomi, bencana demi bencana dan sebagainya! Namun mari lebih dulu menjadi sosok pribadi lepas pribadi yang peka, mau mendengar suara Allah dan manusia (baca ayat 15). Suara yang baik dan koreksi yang memulihkan membangun kita. Jangan tampik dan jangan berdalih. Karena kalau kita masih mengeraskan hati dan keras kepala maka teguran itu akan datang oleh dan bagi persekutuan kebersamaan di mana kita berada (baca lagi ayat 16-19) oleh dan dalam keluarga misalnya. Juga jemaat, lingkungan tetangga, juga ditegur di kehidupan berbangsa bernegara, hingga dalam kehidupan alam seantero kehidupan dunia. Oleh karenanya mari mau jadi umat Tuhan di kehidupan sehari-hari yang mau menegur ketidakbenaran, ketidak adilan dan kejahatan! Namun yang terpenting dari semua itu adalah mari jadi pengikut Kristus yang selalu sedia ditegur. Sehingga “.. Jika dua orang dari padamu di dunia sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapaku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (ayat 19-20). Dan akhirnya Ketiga, semuanya ini memang untuk kebaikan diri sendiri. Tetapi khususnya untuk kebaikan cinta kasih banyak orang, kehidupan bersama. Ditegur berarti dikasihi, ditegur berarti diberkati! Amin
Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Pertama, jadilah pribadi yang mau ditegur. Kedua, jadilah persekutuan yang sedia ditegur. Baik ditegur oleh sesama manusia. Namun khususnya oleh dan dalam teguranNya. Ditegur oleh Allah. Sesungguhnya cara dan bentuk teguranNya itu banyak. Dan telah sering kali kita ditegur. Baik oleh Firman, juga kenyataan hidup pribadi, pergumulan studi, pekerjaan, perjuangan keluarga bahkan sungguh ditegur sebagai bangsa dan penghuni dunia melalui berbagai perang, krisis ekonomi, bencana demi bencana dan sebagainya! Namun mari lebih dulu menjadi sosok pribadi lepas pribadi yang peka, mau mendengar suara Allah dan manusia (baca ayat 15). Suara yang baik dan koreksi yang memulihkan membangun kita. Jangan tampik dan jangan berdalih. Karena kalau kita masih mengeraskan hati dan keras kepala maka teguran itu akan datang oleh dan bagi persekutuan kebersamaan di mana kita berada (baca lagi ayat 16-19) oleh dan dalam keluarga misalnya. Juga jemaat, lingkungan tetangga, juga ditegur di kehidupan berbangsa bernegara, hingga dalam kehidupan alam seantero kehidupan dunia. Oleh karenanya mari mau jadi umat Tuhan di kehidupan sehari-hari yang mau menegur ketidakbenaran, ketidak adilan dan kejahatan! Namun yang terpenting dari semua itu adalah mari jadi pengikut Kristus yang selalu sedia ditegur. Sehingga “.. Jika dua orang dari padamu di dunia sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapaku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (ayat 19-20). Dan akhirnya Ketiga, semuanya ini memang untuk kebaikan diri sendiri. Tetapi khususnya untuk kebaikan cinta kasih banyak orang, kehidupan bersama. Ditegur berarti dikasihi, ditegur berarti diberkati! Amin
Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Dilepaskan (Yeremia 15: 15-21)
"Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau..." (Yeremia 15 : 21)
Ini pergumulan Yeremia. Namun acapkali juga jadi pergumulan kita. Pergumulan percaya dan pelayanan kepada Allah. Ketika Yeremia tampaknya sudah melayaniNya, mewartakan Firman dengan sangat baik. Yang diterima justru celaan sesama, kesakitan hidup, bahkan penderitaan karena dikejar-kejar banyak orang ingin berbuat jahat padanya. Rupanya syaratnya mau kembali. Tidak melulu hitung-hitungan manusia, mengharap pamrih kenikmatan dunia karena sudah melakukan pelayanan. Tetapi mengembailkan semua untuk kemuliaan Allah saja. Ayat 19 jelas Allah berkata, “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapanKu..” Ya, mari kembali kepada Allah. Mengakui dan menyembahNya sehingga benar-benar tidak mau kembali lagi kepada kesedihan dan ketakutan karena kuasa kejahatan yang selalu mengintai mengancam. LanjutNya lagi kepada Yeremia juga kini kepada kita,”.. dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagiKu. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. Tuhan berjanji kepada NabiNya ini, akan membuat Yeremia menjadi “tembok berkubu dari tembaga.” Kokoh kuat dan sulit sekali ditembus. Tidak bisa dikalahkan oleh berbagai goda rayu dunia, bahkan dari intimidasi yang memerangi hati dan diri. Kitapun bisa memilikinya, tembok iman berkubu dari tembaga buatan Allah sendiri. Allah yang selalu menyertai, bahkan selalu menyelamatkan dengan melepaskan (baca lagi ayat 20 & 21). Melepaskan kita dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan kita dari genggaman orang-orang lalim. Ketika mau melepaskan ego, asal mau berserah penuh kepadaNya. Kita pasti dilepaskan, diselamatkanNya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Ini pergumulan Yeremia. Namun acapkali juga jadi pergumulan kita. Pergumulan percaya dan pelayanan kepada Allah. Ketika Yeremia tampaknya sudah melayaniNya, mewartakan Firman dengan sangat baik. Yang diterima justru celaan sesama, kesakitan hidup, bahkan penderitaan karena dikejar-kejar banyak orang ingin berbuat jahat padanya. Rupanya syaratnya mau kembali. Tidak melulu hitung-hitungan manusia, mengharap pamrih kenikmatan dunia karena sudah melakukan pelayanan. Tetapi mengembailkan semua untuk kemuliaan Allah saja. Ayat 19 jelas Allah berkata, “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapanKu..” Ya, mari kembali kepada Allah. Mengakui dan menyembahNya sehingga benar-benar tidak mau kembali lagi kepada kesedihan dan ketakutan karena kuasa kejahatan yang selalu mengintai mengancam. LanjutNya lagi kepada Yeremia juga kini kepada kita,”.. dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagiKu. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. Tuhan berjanji kepada NabiNya ini, akan membuat Yeremia menjadi “tembok berkubu dari tembaga.” Kokoh kuat dan sulit sekali ditembus. Tidak bisa dikalahkan oleh berbagai goda rayu dunia, bahkan dari intimidasi yang memerangi hati dan diri. Kitapun bisa memilikinya, tembok iman berkubu dari tembaga buatan Allah sendiri. Allah yang selalu menyertai, bahkan selalu menyelamatkan dengan melepaskan (baca lagi ayat 20 & 21). Melepaskan kita dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan kita dari genggaman orang-orang lalim. Ketika mau melepaskan ego, asal mau berserah penuh kepadaNya. Kita pasti dilepaskan, diselamatkanNya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Pengharapan Dalam Kesesakan (Mazmur 138)
"Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap …." (Mazmur138: 7)
Kesesakan hidup yang semakin menjadi belakangan ini, membuat manusia di seantero dunia banyak memilih jalan pintas. Memilih bunuh diri. Ada yang disebabkan karena malu, dilecehkan, putus cinta, sakit berkepanjangan, pergumulan keluarga, sosial, hingga yang paling banyak adalah masalah himpitan ekonomi. Adalah Jepang mungkin negara dan bangsa yang terbesar angka kasus bunuh diri terjadi, dari berbagai sumber tercatat rata-rata 30 ribu orang Jepang bunuh diri per tahun dalam sepuluh tahun terakhir ini. Begitu pula dengan bangsa Amerika, yang belakangan ini mengalami terpaan krisis ekonomi dunia sangatlah besar. Angka bunuh diri juga terus meningkat di negeri adidaya itu. Dan yang terdekat, juga merebak terjadi di negeri kita yang baru berulangtahun ke 66, Indonesia. Paling miris dari berbagai kasus bunuh diri, adalah semakin banyaknya pasangan suami isteri di Indonesia melakukan bunuh diri bareng! Ini menjadi koreksi besar untuk iman dan kehidupan yang masih harus terus hidup. Tuhan ingin kita hidup bukannya mati. Itu yang dinyatakan Daud dengan lantang melalui mazmurnya, “Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku.. dan tangan kananMu menyelamatkan aku.” (baca lagi ayat 7). Karenanya mari miliki terus dan lebih lagi pengharapan hanya kepada Allah. Mari kembali datang ke Sumber Hikmat dan Kehidupan. Ayo bangun lagi, bangkit lagi, lalu belajarlah lebih tekun, bekerjalah lebih rajin dan jujur. Yakin sungguh bahwa Tuhan akan selalu menyelesaikan segala pergumulan perjuangan, bagaimanapun berat dan sesaknya! (ayat 8). Teruslah berpengharapan, hingga kita layak menerima Keselamatan perbuatan tanganNya. Menikmati dan kemudian harus kita bagikan bagi mereka yang masih kesesakan dan sangat membutuhkan: Kasih Setia Tuhan, yang sangat melegakan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Kesesakan hidup yang semakin menjadi belakangan ini, membuat manusia di seantero dunia banyak memilih jalan pintas. Memilih bunuh diri. Ada yang disebabkan karena malu, dilecehkan, putus cinta, sakit berkepanjangan, pergumulan keluarga, sosial, hingga yang paling banyak adalah masalah himpitan ekonomi. Adalah Jepang mungkin negara dan bangsa yang terbesar angka kasus bunuh diri terjadi, dari berbagai sumber tercatat rata-rata 30 ribu orang Jepang bunuh diri per tahun dalam sepuluh tahun terakhir ini. Begitu pula dengan bangsa Amerika, yang belakangan ini mengalami terpaan krisis ekonomi dunia sangatlah besar. Angka bunuh diri juga terus meningkat di negeri adidaya itu. Dan yang terdekat, juga merebak terjadi di negeri kita yang baru berulangtahun ke 66, Indonesia. Paling miris dari berbagai kasus bunuh diri, adalah semakin banyaknya pasangan suami isteri di Indonesia melakukan bunuh diri bareng! Ini menjadi koreksi besar untuk iman dan kehidupan yang masih harus terus hidup. Tuhan ingin kita hidup bukannya mati. Itu yang dinyatakan Daud dengan lantang melalui mazmurnya, “Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku.. dan tangan kananMu menyelamatkan aku.” (baca lagi ayat 7). Karenanya mari miliki terus dan lebih lagi pengharapan hanya kepada Allah. Mari kembali datang ke Sumber Hikmat dan Kehidupan. Ayo bangun lagi, bangkit lagi, lalu belajarlah lebih tekun, bekerjalah lebih rajin dan jujur. Yakin sungguh bahwa Tuhan akan selalu menyelesaikan segala pergumulan perjuangan, bagaimanapun berat dan sesaknya! (ayat 8). Teruslah berpengharapan, hingga kita layak menerima Keselamatan perbuatan tanganNya. Menikmati dan kemudian harus kita bagikan bagi mereka yang masih kesesakan dan sangat membutuhkan: Kasih Setia Tuhan, yang sangat melegakan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Hapus Prasangka (Matius 15: 21-28)
"Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya : “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu …." (Matius 15 : 28)
Seorang perempuan Kanaan (perhatikan, dia bukan orang Israel dan tentu bukan penyembah Allah) datang memohon kepada Tuhan Yesus, ”Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (ayat 22). Lalu para murid memintaNya untuk menyuruh perempuan itu pergi, karena terus mengikuti mereka dengan berteriak-teriak. Ada rasa tidak suka atas tingkah laku perempuan tersebut. Yang kemungkinan besar berasal dari prasangka. Anggapan kurang baik yang berakar perbedaan suku, ras, bangsa dan agama antara para murid dengan si ibu perempuan Kanaan. Tetapi Tuhan Yesus punya jawabannya sendiri. Ia menerima perempuan Kanaan itu bahkan memenuhi permohonannya tadi. Setelah menguji dengan satu ungkapan agak kasar, “Tidak patut roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Yang luarbiasa si ibu perempuan Kanaan itu meresponya tanpa ada prasangka sedikitpun. Malah ia menjawab ujian tersebut dengan kasih & imannya (baca lagi ayat 27). Kasih seorang ibu kepada anaknya, dan iman hanya kepadaNya. Dan itu semualah yang menghancurkan bahkan menghapus segala prasangka. Mari berjuang hapuskan segala bentuk prasangka. Agar kita lebih bersedia mengasihi, menolong, dan membantu siapapun dengan bebas dan jernih. Sehingga akhirannya adalah berbahagia. Di ayat terakhir (ayat 28) dikisahkan, Tuhan Yesus Kristus berfirman menyembuhkan,” Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Seketika itu juga sembuhlah anak perempuannya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Seorang perempuan Kanaan (perhatikan, dia bukan orang Israel dan tentu bukan penyembah Allah) datang memohon kepada Tuhan Yesus, ”Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (ayat 22). Lalu para murid memintaNya untuk menyuruh perempuan itu pergi, karena terus mengikuti mereka dengan berteriak-teriak. Ada rasa tidak suka atas tingkah laku perempuan tersebut. Yang kemungkinan besar berasal dari prasangka. Anggapan kurang baik yang berakar perbedaan suku, ras, bangsa dan agama antara para murid dengan si ibu perempuan Kanaan. Tetapi Tuhan Yesus punya jawabannya sendiri. Ia menerima perempuan Kanaan itu bahkan memenuhi permohonannya tadi. Setelah menguji dengan satu ungkapan agak kasar, “Tidak patut roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Yang luarbiasa si ibu perempuan Kanaan itu meresponya tanpa ada prasangka sedikitpun. Malah ia menjawab ujian tersebut dengan kasih & imannya (baca lagi ayat 27). Kasih seorang ibu kepada anaknya, dan iman hanya kepadaNya. Dan itu semualah yang menghancurkan bahkan menghapus segala prasangka. Mari berjuang hapuskan segala bentuk prasangka. Agar kita lebih bersedia mengasihi, menolong, dan membantu siapapun dengan bebas dan jernih. Sehingga akhirannya adalah berbahagia. Di ayat terakhir (ayat 28) dikisahkan, Tuhan Yesus Kristus berfirman menyembuhkan,” Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Seketika itu juga sembuhlah anak perempuannya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Merdeka Dari Hukum (Roma 8: 1-11)
"Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut…" (Roma 8 : 2).
Harga beras naik lagi! Berita dan khabarnya terakhir mencapai Rp. 700 – Rp. 1000 / kg untuk satu pekan ini saja. Tiap hari naik sekitar Rp. 100/kg. Rakyat kembali mengeluh, khususnya ibu-ibu rumahtangga penat ketakutan, lagi dan lagi! Tapi mari hiduplah dalam Roh! Maksudnya? Mari memikirkan tidak melulu hanya soal daging (makanan, minuman dan pakaian) saja. O iya tentu, semua itu perlu, tetapi ketika kita hanya hidup dalam daging maka yang muncul ya itu tadi ketakuta dan bisa –bisa tidak tahu jalan ke luar. Buntu mengambil langkah pemecahan. Sebab mereka yang hidup menurut daging , memikirkan hal-hal yang dari daging. Mereka yang hidup dalam Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (baca lagi ayat 5). Dan hanya di dalam Roh Allah saja kita bisa tenang menentukan jalan dan lagkah ke depan terbaik yang harus kita perbuat. Bagi diri sendiri maupun bagi keluarga, juga bahkan bagi sesama yang lebih menderita. Roh sajalah yang bisa menuntun dan menguatkan. Memberi kita semagat hidup karena dimerdekakan dalam Kristus. Dimerdekakan dari segala ancaman, sampai ancaman hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tidak berdaya oleh daging , telah dilakukan oleh Allah. (ayat 2-3). Sehingga pikiran dan hati bisa tetap damai sejati. Bekerja dan beraktifitas terus dengan lebih baik. Jalan ke luar, ide, kreatifitas, kesehatan dan berkat-berkatNya akan lebih lagi diberi. Di harga tinggi bagaimanapun, tetaplah percaya dengan rendah hati, kita pasti dijaga, pasti ditolong dan diselamatkan Allah. Dimerdekakan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Harga beras naik lagi! Berita dan khabarnya terakhir mencapai Rp. 700 – Rp. 1000 / kg untuk satu pekan ini saja. Tiap hari naik sekitar Rp. 100/kg. Rakyat kembali mengeluh, khususnya ibu-ibu rumahtangga penat ketakutan, lagi dan lagi! Tapi mari hiduplah dalam Roh! Maksudnya? Mari memikirkan tidak melulu hanya soal daging (makanan, minuman dan pakaian) saja. O iya tentu, semua itu perlu, tetapi ketika kita hanya hidup dalam daging maka yang muncul ya itu tadi ketakuta dan bisa –bisa tidak tahu jalan ke luar. Buntu mengambil langkah pemecahan. Sebab mereka yang hidup menurut daging , memikirkan hal-hal yang dari daging. Mereka yang hidup dalam Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (baca lagi ayat 5). Dan hanya di dalam Roh Allah saja kita bisa tenang menentukan jalan dan lagkah ke depan terbaik yang harus kita perbuat. Bagi diri sendiri maupun bagi keluarga, juga bahkan bagi sesama yang lebih menderita. Roh sajalah yang bisa menuntun dan menguatkan. Memberi kita semagat hidup karena dimerdekakan dalam Kristus. Dimerdekakan dari segala ancaman, sampai ancaman hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tidak berdaya oleh daging , telah dilakukan oleh Allah. (ayat 2-3). Sehingga pikiran dan hati bisa tetap damai sejati. Bekerja dan beraktifitas terus dengan lebih baik. Jalan ke luar, ide, kreatifitas, kesehatan dan berkat-berkatNya akan lebih lagi diberi. Di harga tinggi bagaimanapun, tetaplah percaya dengan rendah hati, kita pasti dijaga, pasti ditolong dan diselamatkan Allah. Dimerdekakan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Belajar (Matius 11: 25-30)
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut… (Matius 11: 29)
Siapa sesungguhnya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus Kristus dengan “orang bijak, orang pandai” dan “orang kecil” di ayat pertama (ayat 25) perikop kita kali ini? Rupanya yang dimaksud dengan orang pandai dan bijak adalah para ahli Taurat. Golongan yang arogan dengan ajaran-ajaran yang mereka dalami sehingga menutup hati pikirannya terhadap ajaran Yesus. Sedangkan yang dimaksud dengan orang kecil adalah orang-orang biasa, bahkan mungkin yang tidak terpelajar, tetapi mau bersikap seperti seorang anak kecil yang mau belajar (ingat Lukas 18:17), mau membuka hati dan pikiran untuk mendengar apa yang Tuhan katakan. Terlebih tambah dengan adanya undangan Tuhan Yesus Kristus yang begitu manis (ayat 28). Ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa. Untuk mau datang kepada Yesus, rindu belajar, dengan setia mendengarNya, taat menjadi hamba-Nya serta memberlakukan Kasih di keseharian. Bagi siapa yang mau terus belajar, maka Ia akan dibebaskan dari berbagai beban yang tidak dapat diatasi. Kita akan diberikan perhentian, kedamaian, dan Roh KudusNya untuk menuntun semua kita yang bersedia belajar dalamNya di kehidupan ini. Dan yang terakhir, juga mau belajar pikul “kuk” . Kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak atau pedati. Yang merupakan perlambangan didikan dan tuntunan dari Tuhan, kuk-nya Tuhan! (ayat 29-30) Di berbagai angin topan pergumulan hidup, terus belajar dari Tuhan, untuk malah semakin sabar dan lembut. Di gelombang laut perjuangan iman, jangan berhenti belajar dalam Kasih, sehingga malah makin rendah hati dan tenang. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Siapa sesungguhnya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus Kristus dengan “orang bijak, orang pandai” dan “orang kecil” di ayat pertama (ayat 25) perikop kita kali ini? Rupanya yang dimaksud dengan orang pandai dan bijak adalah para ahli Taurat. Golongan yang arogan dengan ajaran-ajaran yang mereka dalami sehingga menutup hati pikirannya terhadap ajaran Yesus. Sedangkan yang dimaksud dengan orang kecil adalah orang-orang biasa, bahkan mungkin yang tidak terpelajar, tetapi mau bersikap seperti seorang anak kecil yang mau belajar (ingat Lukas 18:17), mau membuka hati dan pikiran untuk mendengar apa yang Tuhan katakan. Terlebih tambah dengan adanya undangan Tuhan Yesus Kristus yang begitu manis (ayat 28). Ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa. Untuk mau datang kepada Yesus, rindu belajar, dengan setia mendengarNya, taat menjadi hamba-Nya serta memberlakukan Kasih di keseharian. Bagi siapa yang mau terus belajar, maka Ia akan dibebaskan dari berbagai beban yang tidak dapat diatasi. Kita akan diberikan perhentian, kedamaian, dan Roh KudusNya untuk menuntun semua kita yang bersedia belajar dalamNya di kehidupan ini. Dan yang terakhir, juga mau belajar pikul “kuk” . Kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak atau pedati. Yang merupakan perlambangan didikan dan tuntunan dari Tuhan, kuk-nya Tuhan! (ayat 29-30) Di berbagai angin topan pergumulan hidup, terus belajar dari Tuhan, untuk malah semakin sabar dan lembut. Di gelombang laut perjuangan iman, jangan berhenti belajar dalam Kasih, sehingga malah makin rendah hati dan tenang. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
KASIH KESETIAAN (Mazmur 89: 1-9)
“… dan kesetiaanMu ada di sekeliling-Mu …(Mazmur 89 : 9).
Ada lagu Sekolah Minggu yang cuplikan kata-katanya seperti ini, “Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. selamanya.. Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. kunyanyikan s’lamanya…” dan seterusnya, lagu yang sangat singkat namun dalam makna. Persis dengan ungkapan Pemazmur di perikop kita kali ini, “ Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya,..” (ayat 2). Bagian kali ini termasuk luarbiasa, karena lebih dari sepertiga Mazmur bisa digolongkan sebagai mazmur ratapan atau keluhan. Beberapa mazmur bahkan mencerminkan krisis bangsa. Kebanyakan merupakan keluhan dan penderitaan keluarga terlebih pribadi yang rasa-rasanya hampir membuat putus asa. Tetapi mari teruslah menyanyi! Menyanyi bersyukur, menyanyi memuji, menyanyi mengagungkan kasih setia Allah kepada kita hingga kini. Tetap setia menyanyikan kasih setia Tuhan, memperkenalkan kesetiaanNya (ayat 2). Tidak hanya melalui lagu dan musik, tetapi khususnya lewat sikap tingkah laku sehari-hari. Karena tidak ada yang menyamaiNya, tidak ada yang sejajar dengan kebaikan kasih Tuhan (ayat 7). Dan ungkapan “sangat disegani dan ditakuti” (ayat 8) mari kita maknai bahwa hanya Dia yang layak disembah dan Allah saja yang boleh dimuliakan atas seluruh kasih kesetiaan yang dirancang dan diberlakukan untuk kita! Tuhan Maha Kuat akan kesetiaanNya, kesetiaan yang mengasihi semua ciptaan. Khususnya semua manusia dan terlebih setiap yang percaya dan sungguh mengasihiNya! Mari menjalani hidup kehidupan dengan setia mengasihi Tuhan dan sesama, kasih yang terus dilakukan nyata dengan setia tidak berhenti. Dari Tuhan, melalui kita, untuk keluarga juga sesama dan akhirnya, harus dikembalikan hanya bagi kemuliaan keluhuran KasihNya. Kesetiaan Kasih. Kasih kesetiaan! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Ada lagu Sekolah Minggu yang cuplikan kata-katanya seperti ini, “Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. selamanya.. Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. kunyanyikan s’lamanya…” dan seterusnya, lagu yang sangat singkat namun dalam makna. Persis dengan ungkapan Pemazmur di perikop kita kali ini, “ Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya,..” (ayat 2). Bagian kali ini termasuk luarbiasa, karena lebih dari sepertiga Mazmur bisa digolongkan sebagai mazmur ratapan atau keluhan. Beberapa mazmur bahkan mencerminkan krisis bangsa. Kebanyakan merupakan keluhan dan penderitaan keluarga terlebih pribadi yang rasa-rasanya hampir membuat putus asa. Tetapi mari teruslah menyanyi! Menyanyi bersyukur, menyanyi memuji, menyanyi mengagungkan kasih setia Allah kepada kita hingga kini. Tetap setia menyanyikan kasih setia Tuhan, memperkenalkan kesetiaanNya (ayat 2). Tidak hanya melalui lagu dan musik, tetapi khususnya lewat sikap tingkah laku sehari-hari. Karena tidak ada yang menyamaiNya, tidak ada yang sejajar dengan kebaikan kasih Tuhan (ayat 7). Dan ungkapan “sangat disegani dan ditakuti” (ayat 8) mari kita maknai bahwa hanya Dia yang layak disembah dan Allah saja yang boleh dimuliakan atas seluruh kasih kesetiaan yang dirancang dan diberlakukan untuk kita! Tuhan Maha Kuat akan kesetiaanNya, kesetiaan yang mengasihi semua ciptaan. Khususnya semua manusia dan terlebih setiap yang percaya dan sungguh mengasihiNya! Mari menjalani hidup kehidupan dengan setia mengasihi Tuhan dan sesama, kasih yang terus dilakukan nyata dengan setia tidak berhenti. Dari Tuhan, melalui kita, untuk keluarga juga sesama dan akhirnya, harus dikembalikan hanya bagi kemuliaan keluhuran KasihNya. Kesetiaan Kasih. Kasih kesetiaan! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
AJARLAH (Matius 28: 16-20)
Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan….(Matius 28 : 20).
Walau berita kemungkinan terjadinya “nyontek massal” yang dilakukan para murid salah satu SD di Surabaya sudah dinyatakan tidak benar. Tetapi yang pasti, -dan ini sangat memprihatinkan- memang ada oknum guru yang mendorong muridnya untuk menyontek saat ujian. Khabar yang kita ketahui, guru tersebut bahkan kepala sekolah sekolahnya telah diberikan sanksi tegas. Perikop penutup Kitab Injil Matius ini berisi perintah Tuhan Yesus Kristus. Saat kesebelas murid disuruh berangkat ke Galilea (ayat 16). Beberapa orang mereka masih ragu akan kelanjutan wibawa baptisan Kristen dan pewartaan Keselamatan (ayat 17).Karenanya di ayat 18 & 19, Guru dan Tuhan itu menegaskan sekaligus memotivasi para murid, “… kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka...”. Sebuah Amanat Agung bagi setiap orang percaya untuk memberlakukannya nyata. Namun bagian paling terakhir (di ayat 20) kerap terlupakan, luput kita refleksikan apalagi benar-benar dilakukan, yakni: Mengajar. Lewat tingkah laku kita, patuh mengajar menyebarkan kasih dan kebenaranNya. Juga melalui perkataan, sikap bahkan semua pelayanan, menerangi dunia yang kian gelap. Terlebih membantu membahagiakan sesama yang letih lesu berbeban berat. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (ayat 20). Jangan ragu, jangan bimbang dan jangan berhenti, ajarlah! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Walau berita kemungkinan terjadinya “nyontek massal” yang dilakukan para murid salah satu SD di Surabaya sudah dinyatakan tidak benar. Tetapi yang pasti, -dan ini sangat memprihatinkan- memang ada oknum guru yang mendorong muridnya untuk menyontek saat ujian. Khabar yang kita ketahui, guru tersebut bahkan kepala sekolah sekolahnya telah diberikan sanksi tegas. Perikop penutup Kitab Injil Matius ini berisi perintah Tuhan Yesus Kristus. Saat kesebelas murid disuruh berangkat ke Galilea (ayat 16). Beberapa orang mereka masih ragu akan kelanjutan wibawa baptisan Kristen dan pewartaan Keselamatan (ayat 17).Karenanya di ayat 18 & 19, Guru dan Tuhan itu menegaskan sekaligus memotivasi para murid, “… kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka...”. Sebuah Amanat Agung bagi setiap orang percaya untuk memberlakukannya nyata. Namun bagian paling terakhir (di ayat 20) kerap terlupakan, luput kita refleksikan apalagi benar-benar dilakukan, yakni: Mengajar. Lewat tingkah laku kita, patuh mengajar menyebarkan kasih dan kebenaranNya. Juga melalui perkataan, sikap bahkan semua pelayanan, menerangi dunia yang kian gelap. Terlebih membantu membahagiakan sesama yang letih lesu berbeban berat. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (ayat 20). Jangan ragu, jangan bimbang dan jangan berhenti, ajarlah! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
PERBUATAN BESAR (Kisah Para Rasul 2: 1-13)
Baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab….(Kis. Rasul 2 : 11).
Satu lagi peristiwa dan perbuatan besarNya diberlakukan! Mereka, murid-murid Tuhan Yesus Kristus sedang berkumpul di satu tempat di Hari Pentakosta. Pentakosta adalah hari raya Tujuh Minggu (baca Im 23: 15 & Ul 16: 9), jatuh tepat hari kelima puluh sesudah Paskah. Tiba-tiba Roh Kudus (Roh Allah) dicurahkan atas mereka. Terdengar suara seperti tiupan angin keras (ayat 2), lalu lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus! (ayat 3-4). Tetapi yang jauh lebih menakjubkan adalah, terjadinya glossolalia (berbicara dalam bahasa-bahasa lain). Murid-murid mewartakan memuji perbuatan-perbuatan besar Allah dalam berbagai bahasa dan dialek yang lain daripada bahasa ibu mereka (bahasa Aram Galilea). Namun jelas dimengerti pengunjung-pengunjung perayaan yang menyaksikan kejadian tersebut !(ayat 9-11) Pembalikan kutuk pada peristiwa Babel di konteks Perjanjian Lama, mungkin juga dimaksudkan oleh penulis Kisah Para Rasul di peristiwa ini. Biarlah dunia tercengang-cengang dan heran! Seperti yang dialami semua orang yang melihat dan mendengar “komunikasi nyambung” walau perbedaan sangat beragam di antara mereka. Mari refleksikan peristiwa Pentakosta ini menguatkan kerinduan kita kembali untuk berkomunikasi. Berkomunikasi dengan Allah. Dengan wujud, lebih ahli lagi berkomunikasi dengan orang-orang di dekat kita bahkan sesama, siapapun mereka. Lakukan dengan rendah hati dan bersemangat dipakaiNya “masuk” ke dalam hati orang lain, dengan tingkah laku Kasih Yang Besar. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan kasih. Sekarang ini apalagi, semakin dibutuhkan perwujudan nyata, perbuatan-perbuatan besar Allah di hidup kehidupan mereka. Wartakanlah, komunikasikanlah, siarkanlah! Roh Kudus pasti memberkati kita semua. Selamat Hari Pentakosta. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Satu lagi peristiwa dan perbuatan besarNya diberlakukan! Mereka, murid-murid Tuhan Yesus Kristus sedang berkumpul di satu tempat di Hari Pentakosta. Pentakosta adalah hari raya Tujuh Minggu (baca Im 23: 15 & Ul 16: 9), jatuh tepat hari kelima puluh sesudah Paskah. Tiba-tiba Roh Kudus (Roh Allah) dicurahkan atas mereka. Terdengar suara seperti tiupan angin keras (ayat 2), lalu lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus! (ayat 3-4). Tetapi yang jauh lebih menakjubkan adalah, terjadinya glossolalia (berbicara dalam bahasa-bahasa lain). Murid-murid mewartakan memuji perbuatan-perbuatan besar Allah dalam berbagai bahasa dan dialek yang lain daripada bahasa ibu mereka (bahasa Aram Galilea). Namun jelas dimengerti pengunjung-pengunjung perayaan yang menyaksikan kejadian tersebut !(ayat 9-11) Pembalikan kutuk pada peristiwa Babel di konteks Perjanjian Lama, mungkin juga dimaksudkan oleh penulis Kisah Para Rasul di peristiwa ini. Biarlah dunia tercengang-cengang dan heran! Seperti yang dialami semua orang yang melihat dan mendengar “komunikasi nyambung” walau perbedaan sangat beragam di antara mereka. Mari refleksikan peristiwa Pentakosta ini menguatkan kerinduan kita kembali untuk berkomunikasi. Berkomunikasi dengan Allah. Dengan wujud, lebih ahli lagi berkomunikasi dengan orang-orang di dekat kita bahkan sesama, siapapun mereka. Lakukan dengan rendah hati dan bersemangat dipakaiNya “masuk” ke dalam hati orang lain, dengan tingkah laku Kasih Yang Besar. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan kasih. Sekarang ini apalagi, semakin dibutuhkan perwujudan nyata, perbuatan-perbuatan besar Allah di hidup kehidupan mereka. Wartakanlah, komunikasikanlah, siarkanlah! Roh Kudus pasti memberkati kita semua. Selamat Hari Pentakosta. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
DOA BERSAMA-SAMA (Kisah Para Rasul 1: 6-14)
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, ...(Kis. Rasul 1 : 14).
Pertanyaan juga keinginan para murid dan pengikutNya yang berbunyi, “.. maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan?..” (ayat 6) kurang-lebih memiliki arti juga kesamaan berbunyi, “..maukah Engkau pada masa ini memerintah sebagai raja?..” Tetapi langsung Tuhan Yesus Kristus menjawab tegas soal waktu dan masanya itu urusan Allah saja. Tetapi setiap mereka akan menerima kuasa, jika Roh Kudus dicurahkan, agar mereka semua menjadi saksi sampai ujung bumi. (ayat 7-8) Tidak hanya hidup dengan kekuatan daging manusia, tetapi khususnya dengan Roh Kudus, inilah yang diinginiNya berlaku dalam hidup kita. Dan salah satu kebiasaan, lalu menjadi karakter juga identitas, bahkan sering dikatakan merupakan nafas hidup orang yang percaya adalah: Doa. Persis di konteks perikop inilah Tuhan Yesus Kristus naik terangkat ke sorga, teguranNya melalui dua malaikat kepada semua mereka, sangatlah indah,”..mengapa kamu (cuma) berdiri melihat ke langit?..” (ayat 11). Mari kitapun demikian. Jangan hanya diam saja, terpana, terbengong-bengong dengan berbagai fenomena hidup kehidupan sehari-hari. Jangan cuma bereaksi, tetapi mari beraksi. Ya, beraksi dengan cinta kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan perhatian, pertolongan dan pelayanan. Mari tekun melihat ke bumi nyata, membumi. Dan mulailah selalu dengan doa-doa. Sekali lagi bukan doa pribadi, tidak untuk kepentingan ego belaka! Tetapi mari berdoa seperti mereka, para pengikut juga murid (ayat 13-14), saling mendoakan dan mendoakan orang juga pihak lain, dalam hadiratNya dengan sehati mereka bertekun. Doa bersama-sama! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Pertanyaan juga keinginan para murid dan pengikutNya yang berbunyi, “.. maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan?..” (ayat 6) kurang-lebih memiliki arti juga kesamaan berbunyi, “..maukah Engkau pada masa ini memerintah sebagai raja?..” Tetapi langsung Tuhan Yesus Kristus menjawab tegas soal waktu dan masanya itu urusan Allah saja. Tetapi setiap mereka akan menerima kuasa, jika Roh Kudus dicurahkan, agar mereka semua menjadi saksi sampai ujung bumi. (ayat 7-8) Tidak hanya hidup dengan kekuatan daging manusia, tetapi khususnya dengan Roh Kudus, inilah yang diinginiNya berlaku dalam hidup kita. Dan salah satu kebiasaan, lalu menjadi karakter juga identitas, bahkan sering dikatakan merupakan nafas hidup orang yang percaya adalah: Doa. Persis di konteks perikop inilah Tuhan Yesus Kristus naik terangkat ke sorga, teguranNya melalui dua malaikat kepada semua mereka, sangatlah indah,”..mengapa kamu (cuma) berdiri melihat ke langit?..” (ayat 11). Mari kitapun demikian. Jangan hanya diam saja, terpana, terbengong-bengong dengan berbagai fenomena hidup kehidupan sehari-hari. Jangan cuma bereaksi, tetapi mari beraksi. Ya, beraksi dengan cinta kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan perhatian, pertolongan dan pelayanan. Mari tekun melihat ke bumi nyata, membumi. Dan mulailah selalu dengan doa-doa. Sekali lagi bukan doa pribadi, tidak untuk kepentingan ego belaka! Tetapi mari berdoa seperti mereka, para pengikut juga murid (ayat 13-14), saling mendoakan dan mendoakan orang juga pihak lain, dalam hadiratNya dengan sehati mereka bertekun. Doa bersama-sama! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
KOMITMEN (Mazmur 66 : 13-20)
Aku akan masuk ke dalam rumah-Mu dengan membawa korban-korban bakaran ...(Maz. 66 : 13-14).
Sekarang ini, betapa makin banyak janji yang ditagih untuk dipenuhi. Di berbagai bidang, strata masyarakat, dimensi dan di mana-mana tempat, semakin banyak komitmen dibuat, tetapi kecenderungannya dilanggar atau sedikit sekali yang ditepati! Perikop kita kali ini, sudah terasa di bagian awal yakni ayat 13-15, sesungguhnya berbicara komitmen seluruh umat Allah. Yang telah ditolong dan selalu diselamatkanNya dari berbagai musuh. Tetapi khususnya pemazmur, yang bersyukur kepada Allah untuk kelepasan keselamatan pribadi, yang dianggapnya sebagai pengalaman keluaran yang baru. Hidup yang baru. Mari jadi baru. Bahkan terus-menerus diperbarui dengan memberlakukan komitmen (perjanjian - keterikatan) Kasih di keseharian. Seperti Allah selalu berkomitmen sejak awal sampai selamanya, misalnya: tidak akan pernah menolak doa-doa kita semua dan tidak menjauhkan kasih setiaNya (baca lagi ayat terakhir: 20). Marilah terus menepati janji memberi. Rendah hati namun berani, berkomitmen dengan Allah. Mewartakan syalom melalui pelayanan yang indah, pekerjaan benar, sikap adil dan kepedulian penuh Kasih bagi sesama di keseharian. Komitmen mempersembahkan yang terbaik! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Sekarang ini, betapa makin banyak janji yang ditagih untuk dipenuhi. Di berbagai bidang, strata masyarakat, dimensi dan di mana-mana tempat, semakin banyak komitmen dibuat, tetapi kecenderungannya dilanggar atau sedikit sekali yang ditepati! Perikop kita kali ini, sudah terasa di bagian awal yakni ayat 13-15, sesungguhnya berbicara komitmen seluruh umat Allah. Yang telah ditolong dan selalu diselamatkanNya dari berbagai musuh. Tetapi khususnya pemazmur, yang bersyukur kepada Allah untuk kelepasan keselamatan pribadi, yang dianggapnya sebagai pengalaman keluaran yang baru. Hidup yang baru. Mari jadi baru. Bahkan terus-menerus diperbarui dengan memberlakukan komitmen (perjanjian - keterikatan) Kasih di keseharian. Seperti Allah selalu berkomitmen sejak awal sampai selamanya, misalnya: tidak akan pernah menolak doa-doa kita semua dan tidak menjauhkan kasih setiaNya (baca lagi ayat terakhir: 20). Marilah terus menepati janji memberi. Rendah hati namun berani, berkomitmen dengan Allah. Mewartakan syalom melalui pelayanan yang indah, pekerjaan benar, sikap adil dan kepedulian penuh Kasih bagi sesama di keseharian. Komitmen mempersembahkan yang terbaik! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
MELAKUKAN PEKERJAAN KRISTUS (Yohanes 14 : 1-14)
Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga...(Yoh. 14:12).
Dulu ada istilah “korupsi berjamaah”. Belakangan ini kita membaca, melihat dan mendengar di banyak media bahwa ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengungkapkan istilah baru yakni adanya “korupsi struktural”. Korupsi yang dilakukan secara tertata dan melibatkan orang-orang yang duduk di jabatan-jabatan tertentu, menyangkut struktur organisasi lembaga, juga pengambil keputusan penting dan kekuasaan. Sungguh memilukan dan memalukan! Biarlah istilah-istilah tersebut menjadi koreksi tajam untuk diri kita sendiri dulu. Kemudian mari rindu membangun jaringan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan benar, bukannya jejaring korupsi dan pekerjaan gelap jahat lainnya. Seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri menghardik para muridNya,”Tidak percayakah engkau? .. percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, .. barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan” (ayat 10-12). Dan hardikan sekaligus Firman ini sekarang tiba pada kita semua, di kehidupan ini dan kini. Tiap langkah kaki bahkan langkah iman kita haruslah perbuatan yang melakukan kehendakNya. Sehingga “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.” (ayat 14) Indah sekali bukan?! Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, tentu dengan pertolongan urapan RohNya Yang Kudus akan melakukan, sekali lagi melakukan, untuk saya dan anda. Sehingga ada struktur jaringan pekerjaan kebenaran, keadilan dan Kasih. Tanpa ragu, kita melakukan pekerjaan terlebih pelayanan bagi sesama di keseharian hanyalah untuk kemuliaan Allah di dalam Anak. Kemuliaan melakukan pekerjaan-pekerjaan Kristus! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Dulu ada istilah “korupsi berjamaah”. Belakangan ini kita membaca, melihat dan mendengar di banyak media bahwa ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengungkapkan istilah baru yakni adanya “korupsi struktural”. Korupsi yang dilakukan secara tertata dan melibatkan orang-orang yang duduk di jabatan-jabatan tertentu, menyangkut struktur organisasi lembaga, juga pengambil keputusan penting dan kekuasaan. Sungguh memilukan dan memalukan! Biarlah istilah-istilah tersebut menjadi koreksi tajam untuk diri kita sendiri dulu. Kemudian mari rindu membangun jaringan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan benar, bukannya jejaring korupsi dan pekerjaan gelap jahat lainnya. Seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri menghardik para muridNya,”Tidak percayakah engkau? .. percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, .. barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan” (ayat 10-12). Dan hardikan sekaligus Firman ini sekarang tiba pada kita semua, di kehidupan ini dan kini. Tiap langkah kaki bahkan langkah iman kita haruslah perbuatan yang melakukan kehendakNya. Sehingga “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.” (ayat 14) Indah sekali bukan?! Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, tentu dengan pertolongan urapan RohNya Yang Kudus akan melakukan, sekali lagi melakukan, untuk saya dan anda. Sehingga ada struktur jaringan pekerjaan kebenaran, keadilan dan Kasih. Tanpa ragu, kita melakukan pekerjaan terlebih pelayanan bagi sesama di keseharian hanyalah untuk kemuliaan Allah di dalam Anak. Kemuliaan melakukan pekerjaan-pekerjaan Kristus! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
MEMBAWA BERKAT (Kisah Rasul 2: 41-47)
Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan..…(Kisah Rasul 2: 47b)
Jemaat mula-mula itu disukai oleh semua orang! Apa penyebabnya? Rupanya, karena mereka memiliki hati yang gembira dan ketulusan hati. Coba baca dan baca ulangi lagi ayat 43-47, hati mereka tulus dan bergembira untuk saling berbagi, membawa dan menjadi saluran berkat Allah bagi sesama. Mari bersama meneladani cara hidup jemaat mula-mula, jemaat awal pertama ini. Dengan sungguh-sungguh bertekun dalam memberlakukan ajaran-ajaranNya. Baik dalam kebersamaan cinta kasih keluarga, persekutuan jemaat Tuhan, juga khususnya kepeduliaan terhadap dan dengan sesama. Di keseharian, kita bertekun dan sehati menawarkan cinta dan Kasih bagi sesama. Tentu melalui sikap dan tingkah laku kita, juga melalui perkataan dan kehadiran kita kepada orang-orang yang membutuhkan. Sehingga terus-menerus, juga satu persatu, semakin banyak pribadi yang menerima keselamatan yang ditawarkan dari Allah melalui kita. Untuk masuk ke dalam masyarakat yang diselamatkan, Keluarga Kerajaan Allah. Kumpulan orang-orang yang tidak hanya mau menerima berkat, tetapi setia dan taat untuk saling membagikan berkat. Mari memuji memuliakan Allah, dengan rendah hati terus membagikan Syalom. Mari membawa berkat dan disukai oleh banyak orang! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Jemaat mula-mula itu disukai oleh semua orang! Apa penyebabnya? Rupanya, karena mereka memiliki hati yang gembira dan ketulusan hati. Coba baca dan baca ulangi lagi ayat 43-47, hati mereka tulus dan bergembira untuk saling berbagi, membawa dan menjadi saluran berkat Allah bagi sesama. Mari bersama meneladani cara hidup jemaat mula-mula, jemaat awal pertama ini. Dengan sungguh-sungguh bertekun dalam memberlakukan ajaran-ajaranNya. Baik dalam kebersamaan cinta kasih keluarga, persekutuan jemaat Tuhan, juga khususnya kepeduliaan terhadap dan dengan sesama. Di keseharian, kita bertekun dan sehati menawarkan cinta dan Kasih bagi sesama. Tentu melalui sikap dan tingkah laku kita, juga melalui perkataan dan kehadiran kita kepada orang-orang yang membutuhkan. Sehingga terus-menerus, juga satu persatu, semakin banyak pribadi yang menerima keselamatan yang ditawarkan dari Allah melalui kita. Untuk masuk ke dalam masyarakat yang diselamatkan, Keluarga Kerajaan Allah. Kumpulan orang-orang yang tidak hanya mau menerima berkat, tetapi setia dan taat untuk saling membagikan berkat. Mari memuji memuliakan Allah, dengan rendah hati terus membagikan Syalom. Mari membawa berkat dan disukai oleh banyak orang! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
MAKAN BERSAMA (Lukas 24 : 13-35)
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya …(Lukas 24: 30)
Tiap acara makan bersama selalu menyenangkan! Makan bersama keluarga, atau makan bersama jemaat, makan bersama teman-teman dan juga makan bersama dengan sesama yang lain. Karena selain perut yang diisi lalu kenyang, juga memuaskan selera makan lidah kita, tetapi yang lebih jauh ada kepuasan batin dengan kebersamaan, sadar orang lain juga menikmati apa yang sedang kita nikmati. Aku makan, mereka juga makan, mereka minum dan aku juga minum. Selalu menyenangkan (dan mengenyangkan) tetapi rupanya juga sangat membahagiakan. Ada “syalom” di tiap makan bersama. Di perjalanan menuju kampung Emaus, bersama dua miridNya, mereka mempersiapkan jamuan malam. Tetapi pada saat akan makan bersama itu, Tuhan Yesus membawakan cara dan bahasaNya yang telak sekali mengingatkan mereka pada perbuatanNya di peristiwa mujizat pemberian makan (lebih dari) 5000 orang dan khususnya saat Perjamuan Kudus terakhir mereka (ayat 30). Setelah itu Dia lenyap dari tengah-tengah mereka (kedua murid). Tetapi mata dan mata hati mereka jadi terbuka, mereka pun mengenal Dia dan merasakan suatu kegembiraan aneh, sangat menyenangkan, sangat tenang dan damai namun penuh bahagia, penuh cinta dan Kasih. Mari lebih sering berbagi makanan bagi mereka yang kelaparan. Berbagi minuman bagi mereka yang kehausan. Selain menyediakan dan atau mengajak keluarga, teman, rekan jemaat untuk makan bareng, makan bersama. Namun di atas semua itu, bagikanlah Syalom: Kebahagiaan, kelegaan, kedamaiaan dan kesejahteraan kepada lebih banyak orang lain. Lewat sikap tingkah laku kita, juga doa, serta mau memberi, membagikan apa yang kita miliki. Sesederhana hingga sebesar apapun, mari, buatlah sesama kita lebih “kenyang”. Kenyang jasmani, tetapi lebih kenyang juga spiritual iman dengan Kasih. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Tiap acara makan bersama selalu menyenangkan! Makan bersama keluarga, atau makan bersama jemaat, makan bersama teman-teman dan juga makan bersama dengan sesama yang lain. Karena selain perut yang diisi lalu kenyang, juga memuaskan selera makan lidah kita, tetapi yang lebih jauh ada kepuasan batin dengan kebersamaan, sadar orang lain juga menikmati apa yang sedang kita nikmati. Aku makan, mereka juga makan, mereka minum dan aku juga minum. Selalu menyenangkan (dan mengenyangkan) tetapi rupanya juga sangat membahagiakan. Ada “syalom” di tiap makan bersama. Di perjalanan menuju kampung Emaus, bersama dua miridNya, mereka mempersiapkan jamuan malam. Tetapi pada saat akan makan bersama itu, Tuhan Yesus membawakan cara dan bahasaNya yang telak sekali mengingatkan mereka pada perbuatanNya di peristiwa mujizat pemberian makan (lebih dari) 5000 orang dan khususnya saat Perjamuan Kudus terakhir mereka (ayat 30). Setelah itu Dia lenyap dari tengah-tengah mereka (kedua murid). Tetapi mata dan mata hati mereka jadi terbuka, mereka pun mengenal Dia dan merasakan suatu kegembiraan aneh, sangat menyenangkan, sangat tenang dan damai namun penuh bahagia, penuh cinta dan Kasih. Mari lebih sering berbagi makanan bagi mereka yang kelaparan. Berbagi minuman bagi mereka yang kehausan. Selain menyediakan dan atau mengajak keluarga, teman, rekan jemaat untuk makan bareng, makan bersama. Namun di atas semua itu, bagikanlah Syalom: Kebahagiaan, kelegaan, kedamaiaan dan kesejahteraan kepada lebih banyak orang lain. Lewat sikap tingkah laku kita, juga doa, serta mau memberi, membagikan apa yang kita miliki. Sesederhana hingga sebesar apapun, mari, buatlah sesama kita lebih “kenyang”. Kenyang jasmani, tetapi lebih kenyang juga spiritual iman dengan Kasih. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
WARTAKAN SYALLOM (1 Petrus 1: 3-9)
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya …(1 Petrus 1: 6,7)
Maraknya kasus pembobolan dana di beberapa Bank belakangan ini, tentu berimbas pada tingkat kepercayaan masyarakat. Kasus terakhir malah pembobolan dana mencapai Rp. 111 miliar! Masyarakat mulai bertanya-tanya, lalu kebingungan bahkan tidak aman sejahtera dan jadinya tidak percaya. Hingga contohnya ada komentar di twitter ditayangkan salah satu televisi swasta berkata,”.. ah mending balik nabung di “celengan” aja!” Bernada agak kampungan tetapi cukup tajam dan sinis. Mari wartakan damai sejahtera (shalom/syalom). Dunia sekarang ini kian membutuhkan pewartaan syalom. Mari kuatlah atas berbagai goda, nafsu dan rayuan Kuasa Jahat. Berhentilah terlibat dalam merugikan sesamamu! Jangan lakukan, dan jangan punya niat meliciki pihak lain. Kalau kita ingin hidup bergembira , jangan bergembira atas penderitaan, tangisan bahkan kesengsaraan yang lain. Tetapi mari berjuang untuk bergembira hanya karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Tuhan bagi sesama. Seperti isi Surat Rasul Petrus kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (baca lagi ayat 6-10) yang mengajak memanjatkan syukur ke hadirat Allah hanya karena menjadi berkat bagi sesama dan kehidupan. Walau menempuh masa-masa pencobaan kesukaran. Inilah syalom yang sesungguhnya, syalom yang berasal dari iman yang tegar kuat menjalani melewati berbagai goda rayu si iblis dan tekanan dunia. Syalom yang penuh kesukaan kendatipun ada kesakitan, syalom yang membawa penyembahan sejati kepadaNya walau banyak penderitaan, dan syalom yang menghasilkan kebahagiaan di tengah berbagai kesukaran. Semua ini akan menuju kepada satu titik saja, yakni: Keselamatan yang lengkap dan terakhir! Mari perjuangkan, terima nikmati, dan wartakan bagikanlah, Syalom mulai di dunia menuju Syalom Sorgawi! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Maraknya kasus pembobolan dana di beberapa Bank belakangan ini, tentu berimbas pada tingkat kepercayaan masyarakat. Kasus terakhir malah pembobolan dana mencapai Rp. 111 miliar! Masyarakat mulai bertanya-tanya, lalu kebingungan bahkan tidak aman sejahtera dan jadinya tidak percaya. Hingga contohnya ada komentar di twitter ditayangkan salah satu televisi swasta berkata,”.. ah mending balik nabung di “celengan” aja!” Bernada agak kampungan tetapi cukup tajam dan sinis. Mari wartakan damai sejahtera (shalom/syalom). Dunia sekarang ini kian membutuhkan pewartaan syalom. Mari kuatlah atas berbagai goda, nafsu dan rayuan Kuasa Jahat. Berhentilah terlibat dalam merugikan sesamamu! Jangan lakukan, dan jangan punya niat meliciki pihak lain. Kalau kita ingin hidup bergembira , jangan bergembira atas penderitaan, tangisan bahkan kesengsaraan yang lain. Tetapi mari berjuang untuk bergembira hanya karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Tuhan bagi sesama. Seperti isi Surat Rasul Petrus kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (baca lagi ayat 6-10) yang mengajak memanjatkan syukur ke hadirat Allah hanya karena menjadi berkat bagi sesama dan kehidupan. Walau menempuh masa-masa pencobaan kesukaran. Inilah syalom yang sesungguhnya, syalom yang berasal dari iman yang tegar kuat menjalani melewati berbagai goda rayu si iblis dan tekanan dunia. Syalom yang penuh kesukaan kendatipun ada kesakitan, syalom yang membawa penyembahan sejati kepadaNya walau banyak penderitaan, dan syalom yang menghasilkan kebahagiaan di tengah berbagai kesukaran. Semua ini akan menuju kepada satu titik saja, yakni: Keselamatan yang lengkap dan terakhir! Mari perjuangkan, terima nikmati, dan wartakan bagikanlah, Syalom mulai di dunia menuju Syalom Sorgawi! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
MEWARTAKAN KEBANGKITAN (Yohanes 20: 11-18)
Kata Yesus kepadanya : “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi …….” (Yohanes 20: 17)
Selamat Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Selamat Paskah tahun 2011! Ayo dibangkitkan dengan kebangkitanNya, dan itu adalah cara terbaik kita untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Seperti pesan dan perintah kepada Maria Magdalena, sesaat kebangkitanNya. “.. tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka..” (ayat17) “Katakanlah..” agar kita juga bisa membangkitkan kehidupan orang lain, sesama yang letih lesu dan berbeban berat, walau kita juga memiliki pergumulan. Setiap orang pikul salibnya, setiap keluarga juga pikul salibnya. Tetapi justru dengan itu kita dimampukan jadi kuat. Kuat dalam apa? Kuat dalam iman untuk bangun dan untuk bangkit berdiri lagi. Bahkan berjalan kembali meniti hidup kehidupan yang lebih baik. Jika betul-betul ini kita lakonkan –tentu dengan kekuatanNya menang atas maut- maka orang lain akan melihat dan terinspirasi, bahkan berusaha juga bangkit dari keterpurukan roh dan hidup mereka. Wartakan semangat untuk bangun lagi, lebih beranilah bersaksi untuk bangkit sesulit apapun tantangan pergumulannya. Lalu mari lebih sering lagi mengasihi. Dengan terus mau mengampuni dan melayani dengan Cinta Kasih. Dan lakukan semua proses bangun dan bangkit tersebut menuju kebahagiaan. Kebahagiaan Ucap Syukur Paskah. Kesukacitaan kebahagiaan sorgawi Allah. Bukan kesombongan dunia atau kekuatan manusia belaka. Tetapi sungguh-sungguh diurapi dengan darah tercurah dan tubuhNya terpecah di kayu salib, terus-menerus kita perjuangkan berlaku tiap-tiap hari menuju kemuliaan dan kemenangan kekuatan Kasih Allah. Kemuliaan kemenangan kebangkitanNya! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Selamat Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Selamat Paskah tahun 2011! Ayo dibangkitkan dengan kebangkitanNya, dan itu adalah cara terbaik kita untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Seperti pesan dan perintah kepada Maria Magdalena, sesaat kebangkitanNya. “.. tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka..” (ayat17) “Katakanlah..” agar kita juga bisa membangkitkan kehidupan orang lain, sesama yang letih lesu dan berbeban berat, walau kita juga memiliki pergumulan. Setiap orang pikul salibnya, setiap keluarga juga pikul salibnya. Tetapi justru dengan itu kita dimampukan jadi kuat. Kuat dalam apa? Kuat dalam iman untuk bangun dan untuk bangkit berdiri lagi. Bahkan berjalan kembali meniti hidup kehidupan yang lebih baik. Jika betul-betul ini kita lakonkan –tentu dengan kekuatanNya menang atas maut- maka orang lain akan melihat dan terinspirasi, bahkan berusaha juga bangkit dari keterpurukan roh dan hidup mereka. Wartakan semangat untuk bangun lagi, lebih beranilah bersaksi untuk bangkit sesulit apapun tantangan pergumulannya. Lalu mari lebih sering lagi mengasihi. Dengan terus mau mengampuni dan melayani dengan Cinta Kasih. Dan lakukan semua proses bangun dan bangkit tersebut menuju kebahagiaan. Kebahagiaan Ucap Syukur Paskah. Kesukacitaan kebahagiaan sorgawi Allah. Bukan kesombongan dunia atau kekuatan manusia belaka. Tetapi sungguh-sungguh diurapi dengan darah tercurah dan tubuhNya terpecah di kayu salib, terus-menerus kita perjuangkan berlaku tiap-tiap hari menuju kemuliaan dan kemenangan kekuatan Kasih Allah. Kemuliaan kemenangan kebangkitanNya! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Membangkitkan Pengharapan (Mazmur 31: 10-16)
"Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya Tuhan, aku berkata: ”Engkaulah Allahku” (ayat 15)
Dunia semakin sulit berpengharapan. Semakin sesak keputusasaan terjadi. Misalnya saja, di satu kesempatan menonton salah satu stasiun televisi dengan acara Berita Malam, isinya adalah berita-berita seputar: Suami isteri menjual anaknya berusia 8 bulan karena merasa tidak akan sanggup lagi membiayai kebutuhannya, lalu seorang mantan TKW yang disiksa di Malaysia berteriak-teriak histeris trauma ketakutan, ada juga suami tega membunuh isterinya karena menuduh suka melawan dan tidak menghormatinya lagi, juga ada seorang ibu yang nekat naik Sutet (menara intalasi listrik bertegangan tinggi) karena kesal suaminya berselingkuh. Dan berita-berita “kehilangan pengharapan” lainnya! Di tengah kenyataan hidup dunia seperti ini, Firman Tuhan melalui pemazmur menyapa mengingatkan kita semua untuk kembali dan selalu datang kepadaNya. Memohon sungguh belas kasih Allah (ayat 10-14), lalu mau dan mampu berserah dalam kuat kasihNya (ayat 15) dan terakhir, tetap meneruskan kehidupan dengan percaya beriman (ayat 16). Yang kesemua alur tersebut akan memampukan kita menyalurkan harapan yang benar, baik dan sejati di dalam Tuhan. Mari miliki juga kemudian bagikan terus pengharapan bagi sesama. Dalam Tuhan ada`pengharapan dan akan selalu ada harapan. Ketika kita boleh dipakai “berhasil” melahirkan pengharapan di hidup orang lain, kita sesungguhnya sedang dipakai Tuhan memberi mereka masa depan. Ya, memberi pengharapan - memberikan masa depan. Bahkan refleksi lebih jauh lagi di perjalanan kita jelang Jumat Agung hingga Paskah terus ke Pentakosta dan seterusnya, adalah, pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus memberikan kita semua: Keselamatan Kekal, pasti! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Dunia semakin sulit berpengharapan. Semakin sesak keputusasaan terjadi. Misalnya saja, di satu kesempatan menonton salah satu stasiun televisi dengan acara Berita Malam, isinya adalah berita-berita seputar: Suami isteri menjual anaknya berusia 8 bulan karena merasa tidak akan sanggup lagi membiayai kebutuhannya, lalu seorang mantan TKW yang disiksa di Malaysia berteriak-teriak histeris trauma ketakutan, ada juga suami tega membunuh isterinya karena menuduh suka melawan dan tidak menghormatinya lagi, juga ada seorang ibu yang nekat naik Sutet (menara intalasi listrik bertegangan tinggi) karena kesal suaminya berselingkuh. Dan berita-berita “kehilangan pengharapan” lainnya! Di tengah kenyataan hidup dunia seperti ini, Firman Tuhan melalui pemazmur menyapa mengingatkan kita semua untuk kembali dan selalu datang kepadaNya. Memohon sungguh belas kasih Allah (ayat 10-14), lalu mau dan mampu berserah dalam kuat kasihNya (ayat 15) dan terakhir, tetap meneruskan kehidupan dengan percaya beriman (ayat 16). Yang kesemua alur tersebut akan memampukan kita menyalurkan harapan yang benar, baik dan sejati di dalam Tuhan. Mari miliki juga kemudian bagikan terus pengharapan bagi sesama. Dalam Tuhan ada`pengharapan dan akan selalu ada harapan. Ketika kita boleh dipakai “berhasil” melahirkan pengharapan di hidup orang lain, kita sesungguhnya sedang dipakai Tuhan memberi mereka masa depan. Ya, memberi pengharapan - memberikan masa depan. Bahkan refleksi lebih jauh lagi di perjalanan kita jelang Jumat Agung hingga Paskah terus ke Pentakosta dan seterusnya, adalah, pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus memberikan kita semua: Keselamatan Kekal, pasti! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Membangkitkan Penghiburan (Yohanes 11: 17-44)
"Jawab Yesus : “Akulah kebangkitan dan hidup, barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, ….." (ayat 25-26)
Sudah lihat dan dengar lagu “Udin Sedunia”? Atau yang lain lagi, sudah pernah melihat gaya seorang polisi di Gorontalo yang menari lagu India di televisi lokal maupun jejaring internet? Jika belum cobalah melihat dan mendengarkannya, sangat menghibur! Sehingga tidak mengherankan jika banyak dan semakin banyak orang yang mencari untuk menikmatinya. Perenungan kita kali ini bukan mengajak kita mentah-mentah jadi seperti itu, walau mungkin bisa saja, namun yang menjadi penekanan adalah kata “menghibur”. Ya, sudahkah kita menjadi agen penghiburan Allah bagi dunia? Minimal, menjadi cabang saluran (kecil saja) penghiburan KasihNya bagi sesama manusia? Mari dengan serius namun wajar, mulai dari hal-hal sederhana buatlah orang lain lebih terhibur bahagia atas kehadiran, perkataan bahkan sikap tingkah laku kita. Dan bukan basa-basi! Karena Tuhan kita tidak pernah berbasa-basi termasuk ketika berkata,”Saudaramu (Lazarus) akan bangkit..” (ayat 23) bisa dimengerti Marta saat itu kemungkinan memandangnya tidak lebih sebagai ucapan basa-basi penghiburan yang berhubungan tentang akhir zaman (ayat 24). Semakin jelas kini mengapa ada lanjutan kalimatNya, “Percayakah engkau akan hal ini?” Pertanyaan Tuhan Yesus yang kini harus sungguh kita jawab. Mari jadi umat Allah, pribadi anggota Gereja yang benar-benar punya iman kepadaNya, percaya! Yang membuat kita sungguh berserah dan “menyerah” dalam Tangan Yang Kuat. Di ayat 33, keberserahan Maria dan orang-orang Yahudi di sekitar makam Lazarus, membuat hati Tuhan Yesus masygull dan Ia menangis! (baca lagi ayat terpendek: ayat 35). Dan orang yang telah mati selama 4 hari itupun bangkit, ke luar dari makam dengan tubuh masih terbungkus kain kapan juga kain peluh (ayat 44). Kebangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus, harus menjadi kekuatan spiritual kita menjelang Jumat Agung dan Paskah untuk nyata mau dan mampu membangkitkan penghiburan bagi yang bersedih, bahkan berduka. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Sudah lihat dan dengar lagu “Udin Sedunia”? Atau yang lain lagi, sudah pernah melihat gaya seorang polisi di Gorontalo yang menari lagu India di televisi lokal maupun jejaring internet? Jika belum cobalah melihat dan mendengarkannya, sangat menghibur! Sehingga tidak mengherankan jika banyak dan semakin banyak orang yang mencari untuk menikmatinya. Perenungan kita kali ini bukan mengajak kita mentah-mentah jadi seperti itu, walau mungkin bisa saja, namun yang menjadi penekanan adalah kata “menghibur”. Ya, sudahkah kita menjadi agen penghiburan Allah bagi dunia? Minimal, menjadi cabang saluran (kecil saja) penghiburan KasihNya bagi sesama manusia? Mari dengan serius namun wajar, mulai dari hal-hal sederhana buatlah orang lain lebih terhibur bahagia atas kehadiran, perkataan bahkan sikap tingkah laku kita. Dan bukan basa-basi! Karena Tuhan kita tidak pernah berbasa-basi termasuk ketika berkata,”Saudaramu (Lazarus) akan bangkit..” (ayat 23) bisa dimengerti Marta saat itu kemungkinan memandangnya tidak lebih sebagai ucapan basa-basi penghiburan yang berhubungan tentang akhir zaman (ayat 24). Semakin jelas kini mengapa ada lanjutan kalimatNya, “Percayakah engkau akan hal ini?” Pertanyaan Tuhan Yesus yang kini harus sungguh kita jawab. Mari jadi umat Allah, pribadi anggota Gereja yang benar-benar punya iman kepadaNya, percaya! Yang membuat kita sungguh berserah dan “menyerah” dalam Tangan Yang Kuat. Di ayat 33, keberserahan Maria dan orang-orang Yahudi di sekitar makam Lazarus, membuat hati Tuhan Yesus masygull dan Ia menangis! (baca lagi ayat terpendek: ayat 35). Dan orang yang telah mati selama 4 hari itupun bangkit, ke luar dari makam dengan tubuh masih terbungkus kain kapan juga kain peluh (ayat 44). Kebangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus, harus menjadi kekuatan spiritual kita menjelang Jumat Agung dan Paskah untuk nyata mau dan mampu membangkitkan penghiburan bagi yang bersedih, bahkan berduka. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Mati Dari Kegelapan (Efesus 5: 8-14)
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (ayat 8)
Penipuan uang dengan berbagai modus semakin marak belakangan ini. Yang menarik, sekaligus miris dan sangat perlu diwaspadai, adalah penipuan yang dilakukan oleh para wanita muda dan cantik. Sebut saja seperti yang dilakukan SY di Bogor yang tertangkap di Bali, juga S di Parepare, lalu ada AF di Balikpapan dan juga MD beserta D, keduanya di Jakarta karyawan di sebuah Bank terkenal di Indonesia. Tidak ada yang salah dengan muda, ganteng dan cantik, semua itu adalah keindahan dan kebaikan yang dari Tuhan. Tetapi bahaya sekali bila dikuasai bahkan dibuahi oleh kuasa kegelapan! Rupanya kuasa gelap (iblis) memang tidak lagi menggunakan ular untuk menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Tetapi langsung masuk menggunakan celah nafsu kerakusan manusia itu sendiri, si laki-laki atau juga si perempuan. Jatuh dan bahkan dipakai menjatuhkan sesama manusia untuk ikut jatuh dalam dosa. Siapapun anda, perempuan atau laki-laki, mari, jangan lagi mau diperhamba si iblis! Si kuasa kegelapan! Jangan mau hidup kehidupanmu dirusak, bahkan merusak, merugikan dan bisa menghancurkan kehidupan banyak orang. Tinggalkan kegelapan, mari masuki kehidupan baru dalam terang, kehidupan dalam Kasih Karunia Allah. Jangan lagi turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa (ayat 11). Mari kita semua rindu Terang Kristus dan berjuanglah hidup sebagai anak-anak terang (ayat 8). Maka kita dan kehidupan kita hanya akan berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran (ayat 9). Jadilah kebahagiaan bagi diri sendiri, khususnya jadilah kebahagiaan bagi lebih banyak orang. Yakni ketika, kita mau mati dari kegelapan dan bangkit menjadi terang! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Penipuan uang dengan berbagai modus semakin marak belakangan ini. Yang menarik, sekaligus miris dan sangat perlu diwaspadai, adalah penipuan yang dilakukan oleh para wanita muda dan cantik. Sebut saja seperti yang dilakukan SY di Bogor yang tertangkap di Bali, juga S di Parepare, lalu ada AF di Balikpapan dan juga MD beserta D, keduanya di Jakarta karyawan di sebuah Bank terkenal di Indonesia. Tidak ada yang salah dengan muda, ganteng dan cantik, semua itu adalah keindahan dan kebaikan yang dari Tuhan. Tetapi bahaya sekali bila dikuasai bahkan dibuahi oleh kuasa kegelapan! Rupanya kuasa gelap (iblis) memang tidak lagi menggunakan ular untuk menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Tetapi langsung masuk menggunakan celah nafsu kerakusan manusia itu sendiri, si laki-laki atau juga si perempuan. Jatuh dan bahkan dipakai menjatuhkan sesama manusia untuk ikut jatuh dalam dosa. Siapapun anda, perempuan atau laki-laki, mari, jangan lagi mau diperhamba si iblis! Si kuasa kegelapan! Jangan mau hidup kehidupanmu dirusak, bahkan merusak, merugikan dan bisa menghancurkan kehidupan banyak orang. Tinggalkan kegelapan, mari masuki kehidupan baru dalam terang, kehidupan dalam Kasih Karunia Allah. Jangan lagi turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa (ayat 11). Mari kita semua rindu Terang Kristus dan berjuanglah hidup sebagai anak-anak terang (ayat 8). Maka kita dan kehidupan kita hanya akan berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran (ayat 9). Jadilah kebahagiaan bagi diri sendiri, khususnya jadilah kebahagiaan bagi lebih banyak orang. Yakni ketika, kita mau mati dari kegelapan dan bangkit menjadi terang! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Jangan Keraskan Hati (Mazmur 95)
Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun. (ayat 8).
Teror bom merebak di mana-mana, diawali bermunculannya teror “bom buku” dilanjutkan lebih banyak teror “bom paket kiriman”. Ada yang menyatakan rentetan teror ini untuk mengalihkan perhatian publik masyarakat dari berbagai isu dan kasus korupsi, kejahatan, intelorensi antar umat, perebutan kekuasaan dan pemerintahan. Tetapi harus tetap diakui, walau tidak berdampak sangat tajam dan luas, teror kekerasan demi kekerasan khususnya yang berbentuk teror bom ini cukup meresahkan. Kekerasan akan memunculkan teror. Dan teror selalu jahat bahkan kejam, teror pastilah membawa korban, entah benda, perasaan, psikologis, iman bahkan nyawa. Kekerasan berasal dari hati yang keras. Bukan hanya pola pikir dan kemampuan nalar rasional yang keras, tetapi sikap hati yang keras! Tidak peduli, gagap merasa, hilang kendali dan bahkan mungkin sama sekali mati. Dalam ungkapan pemazmur, “.. menjadi sesat hati dan tidak mengenal jalanKu.. bahkan takkan masuk ke tempat perhentianKu.” (ayat 10-11). Allah tidak berkenan dengan hati yang keras. “Janganlah keraskan hatimu..” (baca lagi ayat 8). Allah sangat berkenan dengan hati yang lembut. Hati yang mau “disentuh” –Nya, tiap waktu mau dibentuk seturut kehendakNya. Hati yang berkenan mengasihi sesama, bahkan berwujud nyata selalu siap menolong dan membantu, siapapun bagaimanapun mereka yang membutuhkannya. Hati yang bisa dipakai Allah untuk “menyentuh” hati orang lain, yang jika terus-menerus akhirnya bisa menghancurkan benih-benih teror demi teror. Mari kita awali semua itu dari permohonan perlindunganNya serta kekuatan terang Kasih, untuk tidak mengeraskan hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Teror bom merebak di mana-mana, diawali bermunculannya teror “bom buku” dilanjutkan lebih banyak teror “bom paket kiriman”. Ada yang menyatakan rentetan teror ini untuk mengalihkan perhatian publik masyarakat dari berbagai isu dan kasus korupsi, kejahatan, intelorensi antar umat, perebutan kekuasaan dan pemerintahan. Tetapi harus tetap diakui, walau tidak berdampak sangat tajam dan luas, teror kekerasan demi kekerasan khususnya yang berbentuk teror bom ini cukup meresahkan. Kekerasan akan memunculkan teror. Dan teror selalu jahat bahkan kejam, teror pastilah membawa korban, entah benda, perasaan, psikologis, iman bahkan nyawa. Kekerasan berasal dari hati yang keras. Bukan hanya pola pikir dan kemampuan nalar rasional yang keras, tetapi sikap hati yang keras! Tidak peduli, gagap merasa, hilang kendali dan bahkan mungkin sama sekali mati. Dalam ungkapan pemazmur, “.. menjadi sesat hati dan tidak mengenal jalanKu.. bahkan takkan masuk ke tempat perhentianKu.” (ayat 10-11). Allah tidak berkenan dengan hati yang keras. “Janganlah keraskan hatimu..” (baca lagi ayat 8). Allah sangat berkenan dengan hati yang lembut. Hati yang mau “disentuh” –Nya, tiap waktu mau dibentuk seturut kehendakNya. Hati yang berkenan mengasihi sesama, bahkan berwujud nyata selalu siap menolong dan membantu, siapapun bagaimanapun mereka yang membutuhkannya. Hati yang bisa dipakai Allah untuk “menyentuh” hati orang lain, yang jika terus-menerus akhirnya bisa menghancurkan benih-benih teror demi teror. Mari kita awali semua itu dari permohonan perlindunganNya serta kekuatan terang Kasih, untuk tidak mengeraskan hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Diperbarui (Yohanes 3: 1-17)
"Yesus menjawab, kata-Nya : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (ayat 3).
Jika biasanya tentang Farisi, kita mendapat kesan yang tidak baik. Kali ini berbeda, Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi – seorang Farisi, datang pada waktu malam untuk belajar tentang keselamatan dan Kerajaan Allah kepada Tuhan Yesus. Terjadi dialog, salah satunya tentang Kelahiran Baru. Guru yang diutus Allah itu menegaskan kepada Nikodemus,”..sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kelahiran baru yang dimaksudNya di sini tentu bersifat rohani. Kelahiran baru rohani yang datang dan bersumber dari Kerajaan rohani (baca lagi ayat 5-8). Lalu bagaimana caranya? Jawabannya dengan: Percaya. Coba perhatikan lanjutan pengajaranNya yang indah, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (ayat 16). Mari percaya kepada Allah, dengan segenap hati, pikiran, pancaindera dan hidup kehidupan. Hanya dengan begitu kita akan mengalami pembaruan rohani iman. Lebih masuk dalam tujuan misiNya yang bukan untuk menghukum, tetapi pengorbanan di Kayu salib justru untuk menyelamatkan dunia (ayat 17). Tiap hari lebih baik, di hadapan Allah juga bagi sesama manusia khususnya di tengah gempa, Tsunami, bom bahkan nuklir sekalipun. Tiap waktu dilayakkan Roh untuk lebih menikmati damai sejahtera sorgawi, Kerajaan Allah. Karena mau diperbarui. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Jika biasanya tentang Farisi, kita mendapat kesan yang tidak baik. Kali ini berbeda, Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi – seorang Farisi, datang pada waktu malam untuk belajar tentang keselamatan dan Kerajaan Allah kepada Tuhan Yesus. Terjadi dialog, salah satunya tentang Kelahiran Baru. Guru yang diutus Allah itu menegaskan kepada Nikodemus,”..sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kelahiran baru yang dimaksudNya di sini tentu bersifat rohani. Kelahiran baru rohani yang datang dan bersumber dari Kerajaan rohani (baca lagi ayat 5-8). Lalu bagaimana caranya? Jawabannya dengan: Percaya. Coba perhatikan lanjutan pengajaranNya yang indah, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (ayat 16). Mari percaya kepada Allah, dengan segenap hati, pikiran, pancaindera dan hidup kehidupan. Hanya dengan begitu kita akan mengalami pembaruan rohani iman. Lebih masuk dalam tujuan misiNya yang bukan untuk menghukum, tetapi pengorbanan di Kayu salib justru untuk menyelamatkan dunia (ayat 17). Tiap hari lebih baik, di hadapan Allah juga bagi sesama manusia khususnya di tengah gempa, Tsunami, bom bahkan nuklir sekalipun. Tiap waktu dilayakkan Roh untuk lebih menikmati damai sejahtera sorgawi, Kerajaan Allah. Karena mau diperbarui. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Peka (Kejadian 3: 1-7)
"Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali kali kamu tidak akan mati” (ayat 4)
Ketika kepekaan kita “benamkan” atau bahkan hilang dari kesadaran hati juga iman, maka yang terjadi adalah kesalahan dan menyakiti. Menyakiti diri orang-orang di dekat kita, bahkan bisa menyakiti hati Allah! Itulah yang terjadi ketika Hawa dan Adam tidak peka terhadap godaan si jahat, iblis. Sosok yang sangat piawai memakai cara apapun agar kita jatuh dalam dosa. Termasuk piawai memutarbalikkan fakta. Coba saja perhatikan dengan jeli kalimat iblis melalui ular di ayat 1, “..Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?..” bandingkan dengan kalimat Firman Allah di ayat 16-17 pada pasal sebelumnya, Kejadian 2, “.. Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,..” Ujung-ujungnya, Hawa dan Adam ketakutan dan bersembunyi dari Allah (lanjutkan baca ayat 8). Allah murka. Ular dihukum menjalar dengan perutnya, selamanya. Adam-Hawa juga dihukum, hukuman itu berlaku hingga kini bagi perempuan bermusuhan dengan ular dan harus kesakitan saat melahirkan, kemudian bagi pria harus bersusah payah mencari penghidupan. Peka. Ya mari miliki hati yang peka di dalam kasih kuasaNya. Dari perikop ini, kita juga belajar bahwa Allah sesungguhnya sudah memberi “tanda-tanda” pengingatan dan peringatan di mana-mana, agar kita tidak tersesat atau disesatkan. Dari kepekaan hati, kemudian miliki pikiran yang peka, didukung oleh seluruh pancaindera yang juga makin peka menyerap berbagai hal dalam kehidupan. Sehingga kita mampu peka terhadap godaan jahat, semanis apapun kelihatannya. Tegas menolak iblis. Dan berkata “ya” hanya kepada Allah. Peduli kepada sekitar, mau berbagi, siap menolong siapapun dan kita akan lebih mengasihi Allah juga sesama. Semuanya itu diawali dengan: Peka. Amin.. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Ketika kepekaan kita “benamkan” atau bahkan hilang dari kesadaran hati juga iman, maka yang terjadi adalah kesalahan dan menyakiti. Menyakiti diri orang-orang di dekat kita, bahkan bisa menyakiti hati Allah! Itulah yang terjadi ketika Hawa dan Adam tidak peka terhadap godaan si jahat, iblis. Sosok yang sangat piawai memakai cara apapun agar kita jatuh dalam dosa. Termasuk piawai memutarbalikkan fakta. Coba saja perhatikan dengan jeli kalimat iblis melalui ular di ayat 1, “..Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?..” bandingkan dengan kalimat Firman Allah di ayat 16-17 pada pasal sebelumnya, Kejadian 2, “.. Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,..” Ujung-ujungnya, Hawa dan Adam ketakutan dan bersembunyi dari Allah (lanjutkan baca ayat 8). Allah murka. Ular dihukum menjalar dengan perutnya, selamanya. Adam-Hawa juga dihukum, hukuman itu berlaku hingga kini bagi perempuan bermusuhan dengan ular dan harus kesakitan saat melahirkan, kemudian bagi pria harus bersusah payah mencari penghidupan. Peka. Ya mari miliki hati yang peka di dalam kasih kuasaNya. Dari perikop ini, kita juga belajar bahwa Allah sesungguhnya sudah memberi “tanda-tanda” pengingatan dan peringatan di mana-mana, agar kita tidak tersesat atau disesatkan. Dari kepekaan hati, kemudian miliki pikiran yang peka, didukung oleh seluruh pancaindera yang juga makin peka menyerap berbagai hal dalam kehidupan. Sehingga kita mampu peka terhadap godaan jahat, semanis apapun kelihatannya. Tegas menolak iblis. Dan berkata “ya” hanya kepada Allah. Peduli kepada sekitar, mau berbagi, siap menolong siapapun dan kita akan lebih mengasihi Allah juga sesama. Semuanya itu diawali dengan: Peka. Amin.. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Hati Terbuka (2 Petrus 1: 16 - 21)
"Yang terutama kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri." (ayat 20)
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sedang ribut soal pemilihan Ketua Umum yang baru, dunia sepakbola Indonesia pun kisruh menuntut revolusi PSSI. Dari para pengurus-pengurus pusat hingga cabang, berbagai komite, sedikit para pemain, namun umumnya terbanyak para pecinta (mania) sepakbola, hingga Menpora (Menteri Negara Pemuda dan Olahraga) dan bahkan soal statuta FIFA pun terlibat dalam pusaran keruwetan, saling menghujat dan hilang damai sejahtera. Awal semuanya disinyalir karena seringnya terjadi pemaksaan kehendak manusia, tidak transparan dan terlalu banyak kebohongan. Berhentilah berbohong. Di hadapan Allah khususnya. Juga membohongi diri sendiri. Apalagi, jangan lagi dan lagi tidak jujur kepada sesama, khususnya bagi orang-orang yang terdekat dan ada di dekat kita. “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongen isapan jempol manusia..” (ayat 16). Hidup janganlah diisi dengan isapan jempol, kemunafikan dan kebohongan yang ujungnya akan melukai hati sendiri. Juga melukai hati orang lain bahkan melukai hatiNya –Sang pemberi kehidupan itu-. Mari datang mohon pemulihan dariNya, seraya berjanji untuk hidup lebih terbuka segar dan diterangi kasih karunia Allah. Tidak lagi memaksakan keinginan daging manusia, tapi takutlah akan Allah! (ayat 20-21). Dan mari jadi saksiNya, saksi kehormatan dan kemuliaan Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus, Sang Anak yang Kukasihi (ayat 17-18). Untuk inilah kita dipanggil, mengikuti jejakNya tulus siap menderita, dengan hati seorang hamba yang setia, hati yang terbuka menerima dan bersaksi melakukan FirmanNya. Mari jadi pelita yang bercahaya di tempat gelap (baca lagi ayat 19) atas dorongan Roh Kudus, jujur, penuh kasih. Dan tiap hari, terus berjuang mewujudkan damai sejahtera bagi kehidupan bersama. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sedang ribut soal pemilihan Ketua Umum yang baru, dunia sepakbola Indonesia pun kisruh menuntut revolusi PSSI. Dari para pengurus-pengurus pusat hingga cabang, berbagai komite, sedikit para pemain, namun umumnya terbanyak para pecinta (mania) sepakbola, hingga Menpora (Menteri Negara Pemuda dan Olahraga) dan bahkan soal statuta FIFA pun terlibat dalam pusaran keruwetan, saling menghujat dan hilang damai sejahtera. Awal semuanya disinyalir karena seringnya terjadi pemaksaan kehendak manusia, tidak transparan dan terlalu banyak kebohongan. Berhentilah berbohong. Di hadapan Allah khususnya. Juga membohongi diri sendiri. Apalagi, jangan lagi dan lagi tidak jujur kepada sesama, khususnya bagi orang-orang yang terdekat dan ada di dekat kita. “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongen isapan jempol manusia..” (ayat 16). Hidup janganlah diisi dengan isapan jempol, kemunafikan dan kebohongan yang ujungnya akan melukai hati sendiri. Juga melukai hati orang lain bahkan melukai hatiNya –Sang pemberi kehidupan itu-. Mari datang mohon pemulihan dariNya, seraya berjanji untuk hidup lebih terbuka segar dan diterangi kasih karunia Allah. Tidak lagi memaksakan keinginan daging manusia, tapi takutlah akan Allah! (ayat 20-21). Dan mari jadi saksiNya, saksi kehormatan dan kemuliaan Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus, Sang Anak yang Kukasihi (ayat 17-18). Untuk inilah kita dipanggil, mengikuti jejakNya tulus siap menderita, dengan hati seorang hamba yang setia, hati yang terbuka menerima dan bersaksi melakukan FirmanNya. Mari jadi pelita yang bercahaya di tempat gelap (baca lagi ayat 19) atas dorongan Roh Kudus, jujur, penuh kasih. Dan tiap hari, terus berjuang mewujudkan damai sejahtera bagi kehidupan bersama. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Rendah Hati (Mazmur 131)
“Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong...” (Mzm 131: 1a)
Cukup banyak tinggi hati. Tetapi sedikit sekali rendah hati. Sehingga banyak pihak saling menyalahkan, saling meremehkan. Perseteruan pertikaian tidak bisa dihindari, bahkan kekerasan terjadi dan terjadi lagi. Intoleransi kembali menguak. Itu semua karena apa? Karena ada pihak atau golongan yang minimal merasa atau kemudian meyakini dan menempatkan diri mereka “lebih” dari yang lain. Lebih banyak, lebih suci bahkan yang bahaya lagi lebih baik dan layak. Dan semua itu terjadi karena terlalu banyak tinggi hati! Mari rendah hati saudara. “Ampuni kami Tuhan, ampuni aku Tuhan, atas segala kesombonganku, aku rindu rendah hati”, nyatakan itu lebih sering, jujur dari hati ke hadapanNya. Seperti pengakuan juga kerinduan hati Daud di nyanyian ziarahnya kali ini,”Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong..” Sebuah kesungguhan melakukannya karena hati Daud - juga hati dan hidup kita - benar-benar dibersihkan dari berbagai kesombongan kemudian jadi tahir. Menjadi tenang dan damai sekali. Tidak selalu mengandalkan kedagingan kita, bahkan tidak melulu tergoda memuaskan nafsu manusia duniawi kita yang bisa membawa kehancuran dan maut. Terlebih di tengah kemajemukan agama, bahkan pluralis keberagaman pemeluk agama. Dengan kekuatan Roh Allah Yang Kudus, Roh rendah hati. Menerima kemajemukan, mengakui keberagaman bahkan saling mengisi menolong di tengah perbedaan. Sesulit bagaimanapun, selamanya bersyukur sungguh, merayakan kemajemukan apapun dengan siapapun, hidup mengasihi sesama dengan rendah hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Cukup banyak tinggi hati. Tetapi sedikit sekali rendah hati. Sehingga banyak pihak saling menyalahkan, saling meremehkan. Perseteruan pertikaian tidak bisa dihindari, bahkan kekerasan terjadi dan terjadi lagi. Intoleransi kembali menguak. Itu semua karena apa? Karena ada pihak atau golongan yang minimal merasa atau kemudian meyakini dan menempatkan diri mereka “lebih” dari yang lain. Lebih banyak, lebih suci bahkan yang bahaya lagi lebih baik dan layak. Dan semua itu terjadi karena terlalu banyak tinggi hati! Mari rendah hati saudara. “Ampuni kami Tuhan, ampuni aku Tuhan, atas segala kesombonganku, aku rindu rendah hati”, nyatakan itu lebih sering, jujur dari hati ke hadapanNya. Seperti pengakuan juga kerinduan hati Daud di nyanyian ziarahnya kali ini,”Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong..” Sebuah kesungguhan melakukannya karena hati Daud - juga hati dan hidup kita - benar-benar dibersihkan dari berbagai kesombongan kemudian jadi tahir. Menjadi tenang dan damai sekali. Tidak selalu mengandalkan kedagingan kita, bahkan tidak melulu tergoda memuaskan nafsu manusia duniawi kita yang bisa membawa kehancuran dan maut. Terlebih di tengah kemajemukan agama, bahkan pluralis keberagaman pemeluk agama. Dengan kekuatan Roh Allah Yang Kudus, Roh rendah hati. Menerima kemajemukan, mengakui keberagaman bahkan saling mengisi menolong di tengah perbedaan. Sesulit bagaimanapun, selamanya bersyukur sungguh, merayakan kemajemukan apapun dengan siapapun, hidup mengasihi sesama dengan rendah hati. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Rekonsiliasi (Matius 5: 38-48)
"Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (44).
Kesempurnaan tidak bisa kita capai. Tapi, kesempurnaan akan selalu jadi tujuan hidup kita dalam Allah Bapa (baca lagi ayat terkahir, ayat 48). Dan salah satu proses menuju kesempurnaan adalah Rekonsiliasi. Proses memberlakukan perdamaian. Berisi upaya, sikap, pola pikir dan khususnya tindakan mau berdamai, mendamaikan dan keadaan yang didamaikan. Allah-lah yang paling awal dan utama, mengajarkan soal rekonsiliasi. Bukan sekadar dengan teori, tulisan atau ucapanNya, tetapi dengan teladan nyata rekonsiliasi. Kita manusia yang tidak sanggup menebus dosa-dosa kita sendiri, telah diperdamaikan dengan diriNya, melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang mati di Salib. Penulis Matius secara luarbiasa menjabarkan gamblang ajaranNya yang harus kita lakukan: “.. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?” (44-47). Memberi lebih. Itu inti refleksi Firman ini untuk kehidupan kita: Memberi lebih. Murid-murid harus memberi lebih, karena Allah telah dan selalu memberi lebih, jauh melebihi segala kuat dan gagah kita, bahkan segala apapun yang bisa kita lakukan dan persembahkan. Kini, mari lakukan itu bagi orang lain, sesama manusia, seberat sesulit bagaimanapun: Ditampar pipi kiri berikan pipi kanan, orang mengingini bajumu berikan jubahmu, ketika dipaksa berjalan satu mil –dan orang Roma saat itu memang bisa menyuruh orang bukan warga Romawi untuk memikul alat atau benda berat sejauh hingga satu setengah kilometer- berjalanlah sejauh dua mil (seperti di ayat 39-42). Itulah semua yang dimaksudNya dengan rekonsiliasi, memberi Kasih lebih lagi, yang sesungguh-sungguhnya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Kesempurnaan tidak bisa kita capai. Tapi, kesempurnaan akan selalu jadi tujuan hidup kita dalam Allah Bapa (baca lagi ayat terkahir, ayat 48). Dan salah satu proses menuju kesempurnaan adalah Rekonsiliasi. Proses memberlakukan perdamaian. Berisi upaya, sikap, pola pikir dan khususnya tindakan mau berdamai, mendamaikan dan keadaan yang didamaikan. Allah-lah yang paling awal dan utama, mengajarkan soal rekonsiliasi. Bukan sekadar dengan teori, tulisan atau ucapanNya, tetapi dengan teladan nyata rekonsiliasi. Kita manusia yang tidak sanggup menebus dosa-dosa kita sendiri, telah diperdamaikan dengan diriNya, melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang mati di Salib. Penulis Matius secara luarbiasa menjabarkan gamblang ajaranNya yang harus kita lakukan: “.. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?” (44-47). Memberi lebih. Itu inti refleksi Firman ini untuk kehidupan kita: Memberi lebih. Murid-murid harus memberi lebih, karena Allah telah dan selalu memberi lebih, jauh melebihi segala kuat dan gagah kita, bahkan segala apapun yang bisa kita lakukan dan persembahkan. Kini, mari lakukan itu bagi orang lain, sesama manusia, seberat sesulit bagaimanapun: Ditampar pipi kiri berikan pipi kanan, orang mengingini bajumu berikan jubahmu, ketika dipaksa berjalan satu mil –dan orang Roma saat itu memang bisa menyuruh orang bukan warga Romawi untuk memikul alat atau benda berat sejauh hingga satu setengah kilometer- berjalanlah sejauh dua mil (seperti di ayat 39-42). Itulah semua yang dimaksudNya dengan rekonsiliasi, memberi Kasih lebih lagi, yang sesungguh-sungguhnya! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Tidak Kepada Iri Hati dan Perselisihan (1 Korintus 3: 1-9)
"Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi." (ayat 3)
Kekerasan kembali merajalela, terakhir di Pandeglang, lalu di Temanggung, dan entah di mana lagi. Apapun alasannya, kita menolak tegas berbagai bentuk kekerasan! Karena ujung-ujungnya hanya membawa kekacauan, perpecahan, tidak ada damai, pengrusakan bahkan jatuh korban. Sebagai Gereja dan Jemaat Tuhan mari mewaspadainya, dari dalam kita dulu, dengan terus memelihara hati dan pikiran jernih, melakukan pelayanan yang murni kepada rekan jemaat juga sesama, dan semuanya dilakukan hanya bagi keluhuran kemuliaan Allah. Melalui surat Rasul Paulus kepada Jemaat Korintus, kita diingatkan Tuhan bahwa ada 2 (dua) hal besar musuh dari pelayanan yang murni kepadaNya. Yaitu: Iri hati dan Perselisihan (baca lagi ayat 3). Jika di antara kita (jemaat) masih ada iri hati dan perselisihan, itu menunjukkan kita masih manusia duniawi yang belum juga dewasa dalam Kristus. Mari dewasa dalam Kristus, menjadi jemaat yang rohaninya bertumbuh dan berbuah nyata. Bagi keluarga, tetangga, sesama, bagi masyarakat dan bangsa, juga termasuk khususnya bagi rekan jemaat. Jangan mau ditipu kuasa gelap untuk jadi terkotak-kotak, lalu menganggap diri lebih baik dan benar dari yang lain. Rasul Paulus menegaskan, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. “ (ayat 6-7). Yang terpenting hanyalah Dia. Dan kita semua adalah ladang Allah, bangunan Allah. Hiduplah dalam KasihNya, bekerjasama dengan rendah hati, melayani dengan tulus dan bertumbuh berbuah bersama-sama. Tiap hari buang yang jelek, singkirkan yang tidak penting. Buang iri hati, singkirkan perselisihan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Kekerasan kembali merajalela, terakhir di Pandeglang, lalu di Temanggung, dan entah di mana lagi. Apapun alasannya, kita menolak tegas berbagai bentuk kekerasan! Karena ujung-ujungnya hanya membawa kekacauan, perpecahan, tidak ada damai, pengrusakan bahkan jatuh korban. Sebagai Gereja dan Jemaat Tuhan mari mewaspadainya, dari dalam kita dulu, dengan terus memelihara hati dan pikiran jernih, melakukan pelayanan yang murni kepada rekan jemaat juga sesama, dan semuanya dilakukan hanya bagi keluhuran kemuliaan Allah. Melalui surat Rasul Paulus kepada Jemaat Korintus, kita diingatkan Tuhan bahwa ada 2 (dua) hal besar musuh dari pelayanan yang murni kepadaNya. Yaitu: Iri hati dan Perselisihan (baca lagi ayat 3). Jika di antara kita (jemaat) masih ada iri hati dan perselisihan, itu menunjukkan kita masih manusia duniawi yang belum juga dewasa dalam Kristus. Mari dewasa dalam Kristus, menjadi jemaat yang rohaninya bertumbuh dan berbuah nyata. Bagi keluarga, tetangga, sesama, bagi masyarakat dan bangsa, juga termasuk khususnya bagi rekan jemaat. Jangan mau ditipu kuasa gelap untuk jadi terkotak-kotak, lalu menganggap diri lebih baik dan benar dari yang lain. Rasul Paulus menegaskan, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. “ (ayat 6-7). Yang terpenting hanyalah Dia. Dan kita semua adalah ladang Allah, bangunan Allah. Hiduplah dalam KasihNya, bekerjasama dengan rendah hati, melayani dengan tulus dan bertumbuh berbuah bersama-sama. Tiap hari buang yang jelek, singkirkan yang tidak penting. Buang iri hati, singkirkan perselisihan! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Datang (Mazmur 15 : 1-5)
Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? (ayat 1)
“Jangan bohong!” Kita harus mengaminkan ungkap juga gerakan moral yang sangat baik ini, yang dimulai disuarakan oleh para tokoh lintas agama beberapa waktu lalu. Kemudian menyebar melalui media pemberitaan, diikuti berbagai elemen dan dimensi masyarakat negeri tercinta kita, Indonesia. Karena Allah menyukai orang-orang yang baik juga benar hatinya dan dilakonkan. Kita rindu, kita pun masuk dalam kategori tersebut bukan? Hal ini sesungguhnya sudah ada sebagai jawaban seraya ajakan dari pemazmur atas ungkap pertanyaannya sendiri di hadapan Allah, “Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus?” Kata “kemahMu” dan “gunungMu yang kudus” menghunjuk langsung kepada Gunung Sion di Yerusalem, tempat Rumah Tuhan, Bait Allah. Biasanya, Mazmur ini digunakan pada upacara memasuki Bait Allah. Saat semakin mendekati, mereka (biasanya para umat) menyatakan ungkapan awal (ayat 1) mazmur pertanyaan yang indah ini. Kemudian imam akan menjawab dengan kata-kata berikutnya (ayat 2-5). Mari dengar suaraNya, panggilan, penghiburan bahkan teguranNya. Jangan tampik suara kenabian dan suara mazmur Allah. Lalu dengan hati penuh rindu, datanglah dekat kepadaNya, hingga benar-benar ada di dalam Dia. Bertobatlah, berubahlah, terus bertumbuh dan berbuah sebagai umat Allah. Berlaku ‘tak bercela, memperjuangkan keadilan, kebenaran, tidak bohong, tidak juga menyebarkan fitnah, jangan berbuat kejahatan, lalu menghina apalagi membuat cela bagi sesama. Tapi mari lebih lagi, muliakan Allah dengan berpegang pada Firman. Setia tidak goyah terus menyalurkan berkat -berkatNya. Jadi teladan, mempengaruhi orang lain dan kehidupan sekitar untuk juga melakukan Kebaikan, Kebenaran dan Kasih. KepadaNya, datang! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
“Jangan bohong!” Kita harus mengaminkan ungkap juga gerakan moral yang sangat baik ini, yang dimulai disuarakan oleh para tokoh lintas agama beberapa waktu lalu. Kemudian menyebar melalui media pemberitaan, diikuti berbagai elemen dan dimensi masyarakat negeri tercinta kita, Indonesia. Karena Allah menyukai orang-orang yang baik juga benar hatinya dan dilakonkan. Kita rindu, kita pun masuk dalam kategori tersebut bukan? Hal ini sesungguhnya sudah ada sebagai jawaban seraya ajakan dari pemazmur atas ungkap pertanyaannya sendiri di hadapan Allah, “Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus?” Kata “kemahMu” dan “gunungMu yang kudus” menghunjuk langsung kepada Gunung Sion di Yerusalem, tempat Rumah Tuhan, Bait Allah. Biasanya, Mazmur ini digunakan pada upacara memasuki Bait Allah. Saat semakin mendekati, mereka (biasanya para umat) menyatakan ungkapan awal (ayat 1) mazmur pertanyaan yang indah ini. Kemudian imam akan menjawab dengan kata-kata berikutnya (ayat 2-5). Mari dengar suaraNya, panggilan, penghiburan bahkan teguranNya. Jangan tampik suara kenabian dan suara mazmur Allah. Lalu dengan hati penuh rindu, datanglah dekat kepadaNya, hingga benar-benar ada di dalam Dia. Bertobatlah, berubahlah, terus bertumbuh dan berbuah sebagai umat Allah. Berlaku ‘tak bercela, memperjuangkan keadilan, kebenaran, tidak bohong, tidak juga menyebarkan fitnah, jangan berbuat kejahatan, lalu menghina apalagi membuat cela bagi sesama. Tapi mari lebih lagi, muliakan Allah dengan berpegang pada Firman. Setia tidak goyah terus menyalurkan berkat -berkatNya. Jadi teladan, mempengaruhi orang lain dan kehidupan sekitar untuk juga melakukan Kebaikan, Kebenaran dan Kasih. KepadaNya, datang! Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th
Erat (1 Korintus 1: 10-18)
"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (ayat 10)
“Demi nama Tuhan kita Yesus Kristus,.. jangan ada perpecahan di antara kamu,..” ini cuplikan kalimat Rasul Paulus yang menasihatkan jemaat di Korintus. Saat terjadi perselisihan di antara mereka. Tiap orang terkotak-kotak karena pembaptisan dan menyombongkan golongan-golongan mereka sendiri (baca lagi ayat 11-12). Padahal adakah Kristus terbagi-bagi? Jawabnya tentu tidak! Jadi di dalam Kristus, segala sesuatu harus dibawa ke arah yang baik. Ke arah kesatuan, persekutuan dan kebersamaan yang erat untuk kemuliaan Allah. Segala sesuatu karena, oleh dan untuk Dia. Bukan ego pribadi. Dan bukan untuk kepentingan segelintir orang saja. Kehidupan berjemaat di Korintus, jadi pantulan kuat untuk kehidupan berjemaat kita, haruslah untuk kebaikan bersama dan benar-benar mewujudkan damai sejahtera. Dalam apa? Di ayat terakhir (ayat 18) kita menemukan penegasan jawabannya: Dalam pemberitaan Salib. Pemberitaan tentang Injil. Pemberitaan Keselamatan. Kita tidak mudah goyah bahkan terpecah, namun terus bersedia diselamatkan, bertumbuh berbuah bersama JemaatNya. Bersatu dalam baptisan Roh, bersatu dalam tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus. Hidup seia sekata, sehati sepikir, bahagia bersama bermodalkan kekuatan Kasih Allah. Erat! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
“Demi nama Tuhan kita Yesus Kristus,.. jangan ada perpecahan di antara kamu,..” ini cuplikan kalimat Rasul Paulus yang menasihatkan jemaat di Korintus. Saat terjadi perselisihan di antara mereka. Tiap orang terkotak-kotak karena pembaptisan dan menyombongkan golongan-golongan mereka sendiri (baca lagi ayat 11-12). Padahal adakah Kristus terbagi-bagi? Jawabnya tentu tidak! Jadi di dalam Kristus, segala sesuatu harus dibawa ke arah yang baik. Ke arah kesatuan, persekutuan dan kebersamaan yang erat untuk kemuliaan Allah. Segala sesuatu karena, oleh dan untuk Dia. Bukan ego pribadi. Dan bukan untuk kepentingan segelintir orang saja. Kehidupan berjemaat di Korintus, jadi pantulan kuat untuk kehidupan berjemaat kita, haruslah untuk kebaikan bersama dan benar-benar mewujudkan damai sejahtera. Dalam apa? Di ayat terakhir (ayat 18) kita menemukan penegasan jawabannya: Dalam pemberitaan Salib. Pemberitaan tentang Injil. Pemberitaan Keselamatan. Kita tidak mudah goyah bahkan terpecah, namun terus bersedia diselamatkan, bertumbuh berbuah bersama JemaatNya. Bersatu dalam baptisan Roh, bersatu dalam tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus. Hidup seia sekata, sehati sepikir, bahagia bersama bermodalkan kekuatan Kasih Allah. Erat! Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Menjadi Berkat (Yesaya 42: 1-9)
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya..” (Yesaya 42: 3)
Harga cabe melambung tinggi! Kalau tidak salah menembus Rp. 100.000 /kg. Semua kalangan resah dan bingung, mulai dari para petani yang tampaknya tidak terlalu diuntungkan, sampai ke para pembeli, pengusaha makanan hingga sangat merisaukan ibu-ibu rumah tangga. Berbagai alasan dan dalih bermunculan mengapa fenomena cabe mahal terjadi. Menambah lengkap sempurna berbagai pergumulan, tantangan bahkan penderitaan hidup. Apakah kita yang dipanggilNya sebagai umat pengikut Allah juga larut dengan semua ini? Tidak! Jangan pernah berputus asa dan hilang pengharapan. Allah tetap dan akan selalu tetap menyertai memberkati kita semua. Hal inilah yang disampaikanNya dan dikumandangkan Nabi Yesaya bagi bangsa Israel di dalam pembuangan. “ Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, … menjadi terang untuk bangsa-bangsa” (ayat 6). Ingatlah selalu anda dan saya telah dipanggil untuk terus diberkati. Diberkati Allah bukan melulu untuk diri sendiri. Tetapi diberkati untuk memberkati. Ketika semakin sulit keadaan, mari, belajarlah jadi berkat bagi sesama lebih lagi. Karena jika di keadaan yang aman bahkan berkelimpahan, kita jadi saluran berkat, ah itu biasa. Sangat wajar. Tetapi mari jadi luarbiasa dalamNya. Jadi indah bahkan lebih indah dalam Iman, Pengharapan dan Kasih. Sehingga diri kita sendiri adalah “berkat” bagi sesama. Seberat dan sesulit apapun. Bersama Jemaat dan sesama di keseharian benar-benar lebih menikmati berkat-berkat Allah. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Harga cabe melambung tinggi! Kalau tidak salah menembus Rp. 100.000 /kg. Semua kalangan resah dan bingung, mulai dari para petani yang tampaknya tidak terlalu diuntungkan, sampai ke para pembeli, pengusaha makanan hingga sangat merisaukan ibu-ibu rumah tangga. Berbagai alasan dan dalih bermunculan mengapa fenomena cabe mahal terjadi. Menambah lengkap sempurna berbagai pergumulan, tantangan bahkan penderitaan hidup. Apakah kita yang dipanggilNya sebagai umat pengikut Allah juga larut dengan semua ini? Tidak! Jangan pernah berputus asa dan hilang pengharapan. Allah tetap dan akan selalu tetap menyertai memberkati kita semua. Hal inilah yang disampaikanNya dan dikumandangkan Nabi Yesaya bagi bangsa Israel di dalam pembuangan. “ Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, … menjadi terang untuk bangsa-bangsa” (ayat 6). Ingatlah selalu anda dan saya telah dipanggil untuk terus diberkati. Diberkati Allah bukan melulu untuk diri sendiri. Tetapi diberkati untuk memberkati. Ketika semakin sulit keadaan, mari, belajarlah jadi berkat bagi sesama lebih lagi. Karena jika di keadaan yang aman bahkan berkelimpahan, kita jadi saluran berkat, ah itu biasa. Sangat wajar. Tetapi mari jadi luarbiasa dalamNya. Jadi indah bahkan lebih indah dalam Iman, Pengharapan dan Kasih. Sehingga diri kita sendiri adalah “berkat” bagi sesama. Seberat dan sesulit apapun. Bersama Jemaat dan sesama di keseharian benar-benar lebih menikmati berkat-berkat Allah. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Dipilih (Efesus 1: 3-14)
"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya." (Efesus 1: 4)
Sebelum jemaat dan kita semua lebih jauh menapaki hari-hari yang Allah anugerahkan seterusnya, mari sadari bahwa: Kita telah dipilihNya. Dipilih sejak sebelum dunia dijadikan, dipilih untuk menjadi umat jemaatNya dan dipiliih lainnya khususnya Allah memilih kita untuk memasuki tahun yang baru ini. Tidak semua orang dipersilakanNya masuk apalagi menjalani tahun 2011 bukan? Dan ketika saya dan anda, kita diantar oleh Allah memasuki Tahun Baru 2011, kita dipilih sehingga dan untuk mengucap syukur. Ucapan syukur karena telah dipilihNya itu menurut Rasul Paulus yang berkirim surat ke Jemaat Efesus, berwujud hidup yang kudus dan tidak bercacat di hadapanNya (ayat 4). Ini kehendak, rancangan sekaligus dan tujuan Allah memilih kita menjadi anak-anakNya. Mari masuki dan berikutnya jalani tahun yang baru sebagai manusia yang telah ditebus, dan setia berjuang menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah di keseharian. Sehingga di dalam Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kita, dengan iman percaya menapaki tiap detik, tiap hari bahkan tiap minggu dan bulan-bulan baru ke depan dengan semangat yang baru pula. Optimis dan pembaruan dari hati juga pikiran berbentuk tingkah laku dan gaya hidup baru yang dimeteraikan dengan kasih dalam urapan Roh Kudus (baca kembali ayat 11-14). Meninggalkan tahun kemarin dengan meninggalkan segala yang buruk. Semua kita dipilihNya memasuki lembaran waktu yang baru, tahun yang baru sebagai keluarga yang bersyukur dalam segala hal. Apalagi sebagai jemaat GKJN yang juga bersyukur berulangtahun ke-40 terus meningkatkan pelayanan dengan tema pelayanan yang baru tahun ini “Bertumbuh dan Berbuah Bersama Jemaat”. Juga sebagai bagian yang tidak terlepas dari bangsa dan rakyat Indonesia yang masih penuh dengan carut marut kehidupan, bersama pergumulan kehidupan dunia. Kita dipilih dan Allah memilih kita, untuk ada di sini, sekarang ini dengan semangat hidup lebih kudus, lebih tak bercacat. Lebih baik dari waktu yang kemarin. Lebih bawa damai dan penuh kasih, diperbarui dan membarui hidup kehidupan bersama. Selamat Tahun Baru 2011!. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.
Sebelum jemaat dan kita semua lebih jauh menapaki hari-hari yang Allah anugerahkan seterusnya, mari sadari bahwa: Kita telah dipilihNya. Dipilih sejak sebelum dunia dijadikan, dipilih untuk menjadi umat jemaatNya dan dipiliih lainnya khususnya Allah memilih kita untuk memasuki tahun yang baru ini. Tidak semua orang dipersilakanNya masuk apalagi menjalani tahun 2011 bukan? Dan ketika saya dan anda, kita diantar oleh Allah memasuki Tahun Baru 2011, kita dipilih sehingga dan untuk mengucap syukur. Ucapan syukur karena telah dipilihNya itu menurut Rasul Paulus yang berkirim surat ke Jemaat Efesus, berwujud hidup yang kudus dan tidak bercacat di hadapanNya (ayat 4). Ini kehendak, rancangan sekaligus dan tujuan Allah memilih kita menjadi anak-anakNya. Mari masuki dan berikutnya jalani tahun yang baru sebagai manusia yang telah ditebus, dan setia berjuang menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah di keseharian. Sehingga di dalam Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kita, dengan iman percaya menapaki tiap detik, tiap hari bahkan tiap minggu dan bulan-bulan baru ke depan dengan semangat yang baru pula. Optimis dan pembaruan dari hati juga pikiran berbentuk tingkah laku dan gaya hidup baru yang dimeteraikan dengan kasih dalam urapan Roh Kudus (baca kembali ayat 11-14). Meninggalkan tahun kemarin dengan meninggalkan segala yang buruk. Semua kita dipilihNya memasuki lembaran waktu yang baru, tahun yang baru sebagai keluarga yang bersyukur dalam segala hal. Apalagi sebagai jemaat GKJN yang juga bersyukur berulangtahun ke-40 terus meningkatkan pelayanan dengan tema pelayanan yang baru tahun ini “Bertumbuh dan Berbuah Bersama Jemaat”. Juga sebagai bagian yang tidak terlepas dari bangsa dan rakyat Indonesia yang masih penuh dengan carut marut kehidupan, bersama pergumulan kehidupan dunia. Kita dipilih dan Allah memilih kita, untuk ada di sini, sekarang ini dengan semangat hidup lebih kudus, lebih tak bercacat. Lebih baik dari waktu yang kemarin. Lebih bawa damai dan penuh kasih, diperbarui dan membarui hidup kehidupan bersama. Selamat Tahun Baru 2011!. Amin. Oleh : Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.